Motor Adrian berhenti bertepatan dengan suara bel berbunyi, menandakan kelas akan segera dimulai. Keesha segera turun dan membuka helm berwarna hitam milik Adrian, lalu menyodorkan helm tersebut kepada pemiliknya.
"Gue harus ke ruang kepala sekolah dulu. Anter yuk."
Adrian mengerutkan keningnya. "Ngapain ke ruang kepala sekolah? Mau ngapel?"
Keesha mendelik. "Ngaco lo. Gue kan belum tau harus masuk kelas mana."
Oh iya Adrian lupa. Gadis didepannya ini kan murid baru. "Yaudah ayo."
Mereka pun berjalan kearah kiri, dimana ruang kepala sekolah terletak tak jauh dengan tangga menuju lantai 2.
"Assalamu'alaikum." Keesha membuka pintu sambil mengucap salam dengan pelan.
Seseorang mendongakan kepalanya saat mendengar salam Keesha. "Waalaikumsalam." seseorang tersebut mengerutkan kening sambil memicingkan mata guna memperjelas penglihatannya. "Cari siapa ya?"
Lebih dulu Keesha masuk dua tiga langkah kedalam agar lebih nyaman. "Saya mencari kepala sekolah, Bu." jawab Keesha sopan.
"Oh, kamu murid baru ya?" tanya wanita cantik itu yang bisa diperkirakan umurnya kurang lebih 50 tahunan. Dengan hijab coklat dan kacamata minus bertengger dihidung mancungnya.
"Iya bu."
Ia pun bangkit dari duduknya. "Silahkan masuk."
Keesha pun mengangguk dan masuk lebih kedalam ruangan bercat hijau alpukat itu. Sedangkan Adrian menunggu diluar karna merasa tidak ada keperluan.
"Duduk," suruhnya. "Nama kamu siapa?"
"Keana Keesha Allavy bu."
"Oh iya sebentar." terlihat wanita tersebut mengutak atik laptop miliknya. Mungkin sedang mencari data. Entahlah. Keesha dan author tidak tahu. "Oh iya. Perkenalkan, nama ibu Karmila. Saya kepala sekolah disini." beritahunya sambil tersenyum manis, yang Keesha balas dengan anggukan dan senyum manis pula. Setelah itu, bu Karmila kembali sibuk dengan laptop berlambang apel digigit tersebut.
Mata Keesha mulai menjelajahi isi ruangan ini. Terdapat lemari kaca berisi beberapa piala yang berhasil diraih oleh sekolah ini, ada lemari bufet yang bisa diterka isinya pasti tidak jauh dengan dokumen dan surat surat penting sekolah. Ada beberapa pigura foto yang menampilkan senyum manis guru guru yang mengajar disini mungkin. Ada jam dinding dan beberapa vas bunga yang bisa Keesha tebak itu pasti hasil karya murid. Dilihat dari bahannya saja yang terbuat dari kayu dan bahan alam lainnya. Sangat rapi dan terkesan simple tapi elegant dan cukup indah dipandang.
"Keesha. Kamu saya masukkan ke kelas pilihan ya? Karna saya lihat data nilai kamu disekolah lama cukup tinggi, berada cukup jauh diatas rata rata. Kamu tidak keberatan kan?" tanya bu Karmila hati hati. Karna sudah sangat sering ia menangani beberapa siswa yang mengeluh saat dimasukkan ke kelas pilihan tersebut. Mereka berfikir itu akan menjadi beban bagi mereka karna tentu setelah masuk dikelas itu, otomatis setiap hari mereka harus mengejar nilai diatas standar.
"Oh iya bu gak papa." jawab Keesha yang memang tidak keberatan sama sekali.
Bu Karmila pun mengangguk lega. "Baiklah. Kamu sekarang masuk ke kelas XII IPA 1 ya. Kelasnya ada dilantai 3, berhadapan dengan tangga." jelasnya kepada Keesha yang sudah menganggukan kepala.
"Iya bu. Kalo gitu saya pamit ke kelas. Terima kasih bu. Saya permisi." ia pun keluar dan menemukan Adrian tengah fokus pada ponselnya.
Saat mendengar suara puntu ditutup, Adrian mendongak lantas menyimpan ponselnya kedalam saku celana abunya dan berdiri didepan Keesha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Backstreet
Teen Fiction(Cover by pinterest) (Sedang tahap revisi) Saat dirasa nafas keduanya hampir habis, Edgar pun melepas tautannya. Dengan kening yang masih menempel satu sama lain, Edgar berbisik pelan. "Janji mau nurutin perintah gue?" Keesha yang tengah berusaha me...