Alif's Story

419 36 16
                                    

"Kakak kenapa nangic?"

Wajah Keesha langsung terangkat saat mendengar suara itu. Ternyata itu Alif.

Namun detik berikutnya mata Keesha membelalak karna melihat Alif tidak seorang diri. Anak itu tengah dituntun oleh seseorang yang familiar diingatannya.

Dan ternyata bukan hanya Keesha yang merasa kaget. Orang itupun terlihat sama kagetnya.

"Lo?!" tunjuk cowok itu.

Detik itu juga Keesha menganga. Sekarang ia ingat. Orang ini adalah cowok yang di toilet tadi.

"Anjir," umpat Keesha tak sadar.

Cowok tadi melotot. "Jaga omongan lo depan keponakan gue."

Oh iya. Keesha sontak langsung menunduk, melihat Alif yang masih setia menatapnya dengan mata berbinar.

Tapi apa tadi katanya? Keponakan?

Bisa-bisanya anak selugu Alif punya keluarga belok semacam cowok didepannya.

"Hai Alif. Kamu kenapa ada diluar? Ini udah malem," tanya Keesha lembut. Gadis itu mengusap pipi gembul Alif membuat anak itu melakukan hal yang sama.

Dengan tangan mungilnya Alif mengusap bawah mata Keesha. "Kakak nangic ya?"

Keesha tersenyum. Sulit rasanya menahan untuk tidak mengeluarkan senyuman saat berbicara dengan anak kecil. "Iya nih kakak abis nangis."

Wajah Alif langsung berubah sendu. "Kenapa?"

"Kakak kalah main game tadi sama abangnya kakak. Jadi kakak nangis deh," cetus Keesha dengan tawa ringan membuat cowok di depannya mendecih.

"Gak usah so lembut. Gue udah tau kelakuan lo," celetuknya membuat Keesha kembali melayangkan tatapan malasnya. Tapi tak lama, ia kembali fokus pada Alif.

"Game icu apa?" tanya Alif polos.

Sejenak Keesha menipiskan bibirnya. "Game itu permainan. Kalo Alif lagi kesepian atau pengen seru-seruan Alif bisa main game," terangnya sepelan mungkin.

Alif pun mengangguk. "Alif mau main cama kakak!" ujarnya antusias.

Mendengar itu sontak Keesha gelagapan.

Game apa? Keesha gak pernah main game. Mana punya dia game di hpnya.

Melihat Keesha bingung, Cowok itu pun mendengus. "Udah malem. Alif harus istirahat," ujarnya sambil mengusap rambut anak itu.

Alif pun mendongak. "Alif gak boleh main cama kakak cancik?" tanyanya sedih.

"Kata siapa gak boleh? Boleh kok. Tapi besok ya? Sekarang udah malem, waktunya Alif istirahat," sahut Keesha sembari memegang kedua bahu Alif. "Besok kalo kita ketemu lagi kita main ya?" bujuknya.

Mata Alif pun kembali berbinar. "Kakak canci?" tanyanya membuat kening Keesha mengkerut.

"Dia minta lo buat nepatin janji," ujar cowok itu memberitahu.

Keesha pun mengangguk paham. Ia tersenyum lebar sembari kembali mengangguk dengan antusias. "Iya. Kakak janji."

Alif langsung bersorak senang sembari bertepuk tangan membuat cowok itu panik langsung menggendongnya.

"Alif lupa apa kata bu dokter?" tanyanya pelan.

Bukannya takut, Alif justru malah tertawa. Ia menggeleng. "Alif gak gicu agih."

Cowok itu pun tersenyum bangga. "Sekarang waktunya masuk ke kamar." Alif  malah memukul mukul dada omnya membuat cowok itu bingung. "Kenapa?"

"Bu doktelnya cuka malah-malah kalo Alif makan ini," ucapnya sembari menunjukkan susu yang dipegangnya sejak tadi.

BackstreetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang