BAB 18

111 7 0
                                    

Story Rama.

Aku sudah berada di tempat ini,tempat perpisahan ku dengan murid murid ku.

Senyum terukir di wajahku.

Aku kira dia tak akan datang,Ibu bilang dia pergi dengan wajah cemberut,aku kira dia akan pergi ke tempat lain dan menghindari aku,aku pikir dia marah,akhir akhir ini dia sering cemberut dan masam padaku.

"Nah......anak anak,terima kasih sudah menyempatkan datang,ya.....kalian mungkin sudah tau,hari ini adalah hari perpisahan kita,tapi bukan berarti kita tidak akan bertemu lagi,rumahku selalu terbuka untuk kalian" Aku tersenyum pada murid muridku,walaupun baru sebentar memgajar mereka,tapi rasanya sudah seperti keluarga.

"Pak,katanya bapak mau nikah" Salah seorang murid laki laki bertanya padaku.
Karena pertanyaan itu,hampir seluruh isi ruangan ini bergema dan riuh juga gaduh.

"Pak,bapak keluar gara gara nikah?"
"Pak,kenapa baru bilang sekarang,kalau tau bapak mau nikah aku nggak akan datang"
"Siapa perempuan nya pak,cantik nggak "

Itulah.....serentetan pertanyaan yang bisa ku dengar,pertanyaan itu membuat kepalaku pusing,sekarang aku mengerti kenapa Idol korea masih melajang di umur yang sudah tua,jadi tampan tidak mudah ternyata.

"Hem.....,kalian memang murid murid bapak yang paling pintar ya"Jawabku.

"Nah,untuk menjawab pertanyaan kalian,bapak membawa seseorang" Ya ....,aku membawa kejutan untuk mereka,aku membawa calon istri ku.

"Ayo masuk"Aku melambaikan tanganku pada Aisyah,serentak anak anak melihat ke arahnya.

"Nah,perkenalkan ini Aisyah,calon istri bapak,dan kebetulan sekali,ini kakak dari Fahri,sebagian dari kalian mungkin sudah mengenalnya,Beliau ini juga salah satu dari pengajar di SMP Dua belas desember,ada yang lulusan dari sana?hahaha kalau belum kenal,boleh kenalan dulu"

Aku menerangkan dengan gembira. Beberapa murid ada yang menyapa,ada yang bersorak juga,bahkan beberapa murid perempuan langsung memeluk Aisyah,mungkin mereka juga dulu murid Aisyah.

"Akh,Pak Rama nikung kita nih...." Rangga,salah satu muridku yang paling pandai bernyanyi,mendekatiku,tidak,lebih tepatnya mendekati Aisyah.

"Jadi gitu ya bu,waktu itu Ibu bilang nggak suka berondongan,tapi sekarang Ibu menikah dengan orang yang lebih muda juga,harusnya Ibu bilang dari dulu,kalau aku emang nggak cakep" Rangga memandang Aisyah dengan tatapan sendu,tapi tiba tiba kembali ceria.

"Tapi Ibu tenang aja,Ada yang lebih lucu dari Ibu kok,ya kan De....DEWI!" Rangga berteriak tiba tiba,serentak semua orang melihat Dewi,termasuk aku.

!!! Kenapa?

Air mata deras mengalir di wajahnya,tangannya gemetar.

Semua orang melihat ke arahnya,suasana menjadi hening tiba tiba. Asma menepuk bahunya.Dewi tersentak kaget.

"Akh.....i..iya,kenapa?" Dewi terlihat bingung.Ia canggung melihat semua orang melihat padanya.

"Ke...kenapa,eh kerudung ku basah" Dewi terlihat tidak sadar kalau dia tadi menangis. Semua orang masih melihat Dewi dengan hening.Dewi mengusap pipinya,dan terlihat kaget.Ia mengucek matanya.

"A....akh,se...sepertinya tadi mataku kelilipan waktu di jalan tadi,jadi perihnya terasa sampai sekarang,kalau begitu aku ke toilet dulu,to...toiletnya dimana"

Seorang perempuan yang berada di belakang Dewi menuntunnya ke toilet.
Semua kembali normal saat Dewi pergi.Aneh,sepertinya aku pernah melihat kejadian yang sama,tapi aku lupa.

"Nah,anak anak,kalian pasti sudah menunggu lama,sekarang silahkan pesan makanan yang kalian mau"
Aku memulai tujuan utamaku di sini,yaitu memberi undangan sambil mentraktir makan,juga perpisahan.
"Huuuu bapak the best,ayo sikat...." Salah seorang murid,kalau aku tidak salah dia adalah leader dari grup tari mulai memesan lebih dulu,di susul yang lain,anehnya mereka mengantri tanpa harus di suruh.Sangat sulit membiasakan mengantri,tapi ternyata mereka lebih baik.

Tapi,dimana Dewi?kenapa belum kembali?

"Kak Aisyah,kakak tau Dewi kan?yang ke toilet tadi?dia belum keluar dari tadi,bisakah kamu lihat dia?" Aku berbicara dengan Aisyah,aku memanggilnya kak agar bisa membujuknya.Tapi rupanya ia juga terlihat gelisah.Akh aku baru ingat,saat itu....waktu aku bertemu lagi dengan Aisyah,saat Fahri pingsan,waktu itu juga tangan Dewi gemetar dan dia menangis juga.Apa dia punya penyakit?dengan gejala seperti itu.Atau....apakah dia kesakitan hingga akhirnya menangis?sebenarnya apa yang dia sembunyikan?aku tidak bisa melepasnya dengan tenang jika dia sakit seperti ini,apa sakitnya parah?

Saat Aisyah akan menyusul ke toilet,tiba tiba Dewi dan teman yang menemaninya datang.

"Kamu tidak apa apa?" Aku langsung menghampirinya.

"Nggak papa kok Kak,eh Pak ,oh iya.....tadi Ibu nelfon,katanya harus pulang sekarang" Jawab Dewi. Kenapa ia berbohong? Aku sudah bilang pada Ibu kalau acaranya mungkin sampai sore,Ibu sudah mengizinkan.

"Apa kata Ibu?" Tanyaku.Aku ingin tahu seberapa jauh Dewi berbohong.Biasanya orang yang berbohong akan susah mencari alasan.

"Ibu bilang saya harus istirahat di rumah,sebentar lagi bapak menjemput,saya harus pulang" Dewi menjawab dengan pasti.
Apa memang sudah direncanakan? Kebohongan yang sudah direncanakan itu sangat berbahaya.

"Kalau begitu,Bapak akan tenang kamu menunggu.Bapak sudah tau alamatnya kan?" Aku bertanya,aku ingin mengikuti alur yang di buatnya.

"Akh...,tidak usah di temani,di depan ada kursi,saya akan menunggu di sana saja.Bapak juga sudah tau alamatnya kok, pak Rama tenang saja" Jawabnya.

"Saya tidak bisa tenang,kamu itu titipan.Saya tidak bisa membiarkan kamu sendirian" Aku berdalih.Aisyah tiba tiba memegang tangan Dewi.

"Biar Kak Aisyah saja yang antar,Bapak sudah menunggu di depan" kata Aisyah. Aku melihat ke luar,ternyata benar Bapak Dewi sudah menunggu di luar.Tunggu!bagaimana Aisyah bisa tau itu ayahnya Dewi!.

"Hem,baiklah wajah mu sangat pucat Dewi,sebaiknya kamu istirahat" Aku menundukan wajahku,ada sedikit penyesalan yang kurasakan,aku menyesal telah salah sangka terhadap nya.

Murid murid telah selesai mengantri,semua nya terlihat bahagia,sementara Dewi sudah pulang.

"Kak.....,aku tidak melihat Dewi,Asma juga tidak bersamanya,kakak melihatnya? Dia selalu ceroboh,bagaimana kalau tersesat..." Fahri terlihat khawatir.

"Dewi tidak mungkin tersesat,tempat ini kan kecil,lagi pula Dewi sudah dewasa" Aku tersenyum pada Fahri,sepertinya Fahri sangat peduli pada Dewi.

"Hah......Dewi itu mudah melupakan sesuatu,Dia mungkin saja lupa sekarang ada di mana,bagaimana kalau dia ada yang culik!?"Fahri kini benar benar terlihat seperti induk ayam yang kehilangan anaknya.

"Pft.....hahahahaha" entah kenapa aku ingin tertawa melihat dia.

"Hei,kalau kak Rama ketawa lagi,Fahri gak akan nerima kakak jadi kakak ipar" Fahri terlihat serius 

"Iya maaf,maaf....kamu terlihat seperti ibu ibu yang hilang anak"Jawabku

CINTA SUBUHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang