21

43 2 0
                                    

Hari ini aku di rumah,dan aku sangat sibuk,menyiapkan pernikahan dadakan yang aku juga tidak tahu apakah akan berjalan lancar atau tidak. Beruntungnya kami punya banyak orang untuk membantu.

Bapak dan Ibu Dewi meminta maaf karena seharusnya pihak perempuan yang menyiapkan pesta resepsi. Tapi karena pernikahan ini dadakan,tidak akan cukup waktunya jika hanya di siapkan oleh pihak perempuan,karena itu.....aku memutuskan untuk membagi tugas untuk menyiapkan pernikahanku dan Dewi.

Ayah dan calon Ayah mertuaku membantu mendaftarkan pernikahan kami dan meminta izin untuk melakukan akad di masjid,karena Dewi ingin akad di lakukan di masjid sebrang rumahnya,lalu pergi ke kapolsek meminta jaminan keamanan dan izin acara.

Sedangkan Mama dan calon Ibu mertuaku menyiapkan kue pengantin,mereka membuatnya di halaman belakang,untunglah,suara berisik mama tidak akan terdengar kemari. 

karena ini adalah pernikahan pertama dari keluarga Dewi dan pernikahan terakhir dari keluargaku,jadi mereka ingin membuat kue yang indah dan acara yang meriah,walaupun Dewi meminta acara yang sederhana tapi aku tidak bisa menolak keinginan orangtuaku dan orangtuanya.

Sementara itu aku dan Ardhi akan mencari WO,beberapa WO menyediakan gedung dan catering juga,itu bagus karena aku memang tidak punya waktu jika harus mencari gedung lagi.

Aku juga sudah menyewa orang untuk membagikan undangan pernikahanku beserta alamat,untuk temanku dari luar kota,aku mengirimkan mereka undangan lewar surel.

Sekarang yang tersisa adalah gaun pengantin dan tatarias,fotografer dan dokumentasi,apa harus ada Bride's maid?,hemmm.....apa Dewi punya teman perempuan untuk Bride's maid?,aku akan urus itu nanti,lalu....akh....seserahan, dan mahar apa yang Dewi inginkan?mengapa aku lupa hal sepenting itu?

Aku mengambil ponselku dan menelfon Dewi.

"Halo....assalamu'alaikum.....". Dewi menjawab telfon

"Wa'alaikumsalam warrahmatullah".

"Ada apa pak Arka?". Tanyaku Dewi

"Akh.......,saya lupa menanyakan mahar apa yang kamu inginkan". Kataku.

"Mahar?". Dewi terdengar bingung. Jangan-jangan ia juga baru memikirkannya. Ia belum menjawab. Mahar apa yang di fikirkannya sekarang,apakah ia akan memintaku membuat masjid seribu menara?,lalu harus selesai dalam satu malam. Haha memikirkannya saja membuatku tersenyum.

"Cincin emas dan seperangkat alat sholat saja sudah cukup pak". Jawabnya. Akh......ternyata mahar umum.

"Berapa gram emas yang kamu mau?". Tanyaku.

"Sesuai kesanggupan pak Arka saja....hatchu..". Jawabnya. Ia bersin. Apa ia sakit?atau alergi debu?sedang dimana ia sekarang?,bagaimana kalau benar sakit?. Aku tidak sadar sudah meremas kerah bajuku sendiri. Aku khawatir,haruskah aku pergi menemuinya?. Tidak! Kalau aku pergi  semuanya tidak akan lancar,masih banyak hal yang harus aku urus.

"Pak Arka". Dewi memanggil.

"Iya,ada apa Dew?". Jawabku.

"Nggak pak,ini Kak Arini nanya saya sedang telfon sama siapa,jadi saya jawab pak Arka". Kata Dewi.

Dia bersama kakak,syukurlah aku tidak harus pergi ke sana,Dewi akan aman bersama kakak. Tapi.....untuk apa kakak menemui Dewi?.

"Oh.....kamu sedang bersama kakak?boleh saya bicara sebentar dengan kakak?". Tanyaku.

"Halo....,assalamu'alaikum,ada apa Dek?". Kata kak Arini.

"Sedang dimana kakak dan Dewi?,ada kepentingan apa kakak bertemu Dewi?" Tanyaku.

CINTA SUBUHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang