Vero menatap pantulan dirinya dicermin dengan pandangan kosong. Wajah lebam, bibir sobek serta mata menghitam itu seakan menertawakan keadaan dirinya saat ini. Entah bagimana rasanya, ia sendiri tidak mampu menjabarkan semuanya.
Berjuang melawan rasa rindu dan takut kekasihnya akan berpaling adalah hal yang Vero lalui selama ini. Hingga Vero kecolongan akan perjodohan gadisnya itu.
Vero berjuang keras untuk selama ini. Bukan hanya berjuang melawan penyakitnya, tapi ia juga memperjuangkan hal lain yang jauh lebih besar. Namun semuanya pupus saat ia kembali. Saat kenyataan tidak seindah apa yang ia idam - idamkan. Saat Tuhan memiliki kehendak lain atas takdir yang tengah dijalaninya.
Vero terus menerawang jauh kesana. Pada kejadian dimana ia mendapat kabar bahwa Keesha menerima ajakan dinner romantis yang diajukan Rayn, musuh bebuyutan Vero sekaligus orang yang sejak awal memang sudah mengejar Keesha.
Bagaimana emosinya ia saat itu, marahnya ia saat Rayn memamerkan video dua sejoli yang tengah berpelukan, yang tak lain dan tak bukan adalah kekasih dan musuhnya sendiri.
Ia masih mengingat jelas adegan demi adegan yang ia lalui saat itu.
Sore itu, Vero tengah bertukar pesan dengan Keesha. Senyum itu tak kian menyurut dari bibirnya. Keesha, gadis manis teman adiknya itu telah berhasil membuatnya jatuh sejatuh jatuhnya. Kalimat polos yang Keesha utarakan mampu membuat hatinya menghangat.
Baru saja ia berniat melakukan panggilan video pada Keesha, tiba tiba muncul pesan dari nomor tanpa nama. Karna penasaran akhirnya ia membukanya. Yang ternyata isinya adalah voice note yang berisikan suara dari seseorang yang sangat ia kenali, yang selalu menjadi sumber semangatnya, yang selalu ia dambakan, yang selalu ia rindukan.
Itu suara Keesha.
"Iya kak, Keesha mau dinner sama kakak."
Itulah isinya.
Seketika emosi Vero naik saat tau siapa pengirimnya. Dengan cepat ia mendial nomor tersebut. Tanpa menunggu lama karna seseorang itu langsung mengangkatnya pada detik kedua.
"Gimana? Udah denger suara cewek manis lo?" kekeh orang itu, Rayn.
Vero menggeram marah. "Anjing! Jangan macem macem lo sama cewek gua."
Terdengar tawa yang menggelegar disana. "Tanpa lo suruh pun gue pasti bakal lindungin Keesha. Lo tau? Dia cewek yang gue sayang."
Mendengar itu tentu saja emosi Vero semakin memuncak.
Fyi saja, Vero paling tidak suka jika miliknya disentuh oleh orang lain.
"Dimana lo sekarang?" tanya Vero dengan nada menantang.
"Pengecut gak usah so nanya gue dimana. Mau ngapain emang? Mau nyerang gue?" terdengar kekehan yang sarat akan merendahkan keluar dari seberang sana. "Kalo lo masih sayang nyawa lo gue kasih tau mending gak usah."
"Gua gak takut. Gak usah basa basi jawab gua dimana lo anjing!"
Rayn semakin meledakan tawanya. Sepertinya orang itu tengah digedung kosong, terdengar dari gema tawanya yang begitu menggelegar.
Tanpa babibu lagi Vero segera mematikan panggilan saat tau dimana posisi Rayn saat ini.
Markas anak Black Dragon.
Dengan kecepatan penuh Vero membawa mobilnya kearah gedung yang biasa ditempati anak anak Black Dragon saat menggunakan barang barang haram. Karna gedung itu terletak dikawasan yang tak terdeteksi oleh jaringan polisi dan sebagainya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Backstreet
Fiksi Remaja(Cover by pinterest) (Sedang tahap revisi) Saat dirasa nafas keduanya hampir habis, Edgar pun melepas tautannya. Dengan kening yang masih menempel satu sama lain, Edgar berbisik pelan. "Janji mau nurutin perintah gue?" Keesha yang tengah berusaha me...