Bincang Bali

661 53 7
                                    

Satu minggu telah berlalu sejak pertengkaran Keesha dan Edgar malam itu. Keduanya sudah berbaikan setelah melewati 2 hari tanpa saling bertegur sapa. Edgar dengan kecemburuannya berani mendiamkan Keesha yang memiliki kepala batu tak jauh seperti dirinya membuat hubungan keduanya tak kunjung reda. Sampai akhirnya sahabat-sahabat mereka ikut turun tangan guna mendamaikan keduanya.

Dan sekarang sepasang kekasih itu tengah saling duduk bersampingan dengan tangan Edgar yang berada dibelakang bahu Keesha, secara tidak langsung merangkul Keesha dengan menaruh lengannya di sandaran kursi. Dengan Levin, Rio, Rafa, Ana, Shasa dan Alena yang duduk melingkari keduanya.

"Study tour tinggal 2 minggu lagi. Kenapa gue gak ada excited-excitednya ya?" Celetuk Levin sambil memainkan game subway surf dari ponsel Ana.

"Salah jadwal. Aturan ujian dulu baru study tour," sahut Rio tanpa mengalihkan fokusnya dari buku TTS yang tengah ia isi.

"Ck, itu bukan India. Negara terbesar di dunia itu Rusia." Semua menoleh pada Shalsa yang tengah mencondongkan tubuhnya pada Rio. Memarahinya saat melihat jawaban cowok itu salah. "Pantesan jomblo. Muka ganteng tapi otak kopong kayak cimol."

Sontak Alena yang humornya receh terbahak mendengar cibiran Shalsa. Jangan lupakan Levin dan Rafa yang juga tengah menertawakan kebodohan sahabatanya itu dengan sangat puas.

"Lo disamain sama cimol kopong anjir. Harga diri, Yo. Diinjek-injek." Sontak Rio mengumpati Levin.

Rio menghempaskan TTS ditangannya. "Seenggaknya dia ngakuin kalo gue ganteng."

"Najis," lengos Shalsa. Pandangannya kembali terarah pada semua temannya. "Kepsek sekarang beda banget sama yang dulu dulu. Ngatur jadwal aja gak bisa."

"Gue aduin kepsek tau rasa lo," kekeh Keesha.

Shalsa mendelik. "Kayak gak pernah aja ngomongin kepala sekolah lo."

Ana membuka ponselnya. "Berjemur di Bali mantep tuh. Jangan lupa bawa bikini girls," ujarnya yang tertuju pada Keesha, Shalsa dan Alena membuat Edgar diam-diam mendelik tak terima.

"Ooo kalo itu jelas jangan kelewatan. Kudu bawa baju pantai yang banyak." Alena sangat menggebu. "Ah gue harap disana ketemu bule ganteng kaya raya yang nyantol ke gue."

Keesha menurunkan kakinya saat Edgar merebahkan kepalanya diatas paha. Menjadikan pahanya yang cukup berisi itu sebagai bantalan. "Usap-usap," pinta Edgar pelan.

Keesha pun menurutinya. Ia mengusap rambut Edgar dengan lembut membuat rasa kantuk menyerang pria berperawakan jangkung itu.

"Kalo lo semua kepo sama perang dunia ketiga, ajak si Keesha berjemur disana pake bikini," celetuk Rafa. Ia menyomot kentang goreng yang ada dihadapan mereka.

Refleks semua menoleh pada Keesha dan Edgar.

Melihat teman-temannya menatap dirinya sedemikian, Keesha pun mengangkat alisnya. "Apa?"

"Lo ikut kita kan nanti?" Tanya Shalsa.

Keesha diam sejenak. "Berjemur?" Ketiga cewek itu mengangguk. "Gak tau. Liat nanti-"

"Gak usah macem-macem." Suara Edgar langsung memotong ucapan Keesha tanpa membuka matanya. Edgar menghadapkan wajahnya pada perut rata Keesha sedangkan tangannya tetap bersidekap dada.

Kalo lagi dirumah itu tangan bakal dipake meluk perut rata Keesha.

Pandangan Keesha turun, menatap Edgar yang masih memejamkan matanya. "Tidur."

Mata Edgar langsung terbuka, bertubrukan dengan pandangan Keesha. "Gak usah aneh-aneh. Gak ada acara berjemur segala apalagi pake baju pantai."

Levin, Rio dan Rafa tertawa mendengarnya.

"Kali-kali, Gar. Kapan lagi kita semua liburan ke Bali bareng," ucap Ana mencoba membujuk kekasih sahabatnya.

"Keesha gak gue izinin. Gue gak suka."

Tangan Keesha terulur, mengusap rahang Edgar. "Cuma berjemur, Gar."

"Aku gak suka, Keesha." Keesha pun menghela nafasnya.

Levin cs tertawa puas sedangkan Ana cs merenggut menatap Keesha seakan bertanya 'gimana nih?'.

Keesha hanya bisa mengedikan bahu, sama bingungnya seperti mereka. Padahal study tour ke Bali kali ini berjemur adalah hal yang paling ia nanti.

"Udah gak usah bangunin singa lagi ngantuk. Masalah berjemur nanti kita akalin aja si Edgar disana biar si Keesha bisa dadah dadah tenang," kata Rio dengan nada santai membuat semua tertawa, merasa geli karna Rio seperti tengah membuat rencana untuk Edgar di depan orangnya langsung.

Tawa Keesha lepas begitu saja melihat wajah lempeng Rio. Rasanya sulit untuk menghentikan tawa hingga sebuah tangan menutup wajahnya membuat Keesha refleks terdiam karna kaget.

Ternyata Edgar orangnya.

Setelah tawa Keesha berhenti, tangan Edgar kembali bersidekap dengan mata yang tetap terpejam sejak tadi. Seperti tidak terjadi apa-apa. Keesha tersenyum sembari menatap kekasihnya. Tangannya mengusap pipi Edgar membuat Edgar mengambil tangan Keesha dan mengecupnya. Membiarkan tangan gadisnya berada dalam kungkungannya selama ia tidur.

Edgar cemburu Keesha tertawa lepas di tempat umum seperti saat ini. Namun ia tidak memperlihatkannya seperti dulu-dulu. Hati Keesha menghangat melihat Edgar sudah mulai dewasa dalam menyikapi rasa cemburunya.

***

"Lo jarang keliatan bareng Keesha lagi, Yan." Jordan menghempaskan tubuhnya di kursi kosan Adrian. Sekolah hari ini sedang free karna guru-guru sedang ada rapat. Banyak yang memutuskan untuk nongkrong di cafe terkenal, ada juga yang memilih pulang ke rumah mereka. Seperti yang dilakukan Jordan.

Bedanya Jordan pulang bukan ke rumahnya tapi ke rumah temannya.

"Lo tau sendiri gimana hubungan gue sama dia setelah ada Edgar," sahut Adrian tanpa mengalihkan matanya dari ponsel.

Jordan terkekeh. "Kangen juga gue kumpul berempat bareng abang lo. Sekali-kali mah si Edgar juga ngizinin kali."

Adrian mendengus. "Gue juga kalo jadi Edgar gak bakal ngizinin Keesha nongkrong bareng cowok doang."

"Cih posesif."

"Itu namanya menjaga." Jordan tak menanggapi. Ia berjalan santai ke arah kulkas.

"Wih anak mamah Renata lagi basah uy dompetnya," seru Jordan saat melihat isi kulkas begitu berlimpah.

Adrian membuka sepatu dan kaos kakinya. Ia mendelik melihat Jordan seperti tengah membantai isi kulkasnya. "Abisin aja. Gue belinya pake duit sugar mommy, bukan pake duit tabungan gue selama seminggu."

Jordan tertawa puas. "Pantesan gue pengen banget kesini. Ternyata ini alesannya."

"Gue beli makanan banyak bukan buat ngenyangin perut lo anjing."

Jordan mendudukkan tubuhnya di kursi dengan satu kaki diangkat ke atas kursi, sedangkan Adrian duduk di tepian kasur. "Kalo lo ikhlas ini namanya sedekah, kalo enggak ya cuma buang-buang duit."

Adrian hanya bergumam. Ia berjalan ke arah makanan dan mengambil satu kaleng minuman soda. Ia membuka lalu meneguknya dengan kasar.

"Gimana soal Keesha sama bang Vero?" Tanya Jordan tiba-tiba.

Pandangan Adrian terangkat. Moodnya terasa buruk kini bertambah buruk saat mendengar nama Keesha dan abangnya. Ia mengedikan bahunya. "Abang gue pala batu."

"Sama kayak lo." Adrian melayangkan tatapan malasnya membuat Jordan terkekeh. "Gue masih gak percaya sama persahabatan kita. Gimana bisa abang adek suka sama cewek yang sama anjir berasa lagi nonton drakor."

Baru saja Adrian hendak menyela, tiba-tiba pintu terbuka membuat keduanya langsung menoleh.











BackstreetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang