Nasihat Adrian

776 57 4
                                    

Hallooo sobat dumbooo. Author balik lagi hehe. Jadi rajin up nih liat readersnyaa tambah banyak. Yuk ramein kolom komentarnya biar author makin semangat karna di part part berikutnyaa alur lapak ini bakal makin memanas (itu si menurut author, ga tau kalo kalian wkwkwk).

Jadi gimana? Udah siap menuhin kolom komentar di setiap paragraf cerita? Yuk langsung gasss bacaaa.

Malam kemarin Keesha pulang dengan mood yang sudah sangat berantakan. Pertengkarannya di mobil tadi tidak berlangsung lama. Tapi perang dinginnya yang lama. Malam itu baik Keesha maupun Vero tidak ada yang mau bicara duluan membuat Keesha turun dari mobil dengan menutup pintu keras tanpa mengajak Vero masuk ke dalam.

Sudah 3 hari ini Vero tidak ada menghubunginya. Begitupun sebaliknya. Keesha tidak mau jadi wanita lemah. Ia merasa dirinya tidak salah. Toh memang benarkan ucapannya saat itu? Walau bagaimanapun dirinya tetap harus menjaga perasaan Edgar yang masih berstatus kekasihnya. Bagaimana reaksi Edgar kalo tau dia pergi ke apart cowok yang dia benci bersama dengan cowok yang dia benci juga.

Karna jujur, hingga saat ini Keesha merasa dirinya hanya mengizinkan Vero untuk berjalan di belakangnya. Bukan menjalin hubungan dengannya di belakang Edgar. Hanya sebatas kakak dan adik seperti layaknya Vero dan Adrian, dirinya dan Arka. Ia hanya membiarkan persahabatan dirinya dan Vero tidak berakhir meski ia tau Edgar tidak akan suka jika mengetahui hal ini.

"Kamu mau makan apa?" Tanya Edgar. Ia menarik beberapa lembar tissue untuk membersihkan meja di dekat lengan gadisnya yang sepertinya ketumpahan kuah bakso bekas orang yang duduk disitu sebelum mereka.

Act of service.

Keesha menatap Edgar dalam. "Makan apa ya? Bosen banget jajannya itu itu mulu," keluhnya sambil mengerucutkan bibir membuat Edgar refleks menoleh kanan kiri.

Ia menyentil bibir Keesha. "Kebiasaan banget," dengusnya membuat Keesha mendelik.

"Kamu mah pacar keliatan cantik tuh malah di marahin. Gak suka apa kalo aku cantik?" Semprot Keesha membuat Levin cs dan Ana cs yang sedang tertawa membahas ulangan tadi menoleh.

"Aku suka kamu cantik. Yang aku gak suka itu kamu keliatan cantik di depan cowok lain," sahut Edgar dengan sabar.

"Congkel aja mata mereka sekalian biar puas," gumam Keesha sambil merapat kearah Shalsa.

Edgar mengangguk. "Kalo kamu ngizinin sih boleh." Keesha hanya diam tak menyahut karna ia merasa lelucon Edgar itu sangat tidak lucu.

"Ribut aja terus. Gue gak suka lo berdua damai," celetuk Alena.

Rafa mengambil sendok dan garpu. "Gue udah siap makan pepes mata kalo lo udah berhasil, Gar."

"Jadi mau makan apa, hm?" Tanya Edgar tanpa mempedulikan ledekan teman temannya.

Bukannya menjawab, Keesha malah bangkit membuat Edgar memegang tangannya seakan bertanya 'mau kemana?' melalui tatapannya. "Ayo pesen bareng aja," ujar Keesha.

Sontak Edgar menggeleng tegas. "Apaan? Gak gak. Disana banyak cowok desek-desekan gitu. Kamu duduk aja biar aku yang kesana," tolaknya mentah-mentah.

Levin tertawa. "Timbang jajan aja lo berdua kudu ribut dulu anjir."

Akhirnya Alena berdiri, berdua dengan Rio. "Sini titip gue aja biar gak lama."

"Keburu mati kelaperan gua denger lo berdua ribut dulu," tambah Rio sambil menunggu. Ia memasukan tangannya ke dalam saku.

Ana berdecih. "So ganteng lo, Yo."

Seketika tawa Shalsa, Rafa dan Levin membahana seantero kantin.

"Anjing loyo." Levin sampai meneteskan air mata saking enaknya ia tertawa.

BackstreetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang