Quality Time

745 57 13
                                    

"Besok jalan-jalan yuk," ajak Keesha
sambil menyembulkan kepalanya dibahu kanan Edgar.

Edgar memelankan laju motornya. Ia membuka kaca helmnya sambil menoleh. "Tumben ngajak duluan. Ada angin apa?"

Keesha mencebik. "Yaudah aku ngajak Iyan aja."

"Berani?"

Keesha terkekeh. "Aku bosen dirumah terus, pengen cari angin. Lagian kan kita harus ngerayain kemenangan tim basket kamu." Keesha menyingkirkan rambut di matanya yang tertebak angin. "Ajak aja yang lain biar rame."

Dengan cepat Edgar menolak. "Berdua aja. Udah lama kita gak jalan berdua."

Keesha pun mengangguk setuju karna memang keduanya sudah lama tidak pergi berdua. "Besok ada film rame di bioskop."

"Romance?" Tanya Edgar.

Keesha menggeleng. "No. Horror, filmnya Risa Saraswati."

Edgar mencebik. "Ngapain nonton horror. Tiap hari juga kamu ketemu setan."

Kening Keesha berkerut. "Kamu?" Edgar mendelik di balik helmnya. "Loh kan tiap hari aku ketemu kamu."

"Yakin cuma aku?"

Keesha nyengir. "Enggak sih. Mr. Rey juga tiap hari ketemu."

"Ngapain ketemu Mr. Rey tiap hari?" Tanya Edgar cepat.

Keesha diam. "Belakangan ini Mr. Rey sama anak-anak cheers yang lain ajak aku gabung," cicitnya.

"Kamu mau?"

Keesha mengeratkan pelukannya pada Edgar. "Sebenernya dari sekolah aku yang lama juga aku pengen banget masuk cheers. Cuma waktu itu belum ada peluang."

"Kamu mau masuk cheers?" Tanya Edgar sekali lagi.

Keesha membelokan wajahnya ke depan. "Boleh?"

"Enggak," sahut Edgar cepat membuat Keesha melengos.

"Ngapain nanya," cebik Keesha. "Padahal aku pengen banget masuk. Lagian kan cheers buat nemenin yang basket juga," bujuk Keesha.

"Ngapain masuk eskul sih, Sha? Bentar lagi juga kita lulus." Edgar menghentikan motornya di depan rumah makan. "Lagian aku gak bakal pernah izinin kamu masuk cheers."

Keesha turun sambil membuka helmnya. "Loh emangnya kenapa?"

Edgar yang juga tengah membuka helmnya mendelik. "Mana mau aku biarin kamu pake baju cheers yang kurang bahan gitu. Terus joged joged gak jelas jadi pusat perhatian." Edgar berdecih.

Tanpa ampun Keesha memukul punggung Edgar. "Posesif banget sih." Ia memberikan helmnya pada Edgar. "Lagian baju cheers sekolah kita itu udah tertutup banget. Tangannya aja panjang."

Keduanya berjalan masuk ke dalam. Rumah makan yang sangat ramai pengunjung ini sudah jadi tempat favorit keduanya. Selain karna makanannya yang enak, tempatnya juga sangat nyaman.

"Iya tapi roknya pendek banget, Sha." Edgar menarik Keesha agar duduk di meja dekat tiang.

Bibir Keesha mengerucut sebal. "Jadi gak boleh?"

Edgar menggeleng. "Udah kamu temenin aku aja kalo tanding. Gak usah macem-macem segala pengen masuk cheers. Tugas kamu itu nyemangatin aku, bukan nyemangatin cowok-cowok yang main basket." Edgar membuka menu yang sudah di sediakan di meja. "Mau makan apa?"

Keesha memang sebal pada Edgar. Tapi perutnya lebih penting. Tanpa malu ia menyebutkan pesanannya. "Ayam serundeng aja. Sama teh manis panas."

Edgar mengangkat tangannya membuat pelayan menghampiri mereka.

BackstreetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang