Malam Pertama (revisi)

4K 113 8
                                    

Malam ini dirumah Edgar terasa ramai, yang biasanya hanya diisi oleh dirinya, Wilda dan ayah dan adik kecilnya kini jadi ramai oleh kehadiran Keesha, Rio, Ana, Levin dan Adrian yang entah siapa yang mengundangnya menginap namun Edgar diamkan. Itung itung meramaikan suasana karna dirinya merasa terhibur dengan adanya mereka.

Edgar duduk disofa dengan kaki dilipat sebelah dan yang lainnya ia biarkan juntai kebawah dengan tangan memegang stick ps melawan Levin. Sedangkan Keesha duduk disampingnya tengah sibuk entah membahas apa dengan Ana yang juga duduk disamping Keesha. Levin, Rio dan Adrian duduk dibawah tikar bulu dengan makanan betebaran dimana mana.

Rio dan Adrian yang tengah menonton video video difeed instagramnya Bintang Emon dari hp Adrian sesekali tertawa nyaring membuat Keesha dan Ana akhirnya penasaran dan ikut nonton dari atas sofa dengan Rio dan Adrian bergeser merapat untuk menyandarkan tubuh mereka disana.

"Ck si Edgar mainnya gak bisa selo," rutuk Levin sambil terus mencari celah untuk bisa mengalahkan sahabat karibnya itu. "Baru maen berapa menit udah gol aja lo. Tahan dikit napa biar seru."

"Gak usah ditahan tahan udah keluarin aja biar enak."

Masih sempat sempatnya Rio ngumpat "Si anjing." pada Edgar padahal fokusnya masih pada DPO Bintang Emon yang sedang membahas 'Pantat hitam lebat berkilau' membuat Ana yang humornya receh tak henti hentinya tertawa ngakak.

"Itu gimana ceritanya pantat hitam lebat berkilau anjir," gumoh Adrian sambil menscroll video lainnya.

"Ck kartu rakyat lo," ledek Rio saat videonya tidak terputar karna sinyal lemah.

Adrian mendelik. "Yang gak punya kuota mending mingkem."

"Kaum duafa ngapain sok sok an nonton pake data?" celetuk Edgar. "Rumah gua ada wifinya."

Sombong sekali.

"Ngomong kek daritadi," sewot Rio. "Berapa passwordnya?"

"Lu kira kuis luwak white coffe pake password?" ujar Levin sambil melipat kaki kanannya keatas.

"Yaelah orang miskin gak pernah pake indihome," ledek Ana.

Levin merenggut tak terima. "Lo kayaknya ada dendam kusumat ya sama gua. War ajalah gua jabanin."

Keesha menoleh. "Banci, beraninya sama cewek."

"Emang cewek tuh suka gak sadar diri. Tiap ditantang pasti bilangnya cemen beraninya sama cewek. Gak tau apa cewek bisa lebih sangar dari macan ragunan," ujar Rio sambil tertawa membuat Levin menoleh saat game berhenti sejenak karna dirinya telah mencetak gol.

"Emang aneh, cewek bisa bebas lawan cowok sampe jambak rambut, tendang tulang kering, nampar pipi, nah yang paling parah nih yang gua benci tuh yang suka nendang masa depan cowok. Kalo gua balikin gua yakin kalian bakal nangis sok lemah terus bikin keterangan palsu biar dapet backingan," keluhnya panjang lembar membuat Keesha dan Ana ternganga.

Edgar tertawa keras mendengarnya. "Paham amat Vin spot spot yang suka diincer cewek."

"Beda itumah itungannya udah pengalaman," ujar Rio sambil kembali merapat pada Adrian setelah tadi ia diberitahu sandi wifi oleh pemiliknya.

"Gue yakin itu ngilu banget, rasanya gak bakal beda jauh kaya kalo dada cewek gak sengaja ke sikut. Gak sengaja emang tapi sakitnya beneran," celetuk Ana tiba tiba membuat Edgar menegakkan tubuhnya waspada.

"Ini gua yakin ujung ujungnya pasti ngungkit masalalu nih," ujar Edgar sambil meliriknya sebentar.

Keesha menoleh, mengerutkan keningnya bingung. "Kenapa emang?"

Ana tertawa. "Suudzon mulu noh cowok lo." ia menoleh pada Keesha. "Dulu tuh curut pernah gak sengaja nyikut dada gue pas jalan masuk ke kelas tapi mukanya lagi noleh belakang dan gue mau jalan keluar, ya gue marahlah gila udah mah sakit malu lagi. Itu tuh area paling sensitif buat cewek."

BackstreetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang