Haiii. Maaf banget yaa author hiatusnyaa lamaa banget. Banyak banget something sampe author gaada mood buat bikin draft baru. Sebagai gantinyaa, author bakal up 3 chapter sekaligus malem ini. Jangan lupa vote dan comment yaaa. Support terus authornyaa biar author makin semangat.
Salam hangat dari Dumbo<3
Istirahat kedua Adrian memberitahu Keesha bahwa ia menunggunya diperpustakaan. Bukan tanpa alasan ia mengajaknya bertemu ditempat itu, tentu agar pembicaraan mereka tidak terganggu oleh Edgar yang bisa muncul kapan saja.
"Mau ketemu temen sendiri udah kayak ngondang anak pejabat. Susahnya minta ampun," sindir Adrian sambil buka buka lembaran buku aljabar.
Keesha meringis mendengarnya. "Edgar kayak abang lo, jadi gue harap lo ngerti," sahutnya berusaha netral.
Adrian mengangguk. "Emang selama ini selalu gua yang harus ngerti posisi lo," cicitnya pelan.
Keesha mengerutkan keningnya bingung. "Maksud lo?"
Adrian hanya tersenyum tanpa menjawab. "Lo gak mau nanya kenapa gua sampe nekat berani ajak lo ketemu dibelakang Edgar diem diem gini?"
Mendengar Adrian mulai membuka pembicaraan, Keesha pun menghadapkan tubuhnya kearah Adrian sepenuhnya. "Gue yakin ada hubungannya sama kejadian kemaren."
Adrian tertawa renyah. "Feeling lo emang gak pernah salah."
Keesha mengangkat sebelah alisnya. "Ngeraguin gue lo?"
"Gua kira lo udah berubah. Ternyata lo masih Keesha yang dulu."
Keesha terdiam.
"Gua paham posisi lo sekarang, Sha. Gua gak nyalahin lo. Justru sekarang gua nyalahin diri gua sendiri. Ini semua gara gara gua. Gua yang dari awal udah nutupin keadaan bang Vero, gua yang nyuruh lo buat buka hati sampe gua yang biarin lo jalin hubungan sama cowok lain padahal posisinya gua tau kalo kesehatan bang Vero udah makin stabil saat itu."
Keesha menggeleng pelan. "Ini bukan salah, Yan. Lo jangan nyalahin diri lo sendiri." ia diam sejenak. "Mungkin emang udah jalannya gue harus pisah sama abang lo."
"Tapi abang gua nolak semua ini, Sha."
"Maksud lo?"
Adrian diam sejenak. "Dua hari yang lalu dia dateng ke apart gua. Dia emosi pas tau kalo gua yang selama ini nyuruh lo buat buka hati. Disitu gua berusaha buat lurusin semuanya. Alesan gua nyuruh lo buat buka hati karna waktu itu gua denger kabar dari Mama kalo bang Vero udah sadar, tapi dia lumpuh dan selama berapa bulan dia terapi gak ada kemajuan. Gua yang selama ini selalu jadi tempat curhat buat lo, selalu denger keluh kesah lo ngerasa kalo dengan penantian lo nunggu abang gua balik itu gak bakal berbuah manis. Makanya gua nyuruh lo buat buka hati dan lupain abang gua."
Keesha diam mendengarkan. Berusaha memahami kemana arah pembicaraan mereka.
"Dan bodohnya saat tau lo udah nerima Edgar jadi cowok lo, besoknya bang Vero nelpon gua, Sha. Dia ngasih tau gua kalo sebentar lagi dia bakal balik ke Indo. Yang bikin gua sakit itu pas gua denger nada bicaranya. Dia bener bener antusias mau balik ke Indo. Dia seneng karna bisa lewatin masa kritisnya dan bisa cepet cepet ketemu lo lagi."
Diam diam Keesha merasa ikut sakit mendengar cerita Adrian. Air matanya berlinang tanpa dirasa. "Yan..."
"Gua bodoh, Sha. Gua udah ngancurin hidup abang gua sendiri. Gua emang egois. Gua terlalu sakit liat penderitaan lo selama tiga taun terakhir sampe gak mikirin perasaan bang Vero kalo tau cewek yang selalu dia sebut tiap bangun tidur itu punya cowok lain."
Air mata Keesha lolos. Ia menggeleng lemah. "Lo gak salah, Yan. Ini semua justru salah gue. Kalo aja dulu gue gak nerima ajakan kak Rayn mungkin kak Vero gak akan ngalamin hal semengerikan itu selama bertaun taun."
Adrian diam sejenak. Keesha tertunduk lesu, menyisakan suara isakannya yang tertahan mengingat mereka sedang berada di perpustakaan.
"Abang gua bilang dia belum bisa ngelepasin lo gitu aja."
Keesha mengangkat wajahnya. Ia diam, menunggu Adrian melanjutkan ucapannya.
"Dia nekat mau ngambil haknya lagi."
Seketika Keesha tersentak. "Maksud lo?"
Adrian menjambak rambutnya frustasi. "Gua gak abis pikir apa yang ada di otak dia. Yang pasti gua minta sama lo, jangan terpengaruh sama omongan dia kalo suatu saat dia bener bener ngebuktiin omongannya. Jangan lakuin apapun yang suatu saat bakal lo sesali, Sha. Gua minta lo inget omongan gua."
***
Sejak mendengar ucapan Adrian saat di perpustakaan tadi, konsentrasi Keesha sama sekali tak terkendali. Sejak tadi ia tidak bisa fokus pada apapun. Termasuk saat ini.
Sekolah sudah bubar sejak 15 menit yang lalu. Edgar menepati janjinya untuk menjemput kekasihnya ke sekolah meskipun ia sudah pulang beberapa jam lebih awal. Namun kini bukannya menghampiri Edgar, Keesha justru melewatinya begitu saja. Tatapannya yang kosong sontak membuat Edgar bertanya tanya.
"Sha," panggil Edgar lembut.
Tak ada jawaban.
Dengan sedikit menaikkan oktav suaranya Edgar kembali memanggil. "Keesha."
Bukannya Keesha, malah murid murid yang sedang berjalan disekitarnya yang menoleh.
Edgar mendecak frustasi. "Keana Keesha Allavy," teriaknya kencang.
Semua menoleh kaget. Termasuk Keesha sendiri.
Keesha tersentak melihat posisinya kini sudah jauh di depan Edgar. "Loh Edgar?"
Dengan cepat ia berlari kearah Edgar. Edgar menatap gadisnya dengan pandangan bingung. "Mau kemana sih?"
Keesha terbata. "Hah? Itu aku gak liat kamu disini. Kirain kamu nunggu digerbang depan."
Edgar mengangkat sebelah aslinya. Sejenak ia memandang kekasihnya dengan lekat membuat yang ditatap ketar ketir tak karuan. "Yaudah ayo."
Keesha terbengong melihat respon Edgar.
Dia percaya? Semudah itu? Anjir tumben.
Tanpa kata lagi Keesha segera mengikuti Edgar yang tengah menghidupkan motornya. Setelah Keesha duduk nyaman dikursi belakang, Edgar pun mulai melajukan motornya keluar sekolah. Ia mengklakson petugas gerbang membuat pak Mamat melemparkan senyum kearah mereka.
Motor melaju santai. Tidak ada tanda tanda kemarahan dalam situasi saat ini membuat Keesha bernafas lega saat menyadari bahwa kekasihnya tak berfikir yang macam macam mengenai kejadian tadi.
"Tadi latihannya lancar?" tanya Keesha sembari menaruh dagunya dipundak Edgar.
Edgar menoleh sekejap. "H-2, Sha. Mana mungkin kita latihan masih main main."
"Iya sih," sahut Keesha. "Nanti murid lain bakal nonton kesana gak?"
"Gak tau. Paling perwakilan aja. Gak bakal semua angkatan ikut." Edgar mengurangi kecepatannya agar bisa sedikit leluasa menjawab ucapan gadisnya. "Kalo kamu wajib ikut."
Keesha mulai suka menggoda Edgar. "Kenapa wajib?"
"Kenapa nanya gitu? Kamu gak mau nonton cowok kamu sendiri?" tanya Edgar balik.
"L."
"Ya harusnya kamu gak usah nanya."
Keesha tertawa puas mendengar nada bicara Edgar yang sedikit kecut. Ia pun mengeratkan pelukannya pada Edgar dengan gemas. "Iya sayang aku cuma becanda kok. Masa iya pacar aku tanding aku gak nonton."
Mendengar itu sontak Edgar menggeleng gemas. "Ngerjain aku hm?" ucapnya sambil meraup wajah Keesha yang berada disamping wajahnya sendiri.
Mereka terlihat begitu hangat saat keduanya sama sama tertawa diatas motor yang selalu menjadi tempat paling nyaman bagi Keesha.
Follow ig @dewiwul13 dan @callmedumbo__ yaaa!!!
![](https://img.wattpad.com/cover/177289374-288-k76295.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Backstreet
Fiksi Remaja(Cover by pinterest) (Sedang tahap revisi) Saat dirasa nafas keduanya hampir habis, Edgar pun melepas tautannya. Dengan kening yang masih menempel satu sama lain, Edgar berbisik pelan. "Janji mau nurutin perintah gue?" Keesha yang tengah berusaha me...