"Lo lagi pepet si Lena lagi?"
Adrian yang baru selesai mandi menoleh mendengar pertanyaan Jordan. Ia tidak menghiraukannya. Langkahnya kembali tertuju pada tas hitam yang berisi beberapa perlengkapannya selama studytour, termasuk bajunya.
"Yeee si anjing ditanya malah so cool." Jordan melempari sobat karibnya itu dengan case hp milik Adrian sendiri.
Adrian menoleh sewot saat lemparan Jordan mendarat mulus ditengkuknya. "Apa anjir. Ganggu aja lo sana pergi."
"Wah gua gak nyangka ternyata lo se-chill ini," ledeknya. "Ngaku gak lo hah?"
Adrian sudah selesai memakai kaosnya. Ia duduk dipinggir kasur sebrang Jordan membuat mereka saling berhadapan. Tapi fokus Adrian bukan pada Jordan yang sudah penasaran akan niat sahabatnya itu. "Gak usah so tau," sahutnya tanpa intonasi.
Jordan berlagak muntah. "Kebaca lo nyet. Ikhtiar lo terlalu terang-terangan buat gua yang selalu bisa baca situasi." Adrian hanya melengos malas mendengar ucapan Jordan yang menurutnya terlalu basa-basi.
Kalo emang gerakannya mudah terbaca, terus ngapain tuh curut satu pake segala nanya?
"Banyak omong lo."
Jordan tertawa. Tapi hanya sebentar karna saat ini rautnya kembali serius. "Jangan lo gas kalo hati lo masih buat Keesha." Adrian menoleh sepenuhnya saat menyadari perubahan suasana diantara keduanya. "Gua juga sadar tadi lo masih ngerasa keganggu sama baju si Keesha. Apalagi pas dia dapet dare tolol itu."
Diam-diam ia mengiyakan ucapan Jordan. Memang itu adanya. Entah bagaimana perasaannya saat ini, ia pun bingung. "Gua juga gak terima liat baju si Lena. Apalagi pas liat dia keliatan akrab sama Nichole," ucapnya mulai menceritakan keresahannya.
"Jangan serakah. Kalo lo masih belum bisa ngilangin rasa lo buat cewek si Edgar gua ingetin lo jangan betingkah dulu depan si Lena. Lo kira saingan sama temen sendiri itu enak? Enggak anjing. Definisi menang jadi arang, kalah jadi abu itu bener kalo lawan lo temen sendiri." Ucapan Jordan itu sontak membuat alis Adrian mengerut tak paham. "Lo mungkin gak sadar, tapi gua tadi liat ekspresi mantan lo pas lo sama Nichole nahan Keesha mati-matian biar gak buka outternya. Lo kira itu gak sakit setelah dia nerima perlakuan lo yang tiba-tiba aneh pas di bis tadi?"
Adrian diam tidak menjawab membuat Jordan mendecih. "Mikir nying."
Terdengar helaan nafas. "Maybe gua cuma bersikap protektif sebagai sahabat aja. Lo tau gimana kita jaga si Keesha dulu."
Alis Jordan terangkat. "Kok gua gak se-protektif lo?" Refleks Adrian mengumpat. "Dengerin gua. Sekarang lo jangan gegabah karna ini bukan cuma tentang satu atau dua orang. Hubungan lo semua rumit. Banyak hubungan lain yang jadi taruhannya. Hubungan lo sama Keesha, Keesha sama Alena, Keesha sama Edgar, lo sama mantan lo dan yang paling penting itu persahabatan Keesha sama Alena. Dan gua harap kali ini abang lo jangan kebawa-bawa lagi."
"Kenapa jadi ke abang gua nyet?"
"Sianjing nih anak emang gak tau diri." Sekarang Jordan yakin kalo cinta bisa bikin manusia yang terlahir tolol bakal makin tolol. "Apa kata abang lo kalo hubungan Keesha sama orang-orang sekitar dia rusak gara-gara lo? Setelah kemarin lo dengan bangganya ngasarin abang lo sendiri."
"Gua cuma ngelakuin hal yang menurut gua bener. Abang gua udah kelewatan sampe maksa Keesha buat nerima dia dibelakang Edgar," kilah Adrian tak terima disudutkan dengan cara yang tidak manusiawi.
Alis Jordan terangkat. "Menurut lo nyepik mantan padahal hati masih stuck di pacar orang itu bener?"
Refleks Adrian menendang tulang keringnya sembari mengumpat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Backstreet
Teen Fiction(Cover by pinterest) (Sedang tahap revisi) Saat dirasa nafas keduanya hampir habis, Edgar pun melepas tautannya. Dengan kening yang masih menempel satu sama lain, Edgar berbisik pelan. "Janji mau nurutin perintah gue?" Keesha yang tengah berusaha me...