4

63 7 0
                                    

Angin berhembus lembut, jangkrik sudah mulai bersahutan, bintang dan bulan tersenyum cerah di atas pekatnya langit, burung hantu sudah mulai aktif memberi isyarat,malam ini......terasa damai, apa karena aku berada di pegunungan? Atau karena aku sendirian di tengah luasnya kebun teh.

"Dewi.......makan dulu nak......, ikan gorengnya sudah mateng nih..." teriak  Ibu dari rumah. Setelah aku datang, Ibu dan Bapak tidak bertanya banyak hal, mungkin mereka sudah tahu apa yang telah terjadi padaku, mungkin Bunda sudah memberi tahu lewat pesan atau menelfon Ibu. Yah..... Syukurlah, aku sedang ingin berfikir dan menenangkan diri.
Aku berjalan kembali ke rumah nenek yang jaraknya kurang lebih seratus meter dari tempat ku berdiri.

"Dew....., nenek bilang jangan lama lama di luar kalau sudah malam,pamali" Kata nenek.Aku hanya tersenyum kecil. Aku duduk di ruang tengah setelah menutup pintu. Tidak ada sofa atau meja makan, kami makan bersama sambil duduk bersila, sesekali bercerita tentang kegiatan hari ini atau rencana kegiatan besok, rasanya hangat sekali karena jarang sekali aku mengobrol dengan Bapak dan Ibu, apalagi dengan nenek. Setelah kakek meninggal nenek hidup sendiri, karena itu Bapak dan Ibu sering bermalam disini. Dan.......mungkin aku juga akan mulai berfikir untuk menetap disini.

"Ibu udah beresin kamar kamu, kalau mau nyemil, ada pisang di dapur, kamu ambil sendiri aja ya" Kata Ibu. Aku hanya mengangguk. Ibu sudah membereskan alat makan dan lauk yang tersisa. Bapak dan nenek sudah masuk ke kamar mereka, malam memang sudah sangat larut, tapi aku masih terjaga.

"Ibu tidur dulu ya...." Kata Ibu. Aku hanya mengangguk. Aku masih duduk di ruang tengah. Ingin menyalakan televisi, tapi takut mengganggu yang sedang tidur.

Aku memutuskan untuk keluar dan duduk di teras menikmati angin malam yang semakin dingin.

Melamun.

Melamun.

Melamun.

Aku tidak sadar berapa lama aku duduk di sini, menatap bintang dengan fikiran yang kosong.

"Kamu tidak bercermin dulu?,kerudungmu berantakan,mau bertemu pangeran subuh kok berantakan begini"

Tiba tiba aku teringat kembali, teringat salah satu kenangan dengan Fahri.

"Astagfirullah, lama lama stres kalau kayak gini" Gumamku. Aku beranjak masuk ke rumah menutup pintu dan segera tidur.

.
.
.
.
.
.

Malam begitu dingin......., tapi aku masih ingin berada di luar.

"Ada apa? Kenapa melamun begitu" Alice sudah berada di sampingku tanpa kusadari.

"Nggak apa-apa kok, kamu tidur  duluan aja, di luar dingin" Kataku sambil tersenyum.

"Nggak akh aku kan pengen bareng kamu terus" Kata Alice dengan wajah gemas.

"Di luar kan dingin....., kamu di dalem aja ya.....,nanti sakit lho" Kataku sambil mengusap pucuk kepalanya. Dia menatapku sambil cemberut.
Aku tertawa, sifat keras kepalanya keluar lagi.

"Oke deh aku masuk ke rumah,kamu juga harus ikut masuk, diluar dingin" Kataku sambil tersenyum. Alice mengangguk cepat dan mengikutiku masuk ke dalam rumah.

Tak ada yang tahu bahwa hati bisa berubah, bahkan jika hati ini telah belasan tahun mencintai seseorang, jika memang bukan takdir, Cinta itu bisa luntur seketika.

.
.
.
.
.

"Hatchi..... Hatchi....., haduh.... Pilek". Subuh sangat dingin disini, mungkin karena di pegunungan jadi rasanya seperti masuk ke dalam lemari es.

Aku melepas mukena dan membereskan kamar. Hari ini aku sudah membuat daftar kegiatan untuk melepas fikiran.

"Melihat matahari terbit,menggambar di kebun teh,bantu ibu masak, mancing di sungai, Hatchi.....duh...dingin banget" Aku menulis catatan kegiatan yang sudah ku rencanakan.

CINTA SUBUHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang