Take-off

820 58 6
                                    

Keesha baru keluar dari kamar mandi bandara. Pakaiannnya sudah berubah menjadi sangat tertutup. Berbeda jauh dengan dressnya saat tadi dia berangkat. Tentu saja bajunya sekarang adalah pilihan tuan Edgar possessive Javier. Mana rela dia berbagi pemandangan dari tubuh gadisnya itu di depan banyak orang. Apalagi mereka akan pergi ke Bali. Akan banyak turis bule disana.

"Kemana?" tanya Edgar dingin.

Keesha yang ditanya seperti itu seketika merinding. Sarkas banget sih. "Ke belakang."

Alis Edgar terangkat. "Ngapain?"

Kali ini Keesha diam sejenak. Gadis dengan sweater turtleneck coklat gelap itu bingung sendiri bagaimana menjawab pertanyaan Edgar yang terkesan mengintimidasi.  "Aku udah janji duduk bareng Nichole."

And boom!

Wajah Edgar yang semula dingin kini berubah menjadi sangat menyeramkan. "Biar apa?"

Seperti bayi polos. Keesha menjawab kemarahan Edgar dengan wajah tanpa dosa. "Apa?"

Edgar menggeram tertahan. "Gak usah mancing emosi aku."

"Siapa yang mancing emosi? Kamu nanya aku mau kemana ya aku jawab. Salah aku dimana?"

"Kamu masih nanya salah kamu dimana? Kamu sadar kan kalo kita belum putus? Mau nyakitin aku lebih dari yang kemarin?"

Keesha terkesiap mendengar ucapan Edgar. Ia merasa sangat tertampar. Terlalu fokus pada sikap Edgar yang berubah dingin padanya, tak lagi memperhatikan dirinya, Keesha sampai lupa bahwa semua itu terjadi karna begitu dalam ia menyakiti kekasihnya ini. 

Baru saja mulutnya terbuka ingin mengakhiri semuanya, tiba-tiba Adrian, Levin dan Ana muncul dibelakang Edgar. Mereka memberi kode berupa gelengan kepala dengan tangan yang digerak-gerakkan, melarang dirinya untuk luluh oleh ucapan Edgar.

"Duduk disini. Gak usah genit sama cowok lain," final Edgar sembari menekan kepala gadisnya itu agar duduk dikursi samping kursi miliknya. "Lo bertiga mending keluar. Gak usah ngumpet disitu."

Seketika Adrian, Levin dan Ana yang sedang bersembunyi dikursi milik orang lain langsung saling dorong-dorongan.

"Dia tau?" bisik Levin.

Adrian mengangkat wajahnya perlahan, yang selanjutnya ia mendesah emosi. "Kaki lo anjing."

Sontak Ana dan Levin menoleh ke belakang. Ternyata kaki Levin sama sekali tidak terhalangi oleh apapun.

"Bego!" toyor Ana.

Bukannya marah, Levin malah panik sendiri. "Ini gimana nyet?"

"Maju lo sana. Laki bukan lo?" bisik Ana membuat  kedua cowok dihadapannya mengumpat keras.

"Giliran kepepet gini aja bawa-bawa gender lo. Biasa juga ladies first," gerutu Adrian.

Keesha yang melihat itupun hanya bisa menyandarkan kepalanya disandaran kursi. "Temen gue kenapa bego semua sih," gumamnya pelan.

Edgar yang sudah tidak peduli pada tiga tikus itupun tak ambil pusing. Tanpa curiga sedikit pun ia memejamkan matanya. Ia hanya mengira bahwa ketiga temannya itu sedang mengintip perdebatan antara dirinya dan Keesha karna selama berhari-hari ini mereka selalu bertanya ada apa dengan hubungan dirinya dan Keesha.

"Ngapain masih disitu? Sana lo semua pergi," usir Keesha saat melihat ketiganya masih sibuk saling dorong.

Akhirnya Ana yang mengalah. Ia keluar dengan wajah so tak ada dosa. "Gue lagi nyari gelang gue yang jatoh. Gak tau kalo mereka." ucapannya yang lancar itu sontak membuat  dua cowok dibelakang tubuhnya menghuyungkan tubuhnya ke depan meski tetap menahan tangannya. "He setan," umpat Ana.

"Apa salahnya kita duduk dibawah sana. Lagian itu kursi lo sama Nichole kan, Sha?" ceplos Adrian dengan nada santai.

Edgar yang sudah memejamkan matanya kembali bangun mendengar celetukan Adrian. Seketika Keesha sangat menyesal telah mengikuti permainan mereka semua. Emosi Edgar dan mental dirinya sendiri benar-benar di uji habis-habisan oleh sahabat-sahabatnya itu.

"Gak usah banyak omong lo. Sana pergi," usir Edgar tajam.

Saat Levin terlihat ingin menyela, dengan cepat Keesha melarangnya dengan gelengan. Ia mengkode ketiganya untuk segera pergi dari sana. Ana yang paham pun segera menarik tangan kedua cowk itu. "Gak usah dilanjut. Lo gak liat muka si Edgar udah serem gitu hah? Ck dasar bego."

Adrian mendelik. "Bisa lo apa sih selain ngumpatin kita mulu."

"Bisa lo berdua apa selain bikin gagal rencana?" sentak Ana.

"Lah gagal apanya? Lo gak liat rencana kita sukses besar?" tanya Levin. "Si Edgar udah terang-terangan nganggep Keesha ceweknya lagi."

Adrian mengangguk setuju. "Bentar lagi juga akur. Tunggu aja gongnya di pantai nanti."

***

Lima menit lagi pesawat yang mereka tumpangi akan take-off. Keesha baru saja selesai makan karna tadi tiba-tiba ia merasa lapar. Akhirnya ia memesan sesuatu yang bisa mengganjal  perutnya selama diperjalanan. 

Jangan tanya sedang apa Edgar saat ini. Cowok itu bahkan tidak bangun sekali saat ia dengan sengaja mengirim voicenote pada grup antara dirinya dengan Ana, Alena dan Shalsa yang berisi suaranya yang mengatakan bahwa dirinya merasa sangat  lapar. Berharap Edgar akan berinisiatif memesankan makanan untuknya.

Tapi ternyata prinsip Edgar kembali ke setelan pabrik. 

Tidur dulu baru kamu.

Sialan bukan?

Jika bukan karna Keesha yang sudah malas meladeni kecemburuan Edgar mungkin ia akan meminta tolong pada Nichole.

Terdengar suara pramugari yang mengatakan bahwa pesawat akan segera take-off dan memberikan panduan-panduan yang sudah Keesha hafal diluar kepala.

Beberapa murid mulai heboh takut mabuk udara apalah segala macam. Ada juga yang sibuk menceramahi teman sekursinya yang keras kepala tidak ingin menon-aktifkan ponselnya demi membuat video.

Saat sudah diatas, mata Keesha terasa sangat berat. Ia berusaha untuk menahannya karna tak mau tidur di sebelah Edgar, tapi matanya tidak bisa diajak kompromi. Akhirnya dalam hitungan detik pun dirinya sudah pergi ke alam mimpi.

Awalnya baik-baik saja. Baik Edgar maupun Keesha sama-sama tidur dengan posisi ternyamannya masing-masing. Namun saat ada sedikit gerakan yang membuat Edgar terbangun, ia menoleh ke samping dan melihat Keesha hampir terjatuh karna kepalanya terlalu miring ke arah kiri.

Tanpa berniat membangunkan gadisnya, Edgar menarik kepala Keesha agar bersandar dibahunya. Matanya melihat  ke arah samping kursinya. Disana ada Nichole yang duduk berdua dengan murid laki-laki yang tidak Edgar ketahui namanya.

Rahangnya mengeras mengingat tadi Keesha berniat duduk berdua dengan Nichole. "Sampe cowok lain yang lakuin apa yang aku lakuin ke kamu sekarang, kamu gak akan tau gimana marahnya aku, Sha," bisiknya dengan lembut di telinga Keesha.

BackstreetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang