Dia Siapa? (revisi)

1.5K 84 4
                                    

Motor Edgar berhenti di cafe paling dekat dari rumah Keesha. Ia sudah tidak bisa lagi membendung rasa penasaran akan kemana gadisnya itu pergi hingga pulang selarut ini. Dengan gerakan cepat ia membuka helm fullfacenya lalu berbalik menghadap Keesha.

Sedangkan Keesha, dalam bisunya ia mengikuti setiap apa yang dilakukan Edgar dengan hati penuh rasa cemas akan bagaimana nasibnya dalam lima menit ke depan.

Edgar menarik tangan Keesha agar mengikuti langkahnya masuk ke dalam cafe. Tidak kasar tapi cukup terlihat jelas oleh siapapun yang melihatnya bahwa saat ini Edgar tengah menahan emosi luar biasa.

Keduanya duduk di sembarang meja. Keesha menunduk, tak mau melihat mata Edgar yang menatapnya tajam seakan ingin menerobos masuk ke dalam dan menghancurkan apapun yang Keesha miliki.

Sedangkan Edgar, dengan segala pertanyaan yang berkecamuk dalam otaknya ia hanya bisa menatap dan menunggu Keesha berbicara lebih dulu. Ia ingin tau dimana posisinya dalam hidup Keesha.

Jika ia memang penting, harusnya Keesha memberinya klarifikasi tanpa diminta. Tapi nyatanya gadis itu sama sekali tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Menatapnya saja tidak.

Otak dan pikiran Keesha berputar keras. Ia tidak tau harus bagaimana. Belum pernah ia mengalami situasi sefatal ini saat bersama dengan Edgar.

Edgar emang cemburuan. Tapi menurutnya ini adegan yang terparah diantara semua pertengkaran mereka.

Akhirnya Keesha mengangkat wajahnya perlahan. Yang pertama tertangkap oleh matanya adalah wajah dingin Edgar yang semakin membuatnya gelisah.

"Maafin aku, Gar," cicitnya pelan.

Edgar diam tak bergeming membuat Keesha semakin takut.

"Gar," panggilnya dengan suara yang hampir menangis. "Maafin aku."

Edgar menghela nafasnya. "Itu yang kamu sebut nonton drakor?" tanyanya dingin. "Atau kamu abis nonton bareng cowok lain?"

Seketika Keesha menggeleng keras. "Enggak. Gak gitu ceritanya. Kamu jangan salah paham dulu, Gar."

"Gimana aku gak salah paham, Sha? Kamu pulang duluan ninggalin aku dengan alesan mau nonton drakor, di rumah," sentaknya dengan nada lebih ditekankan saat mengatakan 'di rumah'. "Tapi nyatanya apa? Aku pulang basket langsung ke rumah kamu dan ternyata kamu belum pulang sama sekali padahal itu udah sore."

Keesha diam sambil mencoba memegang tangan Edgar.

"Hp kamu mati, bikin panik seisi rumah sampe Mama kamu ngehubungin Adrian sama abangnya buat bantu nyari kamu. Kamu gak tau gimana rasanya jadi aku pas liat mereka ada dirumah buat nyari kamu, itupun disuruh sama Mama. Ditambah kamu tiba tiba pulang dianter sama cowok yang aku gak tau itu siapa dengan seragam sekolah dan...." ucapnya mengambang dengan mata menatap kearah paha Keesha yang tertutup jaket miliknya. Edgar mendesah keras.

Keesha menggeleng keras. "Maaf. Maafin aku. Aku berani sumpah kalo semua yang ada dipikiran kamu saat ini itu gak bener. Aku aja bahkan baru ketemu sama Jo tadi. Aku baru kenal sama dia."

"Jadi namanya Jo?" tanya Edgar sambil tersenyum sinis. "Baru kenal tapi udah berani nganterin kamu pulang malem malem, maksudnya apa?"

"Dengerin aku dulu. Tadi aku mau ke apart bang Vero buat ngambil hardisk aku yang ketinggalan disana. Tapi pas aku di lift, tiba-tiba liftnya mati. Katanya ada mesin yang rusak dan belum kekontrol sama pihak apartnya. Dan yang di dalem lift itu cuma ada aku sama Jo. Namanya Jovian, dia pemilik gedung itu."

"Aku gak butuh keterangan nama dan jabatan dia," sahut Edgar dingin.

Diam-diam Keesha mengumpati kekasihnya yang benar-benar sensitif jika sudah menyangkut pria lain. "Ada hal yang belum kamu tau. Aku ngidap phobia tempat yang tertutup. Gak parah tapi aku cukup trauma. Dan karna perbaikannya lumayan lama akhirnya aku pingsan di dalem. Jo yang nolongin aku pas aku pingsan."

BackstreetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang