=33=PANTI ASUHAN KASIH BUNDA

13K 694 23
                                    

"Gila, gila, gila! Gue kangen banget sama lo Sal, Al, kapan balik?" teriak seseorang dari telepon. Suara Diva terdengar jelas meskipun ada sedikit distorsi dari sambungan telepon. Di kamar yang terang oleh cahaya lampu, Kenzo duduk di sofa dengan ponsel di tangannya, wajahnya berkerut mendengar teriakan yang mendadak itu.

Kenzo yang merasa terganggu dengan teriakan Diva di telepon langsung angkat bicara, "Please, Div. Volume mulut lo pelanin dikit," katanya dengan nada sedikit memohon tapi tegas.

"Sirik aee!" ejek Diva. Sontak saja Alma, Salma, dan Anya tertawa lepas. Di layar ponsel, wajah mereka yang tertawa terlihat jelas, menciptakan suasana ceria di tengah malam itu.

Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, tapi mereka masih saja belum selesai reuni nya. Itu membuat Kenzo kesal sendiri. Mata Kenzo melirik ke jam dinding berbentuk bulat yang tergantung di dinding, jarum jam yang sudah mendekati angka sepuluh membuatnya merasa lelah.

Dari jam 7 sampai jam 10 mereka mengadakan reuni virtual. Video call dengan Salma, Alma, dan Diva. Melepas rindu mereka dengan cara video call. Hal sepele, namun menyenangkan. Di layar ponsel, wajah-wajah teman lamanya masih terlihat antusias dan penuh kebahagiaan, meskipun sudah beberapa jam mereka berbincang.

Anya melirik jam yang ada di atas nakas. "Gila, gak kerasa ya kita video call sampai selama ini?" katanya sambil tersenyum. Salma, Alma, dan Diva mengangguk setuju, wajah mereka menunjukkan rasa senang yang tak terlukiskan.

"Heem, sampe mami gue masuk ke kamar terus bilang, 'Diva, berisik! Jangan bergadang terus, ntar sakit baru tau rasa!'" ucap Diva di seberang sana, mulutnya bergerak-gerak menirukan gaya bicara maminya itu, membuat yang lain kembali tertawa.

"Bergadang aja terus, nanti kan kalau darahnya habis bisa direcycle," ujar Anya yang mendapatkan kekehan dari Diva. Candaannya membuat suasana semakin hangat dan penuh canda tawa.

"Eh, eh, sini handphonenya, Kenzo!" pekik Anya saat ponselnya dirampas oleh suaminya. Wajah Anya terlihat sedikit terkejut namun masih dengan senyuman.

Tut!

Kenzo mematikan sambungan teleponnya itu tanpa meminta persetujuan dari Anya, membuat sang empunya menggembungkan pipinya cemberut. Wajah Anya yang tadinya ceria kini berubah menjadi sedikit kesal.

"Kenapa dimatiin? Kan masih kangen tau!" rengek Anya dengan suara manja, berharap suaminya mengerti.

"Udah malem, reuninya ntar aja. Biasanya juga jam segini udah tidur," jawab Kenzo dengan nada lembut namun tegas, berusaha mengakhiri percakapan mereka malam itu. Anya menghela napas, tahu bahwa suaminya benar, meskipun masih ingin berbincang lebih lama.

"Kan belum ngantuk," balas Anya sembari berusaha merampas ponselnya dari tangan suaminya itu. Namun, dengan gerakan cepat, Kenzo mengangkat tinggi-tinggi ponsel Anya, membuat Anya tidak bisa meraihnya. Anya yang bertubuh mungil berusaha melompat, tapi usahanya sia-sia karena Kenzo yang bertubuh lebih tinggi menjauhkan ponsel itu dari jangkauannya.

"Nggak akan gue kasih kalau lo nggak tidur!" ancam Kenzo dengan tegas, sambil tetap tersenyum.

Anya menghela napas pasrah lalu membaringkan tubuhnya di atas kasur king-size mereka. Ia menutup seluruh tubuhnya dengan selimut tebal yang lembut. Kain selimut yang berwarna pastel itu menciptakan kesan nyaman dan hangat di kamar tidur mereka.

Kenzo tersenyum puas lalu menaruh ponsel Anya di atas nakas yang berada di samping tempat tidur. Ia memandang istrinya yang kini terbungkus selimut dengan perasaan lega.

"Good girl," puji Kenzo sebelum kembali membaringkan tubuhnya di sisi Anya. Ia merapatkan tubuhnya ke arah Anya, merasakan kehangatan yang memancar dari tubuh istrinya. Dengan lembut, ia memeluk Anya dari belakang, memastikan bahwa istrinya merasa nyaman dan aman di pelukannya.

KENZO:TIGERISHCREWS (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang