23

44 5 0
                                    

Sejuk pagi ini terasa sekali. Tanganku rasanya membeku.

"Brrr.....,dingin banget". Kataku.

"Jangan gerak dulu,nanti makeup nya berantakan". Kata penatarias.

Untuk pertama kalinya aku memakai riasan di wajahku,rasanya tidak nyaman. Biasanya aku hanya menggunakan pencuci wajah dan bedak bayi.

"Ngomong-ngomong,gaunnya bagus". Kataku. Gaun akad ini,di buat oleh teman SMA pak Arka,seorang laki-laki yang sudah sukses sebagai desaigner. Pak Arka sangat suka dengan gaun-gaun yang di buat temannya itu. Dan anehnya,akupun suka. Padahal gaunnya sederhana. Gaun putih polos yang mengembang di ujungnya,tanpa hiasan apa-apa. Benar-benar menandakan kemurnia.

"Apa pengantin sudah siap?akad sebentar lagi dimulai". Kata Asma.

"Sudah siap". Kata penatarias.

"Dew.....,jangan gugup,santai saja,jangan sampai kamu menjatuhkan cincinnya". Kata Ibu. Ia menggandengku.

"Sebelum berangkat,tarik nafas dulu". Kali ini yang berbicara calon mama mertuaku. Ia menggandengku. Aku menarik nafas panjang. Udara yang masih segar ini membuat paru-paru lebih segar.

Aku berjalan di gandeng dua wanita cantik yang tersenyum bahagia. Aku tidak menyangka,aku menikah bahkan dengan orang yang baru ku kenal.

Masjid sudah penuh,beberapa orang yang selesai sholat subuh ternyata tak langsung pulang,terlihat sekali beberapa orang yang kulihat adalah orang asing.

"Assalamu'alaikum". Kata Ibu dan calon mama mertuaku. Semua mata tertuju pada kami,aku malu sekali.

"Wa'alaikumsalam warrahmatullah,mempelai wanita silahkan duduk di sebelah mempelai pria". Kata pak penghulu.

Aku di tuntun menuju pak Arka dan duduk di sebelahnya.

"Siap....,saksi siap?". Kata penghulu. Mereka mengangguk.

"Wali siap?". Aku melihat bapak,bapak mengangguk sambil tersenyum melihatku.

"Penganten siap?". Kami mengangguk.

"Sebelum ijab qabul dimulai apakah mempelai wanita ridho dinikahi oleh mempelai pria". Mereka melihat ke arahku.

"Saya Ridho". Jawabku dengan mantap.

"Baiklah Bismillahirrahmannirrahim.....,pak Wali turuti kata-kata saya ya". Kata pak penghulu.

"Bismillahirrahmannirrahim.......Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau ananda Arkana Rizky bin Hasyim   dengan anak saya yang bernama Dewi dengan maskawin berupa Cincin mas permata seberat lima gram dan seperangkat alat sholat, tunai."Kata pak penghulu.

Bapak mengulang kalimat itu,saat kata tunai,jabat tangan bapak menjadi lebih erat menjabat tangan pak Arka.

Akhirnya,tanggung jawab terhadapku sudah berpindah ke tangan pak Arka.

“Saya terima nikahnya dan kawinnya Dewi binti Anto dengan mas kawin yang tersebut, tunai". Pak Arka menjawab dengan satu kali tarikan nafas. Sorot matanya tegas,seolah-olah berkata 'aku akan bertanggung jawab'.

"Bagaimana? Saksi....sah?" kata pak penghulu.

"Sah......". Kedua saksi berkata bersamaan. Selanjutnya pak penghulu berdo'a dan kami mengaminkan.

kami menandatangani surat nikah beserta para saksi,wali,dan pak penghulu.

"Alhamdulillah....sah ya,silahkan cincinnya dipasangkan sebagai formalitas". Kata pak penghulu.

Pak Arka memasangkan cincin dijari manisku dengan tangan gemetar,apa pak Arka juga merasa kedinginan?sudah kuduga,bukan aku saja yang merasa kedinginan.

CINTA SUBUHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang