13

69 3 0
                                    

"Dew,kenapa ibu berfikir kalau nak Arka menyukaimu ya?".
Ibu sedang menyiapkan bekal makan,sedangkan aku sedang mencuci piring bekas sarapan tadi,ayah sedang menemani nenek di teras rumah.

"Mana mungkin bu,aku dan mas Arka baru kenal beberapa hari,mana mungkin ada perasaan seperti itu,lagipula dia orang yang terlihat pilih-pilih pasangan". Kataku.

"Ibu juga berfikir bahwa kamu juga menyukai nak Arka".

"Mana mungkin,aku bukan orang yang mudah jatuh cinta" Aku benar-benar jujur,walau sebenarnya aku sering merasa nyaman jika berada dekat mas Arka,rasanya seperti berdiri di bawah pohon yang rindang hehe.

"Lantas,kemarin ada apa dengan kalian?,ibu tidak sengaja melihat kalian dari balik kaca toko,dan lagi,kenapa kamu memanggilnya mas?".
Aku mematikan keran air,jadi ibu melihat?tentu saja ibu melihat,semua orang juga dapat melihat dari kaca itu,dan lagi,kenapa   aku memanggilnya dengan sebutan mas,saat itu aku mengira dia anak kuliahan,harusnya aku panggil dia 'dik',kenapa aku memanggilnya 'mas' ya? Itukan panggilan yang biasa di lakukan istri pada suami,sepertinya aku harus mengganti panggilanku,itu juga kalau kita bertemu lagi.

"Bu.....,sebenarnya kemarin kakiku keseleo,dan Pak Arka ingin mencoba membantu,tidak ada yang aneh dengan itu kan?"Jawabku. Ibu hanya mengangguk.

"Sayang sekali,padahal ibu sangat ingin punya menantu ramah seperti nak Arka" Kata Ibu.

Kata-kata ibu membuatku diam membisu,itu benar,aku yakin ibu khawatir tentang aku,tidak banyak wanita yang masih lajang di usianya yang menginjak dua puluh tujuh tahun,tigabulan lagi umurku menginjak dua puluh delapan tahun,mungkin ini perasaan kak Aisyah dulu,saat ia menunggu jodoh,tapi tidak semua orang bisa menerima orang yang cacat,mungkin kak Aisyah lebih putus asa saat itu,tapi ternyata jodohnya yang mencarinya,kak Rama sendiri yang mencari kak Aisyah,cinta memang seperti itu,kuharap ada seseorang yang datang melamar agar aku tidak gelisah,akhir-akhir ini aku mendengar tetangga bergosip tentang diriku,katanya perempuan yang tidak menikah setelah umur dua puluh lima tahun akan sulit mencari jodoh,aku tidak percaya,yang menentukan semuanya Allah bukan mereka.

"Bu.....,do'akan saja ya,ibu jangan khawatir" Kataku. Ibu menatapku sendu,ia memelukku dan pergi keluar dapur tanpa sepatah kata pun. Aku mengambil bekal yang di siapkan ibu,hari ini jadwalku mengajar kursus,setelah beberapa hari aku titipkan pada Risna.
Aku mengambil tas dan bekalku lalu ke teras.

"Nek,bu,pak,aku berangkat ya,assalamu'alaikum" Aku mencium tangan mereka satu per satu lalu pergi,aku hanya berjalan kaki karena jarak tempat kursus dengan rumahku lumayan dekat.

"Pernikahan Dino sebentar lagi,Fahri juga akan mengadakan resepsi,Asma dan Yusuf pasti sedang sibuk membantu mereka,begitu juga kak Rama dan kak Aisyah,aku tidak bisa banyak bantu,aku harus ngapain ya?apa aku datang saja ke rumah bunda?mereka selalu berkumpul disana,tapi akan ada Alice dan Fahri,ck.....aku harus membuat daftar kegiatan" . Seperti biasa,aku menggumam berbicara pada diri sendiri,biasanya kegiatanku sebelum Fahri pulang adalah,pergi mengajar kursus,bantu ibu di toko,lalu bertemu Dino dan Asma,menjahili sikembar di rumah bunda,tapi si kembar sepertinya sedang sibuk belajar,ujian tengah semester sebentar lagi.

"Sepertinya hidupku akan sedikit hampa".

Aku sudah sampai di tempat kursus,ku lihat beberapa wajah baru,sepertinya ada beberapa orang lagi yang mendaftar kursus.

"Assalamu'alaikum......". Aku masuk ke ruang pengajar dan administrasi. Sudah ada Risna disana,dan.....Pak Ardhi.

"Wa'alaikumsalam warahmatullah" Jawab Mereka. Risna menghampiriku dan berbisik
'ada orderan',aku mengangguk mengerti.

"Kalau begitu saya buat teh dulu ya,silahkan Pak Ardhi untuk konsep desainnya bisa bicarakan dengan mba Dewi" Kata Risna sambil menunjukku.
Aku duduk di kursi yang berhadapan dengan Pak Ardhi,sementara Risna membuat teh,hanya ada teh disini.

CINTA SUBUHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang