=61=JADI PAPA MUDA

15.3K 758 96
                                    

"AYO TARIK NAPAS, NYA! DIKIT LAGI AYO!" teriak Sasa, suaranya penuh semangat.

Mata Kenzo terbelalak saat Anya tak kunjung mengeluarkan napasnya. "Sayang! Kok kamu nggak buang napasnya sih? Buang!" serunya, meskipun dia sendiri merasakan cakar Anya semakin kuat di lengan.

"Huhuhu~ JANGAN SALAHIN AKU! DOKTERNYA TU YANG NGGAK NYURUH BUANG NAPAS! Ngh~hahhh~" ucap Anya, suaranya terputus-putus di antara teriakan ngedennya. Kenzo merasa frustrasi, berpikir betapa tidak logisnya situasi ini.

"Tan! Lo gimana sih! Masa istri gue disuruh tarik napas tapi nggak disuruh buang napas? Kalau wife is my isdet, gimana?" teriak Kenzo, matanya melotot penuh kekhawatiran.

"DIKIT LAGI, AYO! TERUS DORONG!" perintah Sasa, suaranya mantap meskipun tekanan emosional di ruang persalinan sangat terasa.

Kenzo merasakan rasa penasarannya semakin meningkat, ingin melihat momen berharga itu, namun tetap tak sabar menunggu. "KENZO, COBA ANAKNYA SURUH KELUAR! SAKIT BANGET...ARGH...." teriak Anya, suaranya menggema dengan rasa sakit.

"Duh! Baby M. Bandel banget sih! Nggak tahu apa Mama-nya lagi kesakitan. Mending cuma satu orang yang kesakitan, lah ini bapaknya juga ikut merasakan sakit karena jambakan!" keluh Kenzo, terus berusaha melepaskan tangan Anya dari rambutnya yang berantakan.

"NGHH~ SAKIT!" Anya merintih, membuat Kenzo hanya bisa meratapi nasibnya. Keadaan Kenzo semakin tidak karuan, baju yang sudah kucel, ringsek seperti mobil yang diseruduk truk besar, dan tangan yang sedikit berdarah akibat cakaran Anya. Ia menyadari betapa konyolnya situasinya; niat untuk merasakan sakit bersamanya justru membawa dampak lebih parah.

Rambutnya acak-acakan, seperti cinta Aril kepada Dinda yang tak terurus. Kenzo merasa miris, seperti gembel di trotoar.

"OH MASYAALLAH! ITU PALANYA UDAH NONGOL! SEMANGAT ANYA!" teriak Dokter Sasa, suaranya penuh semangat.

"Enghh....!" Anya terengah-engah, napasnya semakin cepat.

Dengan sempurna, Anya ngeden, dan bayi mungil keluar dengan selamat, suara khasnya menggema di ruangan persalinan.

Kenzo mengusap wajahnya kasar, merasa seperti orang gila yang menunggu kelahiran anaknya. Ia terjatuh terduduk di lantai, tidak percaya mendengar suara anaknya sendiri—seolah mendengar suara malaikat. Merinding di sekujur tubuhnya.

Oekkk Oekkk.

"Ini bukan mimpi, kan? Ini nyata, gue udah jadi papa! Jika ini mimpi, please jangan bangunkan gue! Tapi kok, gue udah kayak gembel ya?" Kenzo menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Asli, gue jadi Papa!" Dia berdiri lagi, segera memeluk Anya dan mencium seluruh wajahnya dengan penuh kasih.

"Anaknya perempuan, Zo. Cantik!" ucap Sasa, senyum bangga menghiasi wajahnya.

•••

"Nya." 

Anya yang sedang menggendong Baby M dipangkuannya langsung mendongak. "Umm?" 

Mata Kenzo terfokus pada bayi dalam gendongan istrinya. "Makasih," ucapnya, tangannya terulur menyentuh pipi mungil Baby M. 

"Gak usah berterimakasih, ini udah kewajiban seorang istri," balas Anya dengan tersenyum, bibirnya masih terlihat pucat.

Kenzo mengecup kening Anya cukup lama, merasakan ketenangan dalam momen itu. "Makasih, Makasih, sayang." 

Kenzo tidak tahu lagi bagaimana mengungkapkan rasa bahagianya. Ini terasa seperti mimpi yang belum pernah ia alami seumur hidupnya. Ia masih tidak menyangka sudah menjadi orang tua. 

KENZO:TIGERISHCREWS (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang