Jam pelajaran terakhir sudah dimulai. Mata murid-murid tertuju ke depan, di mana Fely, sang sekretaris kelas, sedang menulis di papan tulis dengan tekun. Suasana kelas terasa hening, hanya terdengar suara kapur yang menggesek papan tulis. Pak Kumis, alias Pak Jery, guru bimbingan konseling, tidak bisa masuk karena harus mengurus anaknya yang sedang sakit di rumah sakit. Karena itu, Pak Jery menyuruh Fely untuk mengambil buku di ruangannya dan mencatat materi yang harus mereka pelajari.
Fely, dengan penampilannya yang rapi, rambut di kuncir kuda, dan kacamata yang bertengger di hidungnya, tampak seperti guru sungguhan. Ia menyalin catatan dengan cermat, tidak ingin ada informasi yang terlewat. Murid-murid, meskipun beberapa tampak bosan, tetap mencoba fokus pada tulisan Fely.
Di tengah kesibukan itu, Diva membungkuk di bawah meja, mencari sesuatu dengan penuh semangat.
"Nya, lihat Tip-X gue nggak?" tanya Diva dengan suara pelan namun tergesa, sambil matanya menyapu kolong meja, mencari benda yang hilang.
Anya, yang duduk di sebelah Diva, menggeleng pelan tanpa mengalihkan pandangannya dari buku catatan. Tangannya terus menulis, mencatat setiap kata yang Fely tuliskan di papan tulis. Ia tidak mau tertinggal satu pun poin penting dari materi yang sedang diajarkan. Suasana kelas tetap tenang, dengan hanya beberapa siswa yang saling berbisik atau bertukar pandang. Sementara itu, Fely terus menulis, berusaha sebaik mungkin untuk menggantikan Pak Jery yang sedang absen.
Diva terus mencari. Di tas tidak ada, di kolong meja tidak ada, di bawah juga tidak ada. Ia mengacak-ngacak isinya, menarik keluar buku, pensil, dan alat tulis lainnya, tapi benda yang ia cari tidak ditemukan. Keningnya berkerut, menunjukkan kekesalannya. Diva berdiri dari duduknya dengan ekspresi frustasi, kemudian berteriak, "WEH, SIAPA YANG AMBIL TIP-X GUE! GUE GAK ULTAH, YA!"
Seketika seluruh murid yang ada di kelas menatap Diva dengan tatapan tajam, merasa terganggu oleh keributan yang tiba-tiba. Suasana kelas yang tadinya hening dan fokus seketika berubah menjadi tegang. Fely yang sedang mencatat di meja guru pun langsung menoleh. Dengan kacamata bertengger di hidungnya, buku materi di tangan, dan ekspresi serius di wajahnya, Fely sudah terlihat seperti guru sungguhan. Karena Fely sudah selesai mencatat materi di papan tulis, sekarang ia mencatat di bukunya sendiri. Mumpung tidak ada guru, dengan entengnya Fely duduk di bangku guru, merasa berhak mengatur suasana kelas.
"GUE PINJEM DULU, DIV!" teriak seorang cowok dari bangku pojok. Suaranya memecah kesunyian dan menarik perhatian seluruh kelas.
Diva menatap Noah tajam. "Waktu kapan lo ambil Tip-X gue, hah? Udah kayak tuyul aja lo main ambil barang orang tanpa izin!" ucap Diva beranjak dari tempat duduknya lalu berjalan ke arah Noah. Dengan gerakan cepat, ia mengambil alih Tip-X yang sedang dipakai Noah.
"Pinjem dulu, Div," rengek Noah sembari mencoba meraih Tip-X dari tangan Diva, tapi Diva langsung memasukannya ke saku baju sekolahnya. Ekspresi wajah Noah menunjukkan kekesalan dan keputusasaan.
Noah menggaruk tengkuknya. "Mana mungkin kan gue ambil Tip-X itu dari saku baju Diva, secara itu... ya sudah lah jangan dilanjutkan," pikirnya.
"Div, pinjem," ucap Noah lagi dengan nada memohon.
Diva mengangkat Tip-X itu tepat di depan wajah Noah. "Mau ya?" tanya Diva, matanya menatap tajam. Noah mengangguk, mencoba meraih Tip-X tersebut, tapi dengan cepat Diva menariknya kembali.
"Beli sendiri," ucap Diva dengan nada tegas.
Setelah mengucapkan itu, Diva kembali duduk di tempat asalnya. Murid-murid yang melihat drama antara Noah dan Diva itu kembali melanjutkan catat-mencatat mereka, suasana kelas kembali hening.
KAMU SEDANG MEMBACA
KENZO:TIGERISHCREWS (TAMAT)
Jugendliteratur⚠️17+ HIGHEST RANK# #03 gengster 12.05.21 #01 sma 06.07.21 #02 loveable 20.07.21 #01 gengster 10.07.21 #03 humor 17.07.21 #02 loveableredaksi 30.07.21 #31 perjodohan 30.07.21 #01 2021 31.07.21 #02 couplegloas 10.08.21 #01 gangster 29/10/21 #01 nikah...