2

74 6 2
                                    

"Apa yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku, dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah melewatkanku"

~umar bin khattab~
_______________________________________

Ruang tengah yang kosong itu......sekarang penuh dengan isak tangis.

"Harusnya aku nggak nunggu Fahri......, Harusnya aku nggak nunggu Fahri....." Begitulah, selama hampir satu jam aku menangis.

"Kenapa......! Kenapa......!,apa aku terlalu banyak berharap?" Gumamku.

Aku masuk ke kamar dan memutuskan berbaring sejenak.

Aku harus tetap tenang,disaat seperti ini setan akan selalu membisikan hal negatif.

Aku menutup mataku perlahan.

TOK..... TOK.... TOK...

Pintu rumahku ada yang mengetuk.

" Assalamu'alaikum............ Yo Dew, buka pintu ya" Itu suara Dino. Aku membuka sedikit jendela kamarku.

"Wa'alaikum salam warahmatullah, ada apa?" Tanyaku. Di melihat ke arah jendela kamarku dan menghampiri.

"Lo gapapa?"Tanya Dino. Rupanya sekarang dia sudah tau.

" Gapapa,tapi aku lagi nggak terima tamu,bye" Kataku. Aku menutup jendela kamar dan kembali berbaring.

TOk.......TOK.....TOK.....

Kembali, pintu di ketuk. Aku membuka kembali jendela kamarku.

"Ada apa sih!?"Tanyaku. Dino menatapku.

"Katanya perempuan itu kalau bilang 'nggak apa apa' itu artinya 'ada apa apa'"Kata Dino sambil memperagakan tanda kutip dengan kedua tangannya.

" Terus kamu mau apa? Mau menghiburku? "Tanyaku dengan wajah datar. Dino tersenyum cerah.

" Em..... Sebenernya gue nggak mau hibur lo, tapi gue bawa ini....... "Kata Dino sambil memperlihatkan kantong kresek putih. Aku memandangnya datar.

" Lo nggak seneng? "Tanya Dino.

" Lho..... Emangnya aku harus seneng kamu bawa kantong kresek ke rumahku"Jawabku.

"Ini kan isinya ice cream,Volcano kesukaan lo" Kata Dino.

"Lha.....mana kutahu kalau isinya ice cream, terus kenapa aku harus seneng kamu bawa ice cream kesukaanku?" Tanyaku. Aku menaikkan sebelah alis ku.

"Karena......gue.....bawa ini......waktu lo sedih?" Kata Dino. Wajahnya mulai berubah jadi bingung.

"Jadi itu untukku?" Tanyaku, masih dengan wajah datar. Dino mengangguk.

"Oke, aku terima, terima kasih" Aku mengambil kantong kresek putih itu lewat jendela. Dino terlihat senang.

"Lo mau gue temenin? Ya.....siapa tau lo butuh temen curhat gitu?" Tanya Dino.

"Em.... Nggak tuh, eh kamu cepet pulang sana,nanti di fitnah tetangga" Jawabku.Dino tertawa.

"Oke deh, gue juga lagi banyak kerjaan nih" Kata Dino sambil melihat jam tangannya.

"Kenapa repot repot kesini kalau banyak kerjaan" Kataku dengan nada sinis.

"Ya..... Siapa tau lo butuh temen, katanya..... Kalau orang yang lagi patah hati itu.... Nggak boleh sendirian"Kata Dino.

" Ck... tenang aja, aku bukan orang yang sering mikir negatif, udah sana pergi"Kataku.

"Lo ngusir gue?....." Kata Dino dengan wajah kesal.

"Iya....!, Sana pergi.....!"Jawabku.

"Ish.....,kejam banget sih, gue pergi, bye, eh....assalamu'alaikum" Kata Dino. Ia pergi dari pekarangan rumahku. Terlihat sekali ia sedang menggerutu. Aku menghela nafas panjang.

CINTA SUBUHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang