Study tour yang sudah dinanti-nanti akan dilaksanakan 4 hari lagi. Tapi mood sahabat dua kubu yang beberapa bulan terakhir kemarin sempat membaur menjadi satu karna adanya hubungan Keesha dan Edgar kini justru terasa hambar. Dampak dari kejadian malam saat dimana Edgar memergoki Keesha dan Vero yang berakhir dengan perginya laki-laki itu dengan amarah yang masih mengendalikan dirinya, kini sahabat keduanya pun jadi ikut berjarak.
Bukan. Mereka berjarak bukan karna saling menyalahkan pihak lain. Mereka justru bingung karna tidak tau apa yang telah terjadi diantara Keesha dan Edgar. Sejauh ini tidak ada yang mengetahui alasan renggangnya hubungan mereka.
Bahkan Levin, Rio dan Rafa sering menanyakan hal itu itu pada Edgar. Tapi jawabannya tetap sama.
"Lo sama Keesha berantem apa gimana sih, Gar? Perasaan udah berhari-hari lo berdua jauhan kayak anak SD lagi musuhan," cerocos Rafa sembari menaikkan kakinya ke atas kursi.
Edgar hanya diam. Seperti hari-hari yang lain. Setiap kali mereka menanyakan tentang Keesha respon Edgar tetap lah sama. Yaitu diam.
Rio dan Levin sedang push rank. Tapi telinga keduanya cukup pandai mengintip perkataan Rafa.
"Kalo ada apa-apa tuh beresin. Jangan malah dihindarin. Masalah lo berdua gak bakal kelar kalo cuma saling jauh-jauhan gini," ujar Levin bijak tanpa mengalihkan fokusnya dari layar hp.
"Gue liat-liat si Keesha jadi sering sama Iyan tuh. Tiap hari ke kantin berenam mulu bareng Jordan sama yang lain."
Tanpa sadar celetukan Rio berhasil membuat amarah menyelimuti Edgar. Entah Edgar salah paham atau tidak yang pasti otaknya justru berfikir bahwa tindakannya yang menghindari gadis itu justru seperti dijadikan peluang oleh Keesha untuk kembali memperbaiki sesuatu yang sempat berantakan diantara dirinya dan Vero.
Ah bahkan hanya untuk menggumamkan nama cowok brengsek itu dalam hati saja rasanya berhasil membuat Edgar begitu emosi.
"Tapi tuh cewek juga sama kayak dia." Rio mengarahkan dagunya pada Edgar. "Planga plongo gitu tiap gue sapa juga tuh anak selalu nanyain nih curut satu," ucapnya seakan orang yang ia sebut 'dia' itu tidak ada dihadapan dirinya saat ini.
"Lo ngomong berasa orangnya gak ada disini ya," sindir Rafa. Ia mulai bosan melihat kedua temannya terlihat semakin asik tenggelam dalam dunia mereka.
Tanpa sengaja ia mengalihkan pandangannya ke arah yang benar. "Nah tuh panjang umur," celetuknya membuat Edgar refleks mengangkat pandangan. Detik itu juga matanya terkunci pada manik coklat milik gadis yang sudah beberapa hari ini selalu ia hindari.
Disana Keesha juga tengah menatap Edgar. Gadis itu berharap lelaki yang sangat ia rindukan itu akan menghampiri lalu memeluknya detik itu juga.
Namun sayangnya itu hanya angan. Nyatanya dua detik setelah itu Edgar langsung membuang muka. Ia beranjak pergi meninggalkan ketiga temannya yang serentak menoleh mengikuti presensi tubuhnya yang menjauh.
Levin dan Rio bahkan mematikan game mereka saking terkejutnya melihat respon Edgar terhadap Keesha.
Bahkan Adrian yang melihat itupun ikut mengerutkan keningnya bingung.
"Temen lo berdua kenapa dah? Biasanya juga jingkrak-jingkrak kalo disamperin bini," celetuk Levin sembari menggaruk tengkuknya.
Rio yang melihat raut wajah Keesha, ia tau ada yang tidak beres. "Lo lagi ada masalah sama dia?" Tanyanya. Namun detik berikutnya ia seakan tersadar. "Eh sorry. Gue gak maksud ikut campur. Cuma aneh aja belakangan ini cowok lo aneh."
Jordan melirik Adrian, membuat Adrian ikut menoleh merasa sedang ditatap. Pikiran mereka sama. Adrian memang sempat bercerita tentang chat Vero yang tak sengaja ia baca dari lockscreen Keesha hari saat dirinya tengah tanding basket waktu itu. Dan kini pikiran keduanya melayang pada kejadian itu.
Ana yang juga memang merasa ada yang harus diselesaikan diantara Keesha dan Edgar ikut menoleh. "Kalo ada apa-apa tuh bicarain berdua. Kalo butuh bantuan kita siap turun tangan. Gak semua hubungan percintaan tuh bisa diselesaikan oleh dua pihak."
Shalsa mengangguk setuju. "Kita liat-liat lo berdua saling hindar gini udah seminggu lebih. Gue yakin ini bukan masalah kecil."
Bukannya menjawab, Keesha justru malah berjongkok sembari menutup wajahnya. Sontak semua panik melihat punggung gadis itu bergetar.
"Anjir, Sha. Lo kenapa malah nangis?" Alena merangkul bahu Keesha ikut berjongkok.
Rio, Rafa dan Levin malah heboh melihat sekeliling mereka yang diam-diam memperhatikan Keesha.
"Aduh, Sha. Kalo mau nangis jangan disini. Ayo bolos aja sekalian healing." Sontak Jordan menyerang kepala Levin yang nyeleneh tanpa tau waktu.
"Itu mah mauan elo!" Semprot Ana.
Keesha tak mendengar. Ia sibuk menumpahkan rasa sesak di dadanya yang ia tahan selama 8 hari ini. Ia juga bingung harus bercerita pada siapa. Teman-temannya tidak ada yang tahu masalah ini. Ia tidak tau harus mulai darimana.
Bercerita pada Adrian dan Jordan pun ia terlalu malu. Sahabatnya itu sudah mewanti-wanti dari awal tapi ia terlalu ceroboh membuatnya jatuh ke dalam lubang yang ia gali sendiri.
"Ayo ke ruang basket. Gue tau lo butuh ruang buat nyeritain semuanya." Detik itu juga semua menoleh kaget saat mendengar ucapan Rio yang terdengar begitu aneh karna keluar dari mulut slengeannya itu.
***
Disinilah mereka sekarang. Diruang basket yang tadi sesak oleh banyak anak basket tapi diusir oleh Rafa tanpa prikemanusiaan membuat semua anak basket yang sedang ngadem dibawah AC langsung bubar saat melihat raut ibu negaranya yang terlihat sedang tidak baik-baik saja.
"Ini kenapa mukanya kusut gini? Belum dikasih bulanan sama cowok lo?" Celetuk Vito sambil mengintip wajah Keesha dari bawah. "Lah kok nangis, Sha? Lo nangis?" Kagetnya saat melihat mata sembab Keesha.
Sontak Keesha langsung membuang muka. Ia menyembunyikan wajahnya ke arah Adrian membuat Adrian refleks merangkulnya. Posisinya sekarang terlihat seperti sedang memeluk Keesha yang menyembunyikan wajahnya di dada bidang miliknya.
Melihat itu Junaid berdeham. "Ketauan si pala batu abis lu, Yan."
Rio ikut menoleh. Ia saling tatap dengan Ana dan Levin. Mereka sangat paham bagaimana emosi Edgar yang tidak pernah bisa dikontrol jika mendengar apalagi melihat gadisnya disentuh orang lain. Akhirnya Ana mengerti. Ia menarik Keesha membuat tubuh gadis itu terhempas ke pelukan Ana.
"Sana lo semua balik. Mau rapat negara dulu," usir Jordan membuat semua mencebik.
"Get well soon bu negaraaa," seloroh Jojo dengan tubuh terombang-ambing akibat tarikan Vito.
Hallo sobat dumboooo
Maaf banget nih author upnya dikit, soalnya kalian pengen double up terus. Sedangkan belakangan ini author lagi lumayan sibuk sama tugas sekolah yang harus kumpul sana-sini kadang sampe pulang malem keujanan
Huft
Nextnyaaa insyaallah author bikin lebih panjang yaa buat gantiin part yang pendek ini
Tapi kalian harus terus semangatin author, spam komen dan vote jugaa biar author gak loyo ngetiknyaa
KAMU SEDANG MEMBACA
Backstreet
Novela Juvenil(Cover by pinterest) (Sedang tahap revisi) Saat dirasa nafas keduanya hampir habis, Edgar pun melepas tautannya. Dengan kening yang masih menempel satu sama lain, Edgar berbisik pelan. "Janji mau nurutin perintah gue?" Keesha yang tengah berusaha me...