Chapter 4 | Bertengkar

485 44 9
                                    

Ujian hari ke empat baru saja selesai dilaksanakan. Bel pulang sekolah berbunyi dan aku bergegas memasukkan semua alat tulisku ke dalam tas. Setelah selesai, aku segera beranjak  menuju pintu kelas.

"Arunika!" Panggil Ka Sagara menghentikan langkahku yang ingin keluar kelas.

"Hari ini mau latihan di mana? Tempat kemarin aja?" Tanyanya  saat telah sampai di hadapanku. Aku menimbang pertanyaan Ka Sagara sebelum menjawabnya.

'Ting'

Belum sempat aku menjawab, suara notifikasi ponselku menginterupsi. "Sebentar Kak," ucapku seraya mengecek ponsel dan menampilkan notifikasi pesan masuk dari Ka Giral.

Aku hanya membaca pesan terakhir dari Ka Giral dan memasukkan kembali ponselku kedalam saku rok sekolah lalu beralih menatap Ka Sagara untuk menjawab pertanyaannya yang sempat tertunda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku hanya membaca pesan terakhir dari Ka Giral dan memasukkan kembali ponselku kedalam saku rok sekolah lalu beralih menatap Ka Sagara untuk menjawab pertanyaannya yang sempat tertunda.

"Jadi gimana?" Tanya Ka Sagara memastikan.

"Di rumah aku aja Kak," jawabku yakin.

"Yaudah ayo, mau langsung?" Ajaknya dan aku mengangguk sebagai jawaban. Selanjutnya, kami berdua berjalan beriringan keluar kelas.

"Kamu dijemput?" Tanya Ka Sagara saat kami hampir sampai di parkiran sekolah.

"Hm.. Ka Giral masih ada kelas, aku bareng Ka Sagara ya?" Jawabku diakhiri pertanyaan. Aku berpikir untuk menumpang dengannya karena sepertinya dia tidak seburuk yang aku pikirkan.

"Yaudah, tapi ke rumah saya dulu ya. Mau ambil gitar saya dulu," jawabnya membuatku berhenti melangkah. Pikiran buruk tentangnya tiba-tiba menyapa kepalaku.

Aku menatap ragu pada Ka Sagara. Apa keputusanku untuk pulang bersamanya benar? Rasa takut lagi-lagi menghampiriku. Jantungku berdetak sangat cepat dengan pikiranku yang berkecamuk.

"Yaudah saya antar kamu pulang dulu, baru saya ambil gitar di rumah dan langsung ke rumah kamu lagi," ucapnya membuatku menggigit bibir bawahku karena kini perasaan tak enak hati dan takut bercampur.

Aku memejamkan mata sambil menghembuskan napas perlahan mencoba menetralkan rasa takutku. Ketika detak jantungku sedikit berkurang kecepatannya, aku kembali membuka mata dan menatap Ka Sagara.

"Eng–gak apa-apa Kak, ambil gitar Kakak dulu aja," jawabku sedikit gugup.

"Beneran?" Tanyanya memastikan. Aku mengangguk yakin.

***

Selama perjalanan dari sekolah menuju rumah Ka Sagara, perasaanku tidak karuan. Di antara kami tidak ada yang memulai percakapan karena aku sibuk berusaha menghilangkan rasa takutku dan Ka Sagara yang fokus pada jalan. Setelah sampai depan komplek rumah Ka Sagara, aku menepuk pundak Ka Sagara memintanya untuk berhenti.

ArunikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang