3 hari dilewati Keesha tanpa Adrian juga Edgar. Selama 3 hari ia seakan menjauh dari keduanya. Jika dikelas pun Keesha tidak pernah memandang Edgar. Seakan mereka tidak saling mengenal. Edgar sudah pernah mencoba untuk menegur, namun selalu diabaikan olehnya.
Bahkan saat Sandra menyuruhnya pulang bersama Edgar, ia tidak menolak. Melainkan pulang naik taksi tanpa sepengatahuan Edgar, juga tanpa membuka pesan mamanya. Dan saat tiba dirumah, ia akan bilang bahwa ia tidak membuka ponselnya.
Sandra sendiri bingung. Ada apa dengan anak gadisnya itu? Sebagai seorang ibu, ia yakin ada yang tidak beres dengan Keesha. Tapi ia tidak tahu apa itu.
Sudah berkali kali ia bertanya pada Edgar, apakah mereka sedang bertengkar atau tidak? Namun jawaban Edgar tetap sama. Mereka baik baik saja.
Edgar pun ikut dibuat kelimpungan. Bagaimana tidak? Mama dan papanya itu terus menerus menanyakan hal yang sama.
"Jujur sama mama. Kamu lagi berantem sama Keesha?"
Edgar tetap menjawab pertanyaan itu dengan kalimat yang sama.
"Enggak, mah. Astaga."
Bukan tanpa alasan. Ia memang merasa dirinya dan Keesha baik baik saja. Meski sempat ia berfikir bahwa tindakannya saat terakhir bertemu dengan Keesha itu mungkin cukup keterlaluan. Tapi dengan cepat ia menepisnya. Karna sebelum ia meninggalkan Keesha diparkiran, ia sudah memastikan terlebih dahulu bahwa Adrian, sahabat karib cewek itu masih berada disekolah. Dengan tujuan agar Keesha akan tetap pulang diantar seseorang tanpa harus dikhawatiri.
Lagipula, apa hubungannya dengan Keesha sedalam itu? Sampai sampai hanya karna dirinya meninggalkan Keesha saat ingin latihan basket dirumah Levin saja dia sampai uring uringan gak jelas selama berhari hari?
"Apa gue minta maaf aja ya?"
"Tapi gue gak punya kontak tuh cewek."
"Masa iya gue datengin rumahnya?"
"Dih harga diri gue mau ditaro dimana?" Edgar menjambak rambutnya frustasi.
Tiba tiba.
"Harga diri seorang laki laki gak bakal jatuh saat dia bisa menjaga perasaan wanita." ucapan Rio sontak membuat Edgar berbalik, refleks ia menegakkan posisi duduknya. "Susul dia kerumahnya. Papa tau kamu mulai membuka hati sama Keesha."
"Maksud Papa?"
Rio tersenyum. Ia duduk disamping putranya, menarik lengannya agar ikut duduk bersamanya. "Papa bisa lihat lewat bahasa tubuh kamu yang terus terusan mikirin Keesha."
"Edgar cuma gak enak aja sama tante Sandra. Berulang kali dia nanyain pasal Keesha sama Edgar. Kesannya Edgar gak becus jagain amanat dari tante Sandra."
"Loh bukannya bagus kalo Sandra kecewa sama kelakuan kamu ke anaknya? Itukan bisa bikin perjodohan kalian batal? Itukan yang kamu mau selama ini? Kenapa kamu malah repot seakan gak mau kehilangan kepercayaan Sandra?"
Skakmat.
Barulah ia sadar. Ada apa dengan dirinya? Dan ada benarnya juga perkataan Papanya itu. Kenapa ia harus repot repot mikirin cewek itu?
"Kamu pasti dapetin jawabannya sekarang."setelah menepuk pundak putra semata wayangnya, Rio pun beranjak dari duduknya. Lalu keluar ditelan pintu yang telah tertutup. Meninggalkan Edgar dengan segala pemikirannya.
"Masa iya gue suka sama dia?"
"Ah sial! Papa bener bener berhasil manipulasi otak gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
Backstreet
Teen Fiction(Cover by pinterest) (Sedang tahap revisi) Saat dirasa nafas keduanya hampir habis, Edgar pun melepas tautannya. Dengan kening yang masih menempel satu sama lain, Edgar berbisik pelan. "Janji mau nurutin perintah gue?" Keesha yang tengah berusaha me...