Keesha mengernyit saat mencoba membuka matanya. Ia menguceknya pelan dan mulai memfokuskan pandangannya pada sekeliling tempat ia berada saat ini, dan tepat di detik ke enam kesadarannya sudah terkumpul. Ia membelalak kaget melihat tempatnya saat ini berbaring bukan lah apartemen Vero.
"Eh udah bangun?" tanya seseorang membuat Keesha menoleh cepat. "Sorry gue tinggal keluar bentar. Abis beli makanan."
Keesha menatap cowok dihadapannya penuh tanya. "Engg sorry. Lo siapa?" tanyanya ragu.
Cowok dihadapannya menaruh kresek putih berisi gabus putih entah apa isinya. Yang pasti perut Keesha merespon aroma yang menyelinap keluar melalui gabus putih itu.
"Tadi kita kejebak di lift. Lo pingsan jadi gue bawa kesini," ujarnya tenang. "Ini apart gue. Sorry bukannya gue gak sopan bawa lo kesini. Tapi gue bingung harus bawa lo kemana."
Keesha mulai mengingat insident lift tadi.
Satu hal yang belum author ungkap. Keesha benci tempat pengap udara. Tidak parah namun ia sedikit mengidap phobia. Makanya tadi dia pingsan.
Cowok tadi tersentak kecil. "Btw nama gue Jovian. Panggil aja Jo biar lebih akrab."
Keesha menoleh. "Ah iya. Gue Keesha." lalu ia membuka ponselnya.
Sial. Ponsel gue mati.
Jo mengambil kresek putih yang ia bawa tadi. "Gue beliin lo makanan. Jam segini yang jualan rata rata nasi goreng semua." ia membukanya di depan wajah Keesha membuat perut Keesha melilit lapar. Tapi rasa canggung mengalahkan rasa laparnya.
"Gak papa, gue pulang aja. Lagian disini gue punya kenalan. Nanti gue makan disana aja," tolaknya halus sambil mencoba beranjak dari tempat tidur.
Melihat itu dengan cepat Jo menahan lengan Keesha. "Makan dulu. Gue udah bela belain turun ke bawah buat beliin lo ini."
Keesha menoleh. Ia jadi tidak enak hati. Rasanya tidak sopan kalo ia menolak permintaan sekecil ini. Diam diam ia sedikit berdoa semoga cowok di depannya ini terus menahannya agar tetap diam disini dan menghabiskan nasi goreng itu.
"Gue gak mau ngerepotin lo." Keesha masih mencoba jual mahal.
Jo tertawa. "Gue udah keberatan pas bawa lo kesini. Makanya sekarang lo harus bayar. Abisin makanannya."
Mendengar itu sontak mata Keesha terbelalak kaget. "Lo yang bawa gue kesini?"
Alis Jo terangkat sebelah. "Menurut lo?"
Keesha meneguk ludahnya gugup. "Kan lo bisa suruh bawahan lo. Lo yang punya gedung ini kan?"
Bukannya menjawab, Jo malah membuka plastik kerupuk dan mengeluarkan aqua dari dalam kulkasnya. "Cepet makan. Sengaja gue kasih aqua biar lo gak mikir macem macem kalo gue ngasih air rumahan."
Jo menaruh kotak nasi dipangkuan Keesha membuat pandangan Keesha beralih padanya. "Lo gak makan?"
Jo mengeluarkan ponselnya. "Lo aja. Gue gak laper," jawabnya acuh.
"Loh gak bisa gitu dong. Masa gue makan lo enggak," sahut Keesha tak enak.
Jo mematikan kembali ponselnya. "Terus gue harus gimana?"
Seketika Keesha diam. Ia juga bingung. Tapi tiba tiba ide konyol terlintas dipikirannya. "Gue gak tau ini sopan atau enggak, tapi mending lo ikut makan. Jadi lo makan gue juga makan. Adil kan?"
Reaksi Jo sangat diluar dugaan Keesha. Ia kira Jo akan tertawa atau tersentak kaget. Tapi ternyata tidak.
Jo menarik kursi disamping ranjang. "Yaudah sini biar gue suapin."

KAMU SEDANG MEMBACA
Backstreet
Dla nastolatków(Cover by pinterest) (Sedang tahap revisi) Saat dirasa nafas keduanya hampir habis, Edgar pun melepas tautannya. Dengan kening yang masih menempel satu sama lain, Edgar berbisik pelan. "Janji mau nurutin perintah gue?" Keesha yang tengah berusaha me...