16

42 5 2
                                    

Pukul satu siang,ayah lama sekali bersiapnya. Hari ini aku ingin melamar Dewi,aku akan langsung ke rumahnya dan bertemu orangtuanya. Setelah berbincang dengan Risna saat itu,aku merasa ia benar,aku harus secepatanya melamar Dewi,lagipula keyakinan dalam hatiku sudah sangat kuat,dan syahwatku juga sudah harus segera mendapat obatnya,akan jadi dosa jika aku terus memikirkannya tanpa kehalalan. Jadi aku sudah kuatkan tekad,aku akan menikahinya,masalah di terima atau tidak aku tidak,sebelum mencoba aku tidak boleh pesimis. Aku bahkan sudah membatalkan jadwalku,jadwalku memang tidak banyak,lagipula sebagian besar pekerjaanku di kerjakan oleh Ardhi,aku harus memberi kenaikan gaji untuknya.

Akh iya,ayah dan mama tiba tiba sangat antusias,saat aku menelfon ingin melamar seseorang di hari ini. Mama bahkan langsung pergi ke salon. Tadinya aku hanya ingin berangkat dengan ayah,tapi mama ngotot ingin ikut,jadi....ya sudahlah....tidak masalah.

"Pa......,udah mau jam satu nih,lagi apa sih?". Aku duduk di sofa sendirian,mama bilang ingin di jemput di salon,dan ayah entah sedang apa.

"Sebentar,papa bingung nih harus pake apa". Teriak ayah dari kamar.Aku mendecak lidah,kebiasaan ayah dan mama adalah mereka selalu harus berpenampilan rapi kemanapun mereka pergi. Aku masuk ke kamar ayah.

"Ayah nggak usah pake baju berlebihan kayak gitu,kita bukan mau ketemu presiden ". Kataku.

"Melamar seseorang untuk anak ayah, adalah cita-cita ayah sejak kamu lahir,jadi ini adalah hal yang tidak boleh dilewatkan dengan sia-sia,termasuk pakaian,harus rapih dong,kamu juga harus rapih dong,kalau melamar pake baju yang asal-asalan,bisa-bisa di tolak lamaran kamu". Kata ayah. 

"Emang pakaian ngaruh Yah?". Kataku.

"Ya jelas lah,yang pertama kali dilihat kan penampilan,kalau kamu acak-acakan,bakalan kelihatan kayak berandalan,mana mau mereka nerima kamu". Kata Ayah.

Aku melihat pakaianku,aku hanya memakai kemeja,ini juga kemeja yang tadi pagi aku pakai. Akh.....aku harus ganti baju,gawat kalau lamaran nggak di terima gara-gara salah kostum. Aku keluar kamar ayah.

"Mau kemana?". Tanya ayah.

"Ganti baju,biar lebih rapih". Jawabku. Aku mencium badanku,em....sedikit bau,apa sekalian mandi aja?,biasanya aku mandi saat bangun tidur dan sebelum tidur,aku jarang mandi tengah hari kecuali hari jum'at.

Aku masuk ke kamar,mengambil kemeja biru langit,kemeja yang jarang aku pakai karena warnanya terlalu lembut,tapi aku rasa warna ini cocok untuk hari ini.

Aku mandi secepatnya memakai kemeja dan celana katun hitam,menyemprotkan sedikit minyak wangi dan menyisir rambutku,akh.....aku harus memotong rambut,sudah mulai gondrong.

"Masyaallah.....tampan sekali kau wahai pemuda". Aku kaget,bang Tigor sudah berada di sebelahku. Aku melihat ke arah pintu,pintu terbuka.

"Aaaa.....tuan muda berfikir bagaimana aku bisa masuk kemari kan?". Kata bang Tigor.

"Tuan muda terlalu fokus hingga tak sadar akan suara pintu". Lanjut bang Tigor. Aku mengerti maksud bang Tigor dan hanya mendecak lidah.

"Bang....,coba lihat,menurut abang ada yang kurang tidak,apa harus pakai dasi?". Tanyaku.

"Tak usahlah kau berlebihan,cukup jadi diri sendiri saja,pesona tuan muda masih terpancar walau pakai baju compang camping". Kata bang Tigor.

"Oh ya?,oke deh,terimakasih bang". Kataku. Aku sedikut merapikan kerah kemeja ku,kancing paling atas sengaja tidak aku kancingkan agar tidak gerah.

"O....abang sedang apa di sini?tunggu saja di luar,atau jemput mama di salon". Kataku. Aku memakai jam tanganku,sudah pukul satu lebih tiga puluh menit.

CINTA SUBUHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang