Basket

305 56 11
                                    

"NA JAEMIN LO KALAH BAYAR KAS DUA PULUH RIBU!" seru Lia heboh sebelum pergi ke toilet, meninggalkan tawa teman temannya yang lain.

Kemarin mereka sudah mendukung Jeno dan Ryujin, di hari Minggu ini mereka menyempatkan diri menonton turnamen basket sekolah.

Berada di stadion basket kota, tempat biasa dilaksanakannya turnamen basket antar sekolah, di sinilah IPA4 bergabung dengan supporter sekolah untuk menyoraki tim mereka.

Sebenarnya, sejak bulan lalu sudah dilaksanakan penyisihan, namun sekarang finalnya. Antara sekolah mereka dengan sekolah lawan.

"Somi cheerleader?" tanya Beomgyu.

Haechan mengangguk, menunjuk kumpulan gadis dengan seragam cerah di ujung lapangan. "Semangat banget anjir anaknya."

Beda percakapan dengan Yeji yang merutuk di belakang Felix, "Anjir kok ada Kak Dino lagi?! Gue malu."

"Mana?"

"Itu di sana."

Mata Felix memicing, melihat seorang lelaki yang sedang adu mulut dengan gadis di lapangan.

Yena, merangkap sebagai penari dan tim cheer. Kalau kata orang, kelebihan energi.

"Wih, Kak Yena apa ga capek anjir, kemarin joget hari ini lompat lompat."

Yeji jadi ikut terperangah, "Iyaya? Gila kerenn."

"Soobin anjiiiiing!"

Keduanya menoleh, melihat Lia sedang mencak mencak memasuki tribun sambil mengekor Soobin yang bergidik ngeri—walau sesekali tertawa.

"Ngapa, Li?" tanya Yeji.

"Si tiang kek babi!"

"Mana ada! Bilang aja lo seneng anjir," bela Soobin.

"Malu ya gue tuh!"

"Tapi seneng—ADUH!"

Soobin mendelik, hendak protes saat Lia memukul pundaknya. Tapi urung saat melihat wajah memerah milik Lia. Hiburan katanya.

"Emang kenapa?"

"Gue ketemu Kak Minho anjir! Dia inget!"

Yeji cengo, "Lah? Terus kenapa emang?"

"Ah udah! Gue ga mau cerita, gue keburu malu!"

Felix mengernyit saja, menyikut Soobin berharap diberi sedikit cerita.

"Ketemu gebetan."

Bugh

"Mata lo gebetan gebetan. Duh, babi, anjir, kampret, argh."

Lia kembali mencak mencak, memukul pelan punggung Soobin dari belakang.

"Eh anjir! Udah! Heh!"

"Mampus, makanya jangan main main sama Lia. Dia galaknya pake banget," sahut Hyuka yang entah sejak kapan duduk di sebelah Soobin sembari mencicipi somay.

"Ini lo juga—"

"WEITS KALEM MBAK BRO. Itu tuh dah mau mulai," sela Yeji, tertawa geli.

Itu bukan alibi. Sirine dan peluit tanda dimulainya permainan mulai menyita perhatian penonton.

Berbeda saat melawan sekolah sendiri, melawan sekolah lain benar benar membuat mereka ikut gugup dan antusias.

Selain mendukung sekolah sendiri, beberapa suporter punya alasan lain berdiri di tribun seperti ini.

Mencari relasi dan jodoh dari sekolah lawan misalnya.

"WAAA!!!"

"UWAAAA!!"

The Bobrokers! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang