Keesha tertatih tatih. Sedikit kesulitan untuk menyamakan langkahnya dengan langkah besar kaki Adrian. Tubuhnya terombang ambing karna tangannya yang ditarik begitu saja oleh sahabat karibnya itu.
Sedangkan Adrian, tanpa memperdulikan umpatan Keesha bahkan tatapan banyak manusia dilapang tadi, ia terus melangkahkan kakinya. Mencari tempat paling aman untuk membahas hal ini.
"Mau kemana sih? Lo gak liat apa cowok gue liatin lo kayak mau bunuh kita?" Sentak Keesha sambil menghempaskan tangannya membuat Adrian menoleh, tapi tidak membuat tangannya terlepas.
Lemah banget gue.
"Lo tau kan se-posesif apa cowok lo? Terus ngapain lo main belakang sama abang gue?" Tanya Adrian tajam.
Wajah Keesha yang semula menatap Adrian kesal kini berubah tegang. Tubuhnya mendadak gemetar. "Maksud lo?"
"Gak usah bohong, Sha. Gue gak suka sama keputusan lo ini."
Keesha diam mematung. Adrian melepaskan tangannya. Ia menjambak rambutnya frustasi membuat Keesha berusaha menahan tangisnya.
"Gue udah kasih tau lo tentang bang Vero yang belum rela kalo lo jadi milik orang lain. Gue bahkan wanti wanti sama lo biar lo gak salah langkah. Gue udah ingetin, kalo suatu saat bang Vero ngasih lo tawaran yang macem macem jangan sampe lo kehasut sama dia. Lo ngerti kan maksud gue apa, Sha?" Ucap Adrian panjang lebar. "Gue gak mau lo menderita lagi. Udah cukup lo sedih gara gara kejadian dulu. Sekarang gue udah tenang karna liat lo mau maju ke depan."
Meskipun bukan sama gue.
Mendengar penuturan panjang dari Adrian membuat Keesha begitu tertohok. Ia terduduk di kursi panjang yang ada dibelakangnya dengan perasaan campur aduk.
Melihat orang yang ia sayang terluka adalah mimpi buruk bagi Adrian. Ia berlutut di depan Keesha. "Maafin gue, Sha. Bukan maksud gue bentak lo. Gue cuma gak mau lo ngelakuin hal yang salah lagi."
Keesha paham. Sangat paham akan kekhawatiran Adrian saat ini. Ia juga tidak akan menyalahkan ataupun tersinggung oleh ucapan Adrian. Ia tau sahabatnya melakukan semua ini demi dirinya.
"Gue harus gimana, Yan? Gue bingung. Gue gak tau harus apa," ucap Keesha dengan nada putus asa.
"Abang gue ngomong apa aja sama lo?"
Keesha diam sejenak. Ia bingung harus bercerita darimana. "Dia cuma minta kesempatan terakhir."
"Dan lo kasih?" Sentak Adrian tak suka.
"Gue bingung sama perasaan gue sendiri. Gue sayang sama Edgar, tapi kak Vero juga punya tempat sendiri di hati gue." Keesha mulai mengeluarkan unek uneknya. "Dia minta izin buat jalan dibelakang gue selama gue sama Edgar belum ke jenjang yang lebih. Gue cuma pengen punya kesan terakhir yang lebih indah buat dikenang suatu saat nanti, Yan. Gue gak selingkuh. Gue cuma izinin dia jagain gue layaknya abang."
"Dengan nyakitin bang Vero?" Sela Adrian. "Gue yakin dia gak berfikir kayak lo tadi, Sha. Dia pasti mikir lebih. Dan dengan ucapan lo barusan itu jadi bukti kalo keputusan lo ke depannya bakal tetep milih Edgar itu udah bulat, Sha. Cepat atau lambat baik lo, bang Vero bahkan Edgar sendiri juga bakal ngerasain sakitnya."
Ucapan Adrian sangat menampar. Rasa sakit serta penyesalan menyeruak dalam hati Keesha. Kini ia semakin bingung tentang keputusannya.
Apakah ia memang salah karna sudah menerima Vero kembali dalam hidupnya?
Adrian duduk disamping Keesha. Ia menggapai tangan Keesha untuk menyalurkan keyakinan pada gadis berambut hitam itu. "Pikirin baik baik semuanya. Jangan korbanin dua hati yang lo sayang cuma buat keegoisan lo sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Backstreet
Teen Fiction(Cover by pinterest) (Sedang tahap revisi) Saat dirasa nafas keduanya hampir habis, Edgar pun melepas tautannya. Dengan kening yang masih menempel satu sama lain, Edgar berbisik pelan. "Janji mau nurutin perintah gue?" Keesha yang tengah berusaha me...