"Bukan cuma ngode, aku bahkan udah ngerengek langsung ke kamu minta ditemeni jalan. Emang ada kamu nurutin?" Dhita menyergah ucapan Andi dengan kesal. "Emang dasar kamu tuh- Ahhhh."
"Loh sayang?!" jerit Andi kaget melihat istrinya mengerang sembari memegangi perut buncitnya.
Sontak Keesha, Edgar, Arka dan Alvin pun yang ikut panik langsung mengerubungi Dhita.
"Astaga kak Dhita." Buru-buru Keesha merengkuh kakaknya. "Ini keram atau kontraksi?"
Dhita masih merintih, tidak mampu membalas pertanyaan Keesha membuat semua semakin panik.
Keesha menoleh ke belakang. "Lo ngapain diem aja sih?!" teriaknya emosi pada Alvin membuat adiknya itu terkejut bukan main.
Entah kenapa Alvin yang sudah panik jadi makin gemetar. "Gue kudu gimana?"
"Telfon Mama atau Papa, suruh mereka pulang." Alvin langsung terbirit mengambil ponselnya yang sedang di charge. "Kakak juga astagaaaa ngapain masih disini? Siapin mobil buruan, kita harus bawa kak Dhita ke rumah sakit."
Mendengar itu Arka langsung bangkit. "Biar gue aja. Bang Andi siapin aja perlengkapan kak Dhita."
Akhirnya mereka bagi-bagi tugas. Edgar dan Keesha tetep stay bersama Dhita.
Keesha mulai fokus lagi pada Dhita. "Sabar ya kak. Ikutin aku pelan-pelan." Dhita mengangguk mengiyakan. "Tarik nafas.... Buang perlahan."
Dhita mengikutin intruksi adiknya tanpa membantah. Dengan keringat mengucur ia mulai mengatur nafasnya agar tak terlalu panik. Tanpa sadar ia menggenggam tangan Edgar dengan satu tangan, sedangkan tangan lainnya ia gunakan untuk mengusap perutnya. Dibantu oleh Keesha.
"Kakak jangan panik ya? Kita semua disini. Ayo lanjutin tarik nafasnya." Kembali, Dhita kembali melakukan hal itu secara berulang.
Saat Keesha dan Edgar masih sibuk menenangkan, keduanya kaget saat melihat ada air yang mengalir membasahi pakaian dan kaki Dhita.
"Astaga Sha ini air apa?" tanya Edgar panik, takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
"Ya Allah air ketuban kakak udah pecah." Keesha dan Edgar kelabakan. "BANGGG BURUAN MOBILNYA."
Keesha ikut berkeringat, bahkan tanpa sadar air matanya mengalir begitu saja. "Kak tahan ya?"
"Ahhhh sakit, Sha. Pinggang kakak sakit, perut kakak juga kayak ditarik-tarik," rintih Dhita dengan kuku yang terus saja mencakar lengan Edgar guna menyalurkan rasa sakitnya.
Edgar yang memang sudah panik tak lagi merasakan apa itu sakit.
Alvin datang dengan ponsel ditangannya. "Mama sama Papa langsung ke rumah sakit Dokter Irene."
Tak lama Arka datang dengan langkah terburu-buru. "Ayo mobilnya udah siap."
Keesha dan Edgar menoleh. "Ke mobil duluan sambil nunggu bang Andi."
Tanpa menunggu perintah lagi Arka dan Edgar langsung sigap mengambil alih. Mereka mengalungkan tangan Dhita dipundak masing-masing, menyelipkan tangan lainnya dilutut Dhita.
Alvin berjalan lebih dulu, ia membuka kedua pintu agar mereka bisa lebih mudah keluar.
Sedangkan Keesha, ia lari ke dalam menyusul kakak iparnya yang belum juga keluar. Pintu kamarnya terbuka membuat Keesha langsung masuk begitu saja.
Andi menoleh saat mendengar langkah seseorang. "Kakak kamu nyimpen pompa ASI-nya dimana, Sha?" tanyanya masih panik.
"Abang keluar duluan. Kak Dhita udah pecah ketuban," beritahunya sembari mulai mencari ditempat yang memungkinkan.
![](https://img.wattpad.com/cover/177289374-288-k76295.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Backstreet
Teen Fiction(Cover by pinterest) (Sedang tahap revisi) Saat dirasa nafas keduanya hampir habis, Edgar pun melepas tautannya. Dengan kening yang masih menempel satu sama lain, Edgar berbisik pelan. "Janji mau nurutin perintah gue?" Keesha yang tengah berusaha me...