Hallo sobat dumbo. Author mau nepatin janji author nih.
Gimana part ini? Masih kurang panjang kah? Jujur Author gempor soalnya ini part full author bikinnya dadakan soalnya draft udah kosong bgt wkwk. Tapi gak papa. Author malah seneng ada yang nagih pengen part lebih panjang katanya, itu artinya kalian nikmatin karya author yang masih banyak kurangnya ini hihi.
Jangan lupa vote, comment and share yaaa. Penuhin kolom komentarnya biar author gak ilang-ilangan lagi.
Oke happy reading guys!!!
***
Semua sudah kembali dari kantin setelah Keesha mengirim pesan pada Alvin bahwa perawat bilang bayinya sudah keluar. Tapi belum boleh ada yang masuk ke dalam katanya. Alhasil mereka semua kembali menunggu dengan rasa perasaan campur aduk.
Mereka bahagia karna prosesnya berjalan dengan lancar. Tapi karna belum melihat langsung keadaan bayi dan juga ibunya jadi mereka masih belum sepenuhnya tenang.
"Ini masih lama ya, Pah? Mama udah gak sabar pengen cepet liat keadaan mereka," ujar Sandra yang sejak tadi tak hentinya melihat lewat pintu kaca.
Andreas menoleh. "Sabar, Ma. Kita semua juga pengen cepet-cepet masuk." Ia merangkul istrinya guna menenangkan.
Ke-empat anak yang juga tengah menunggu dengan perasaan harap-harap cemas itu ikut bulak-balik tak enak duduk. Apalagi Keesha. Pikirannya saat ini bukan hanya pada kakak dan keponakannya, tapi pada masalah yang akan ia hadapi saat mantan kekasihnya tiba dirumah sakit nanti.
Lamunannya buyar saat Alvin menyandarkan kepalanya pada bahu Keesha yang hanya terbalut kaos pendek dan blazer hitam milik Dhita yang sempat ia tarik saat mencari pompaan ASI tadi. Adik bungsunya itu memejamkan matanya.
"Kenapa lo?" tanya Keesha sembari melirik.
Anak itu tidak menjawab. Ia malah memejamkan matanya membuat Arka yang sedari tadi menyaksikan pun mendekat. Ia menempelkan tangannya pada dahi Alvin.
"Lo sakit?" tanya Arka layaknya seorang kakak.
Alvin membuka sedikit matanya. Ia menggeleng malas. "Gue cuma pusing." Lalu ia merebahkan kepalanya pada Keesha saat kakaknya itu menariknya pelan.
Melihat ketiga anaknya berkerumun membuat Sandra dan Andreas yang berdiri di depan pintu mendekat. "Kamu kenapa, Vin?" tanya Sandra sembari duduk disebelah Keesha sedangkan Andreas berdiri dekat Arka.
Edgar di depan mereka, menyaksikan bagaimana keluarga cemara itu saling berbagi kasih sayang dengan cara yang biasa orang lakukan pada umumnya. Biasanya ia hanya akan melihat pertikaian diantara kakak beradik itu.
Keesha pun mulai memijit kepala adik satu-satunya itu. "Mungkin gara-gara ujan-ujanan tadi."
"Pulang aja istirahat. Lagian kak Dhita udah lahiran juga," ujar Arka.
Alvin menggeleng dalam tidurnya. "Tidur bentar juga nanti ilang pusingnya."
"Udah jangan diganggu. Biarin dia tidur bentar," ucap Keesha membuat semua menurut.
Sebenarnya Edgar juga sama pusingnya. Tapi ia tidak enak jika harus memperlihatkannya di depan mereka yang sedang tegang karna memikirkan keadaan di dalam ruang persalinan. Dan kini, melihat Alvin bisa berbaring dengan leluasa seperti saat ini jelas membuatnya gusar.
Bukan karna Alvin bisa istirahat dengan tenang, tapi ini tentang dimana anak bontot itu memejamkan matanya.
Hari ini terhitung sudah 2 orang yang berhasil membuat pikiran Edgar terganggu. Pertama pasien anak bayi tadi, dan kedua calon adik iparnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Backstreet
Teen Fiction(Cover by pinterest) (Sedang tahap revisi) Saat dirasa nafas keduanya hampir habis, Edgar pun melepas tautannya. Dengan kening yang masih menempel satu sama lain, Edgar berbisik pelan. "Janji mau nurutin perintah gue?" Keesha yang tengah berusaha me...