=43=BATAGOR MAK CIK RASA CINTA

9.8K 601 32
                                    

"Kalo lagi banyak pikiran kek gini, rasanya pengen banget bagi-bagi sama orang yang gak punya pikiran."_Anya grenalda

•••


Angin semilir di malam hari sangat dingin, sampai-sampai angin itu memasuki pori-pori kulit seorang gadis yang tengah duduk di jendela yang terbuka. Anya menyenderkan kepalanya di penyangga kaca, menatap nanar sinar bulan dan bintang yang tersenyum cerah, tak secerah harapannya saat ini.

Sekarang, gimana keadaan Bunda, ya?

Apa Bunda bakal nerima Geon sebagai anak sambungnya?

Apa Bunda bisa memaafkan Ayah?

Pikiran gadis itu dipenuhi dengan pertanyaan-pertanyaan yang membuatnya tak tenang. Ayah yang selalu dia percayai sejak kecil kini mengecewakannya dengan ulah yang brengsek itu.

Anya melipat tangannya di atas lipatan kakinya, menidurkan kepalanya di atas lipatan tangannya. "Kenapa Ayah kecewain aku sama Bunda?" lirihnya, suaranya hampir tak terdengar, menelusup di lipatan tangannya.

Sementara itu, tak jauh dari Anya yang sedang duduk di jendela, seorang pemuda menatapnya dengan penuh perhatian. Kenzo, yang tak bisa menahan rasa khawatirnya, berjalan menghampiri gadis itu.

"Ngapain di sini?" tanyanya lembut sambil mengusap kepala Anya, membuat gadis itu mengangkat kepalanya, terkejut dengan sentuhan hangatnya.

"Cuacanya dingin, lho. Kayaknya bentar lagi hujan," lanjut Kenzo.

Ucapan Kenzo membuat Anya mengerutkan keningnya. "Hah, hujan? Lo nggak lihat bintang sama bulan bergemerlap begitu?"

Kenzo menatap langit sejenak. "Menurut aku, cuaca malam ini sendu dan gelap."

"Kok bisa?" Anya menatap Kenzo dengan penuh rasa ingin tahu.

Kenzo kembali menatapnya, matanya berkilau penuh perhatian. "Karena... gadis aku malam ini lagi murung, entah kenapa."

"Wait!?" Anya menggeser posisinya, kini mengantungkan kakinya di atas jendela. "Aku? Kenapa tiba-tiba?" tanyanya, merasa heran. Kenzo jarang sekali memakai embel-embel kata "aku" dalam percakapan mereka.

"Mulai sekarang kita pakai aku-kamu," kata Kenzo dengan nada serius namun tetap santai.

"Enggak-nggak, dengernya aja geli!" protes Anya.

"Biasakan, nanti juga terbiasa. Mau sampai kapan pakai lo-gue? Sampai kakek nenek?"

"Tapi—" Sebelum Anya melanjutkan, bibirnya ditutup oleh jari telunjuk Kenzo.

"Sstt... Gak ada tapi-tapian," tegasnya dengan wajah yang serius, meski masih ada senyum kecil di bibirnya.

Anya menghela napas kasar, lalu memeluk Kenzo, menyandarkan kepalanya di dada bidangnya. Dengan senang hati, Kenzo membalas pelukan itu, mengusap lembut helai rambut Anya.

"Kenapa, hmm?" tanya Kenzo, suaranya lembut saat mengusap rambut Anya, sesekali mengecup kepalanya dengan penuh kasih.

"Bunda gimana, Zo? Setelah tahu Ayah—" Anya tak dapat melanjutkan, suaranya bergetar.

KENZO:TIGERISHCREWS (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang