=24=DEMAM

22.3K 961 28
                                    

Kening Kenzo yang sedang berbaring di atas kasur kingsize itu bercucuran keringat, mencerminkan kegelisahannya. Matanya yang tertutup bergerak kesana-kemari dengan gelisah, napasnya tidak beraturan, mencerminkan keadaan yang memburu.

"Ng-gak," desisnya pelan dalam deliriumnya.

Anya memanggilnya dengan lembut, namun Kenzo tetap tidak bangun dari tidurnya.

"Kenzo, bangun," desak Anya, terus menepuk-nepuk lengan Kenzo dengan lembut ketika cowok itu terus menerus meracau tak jelas, sesaat setelah Anya keluar dari kamar mandi.

"Ng-gak mungkin," bisik Kenzo.

"KENZO!" teriak Anya.

Kenzo membuka matanya, dan melihat Anya di depannya tanpa memberikan izin, Kenzo langsung memeluknya erat, membuat Anya sesak.

"Kenzo, lo kenapa?" tanya Anya, tetap memeluk Kenzo dengan penuh kekhawatiran.

"Jangan tinggalin gue, Nya," lirih Kenzo.

"Gue-gue gak kemana-mana," bingung Anya, tidak mengerti mengapa Kenzo tiba-tiba bersikap seperti ini, seolah-olah takut Anya akan meninggalkannya.

"Zo, lo demam," ucap Anya, tangannya menyentuh belakang leher Kenzo yang terasa panas. Anya melepaskan pelukannya dari Kenzo dan mengecek suhu tubuhnya dengan punggung tangan.

"Badan lo panas gini, bentar gue ambil obat penurun panas sama kompresan dulu," lanjutnya, berusaha untuk bangkit dari kasur. Namun, tangannya dipegang erat oleh Kenzo, menariknya kembali ke pelukan.

"Dingin," lirih Kenzo dengan suara parau.

"Lepas dulu, Zo," pinta Anya, berusaha melepaskan diri, namun Kenzo semakin mempererat pelukannya.

"Jangan pergi," ucap Kenzo lagi.

"Cuman ambil obat doang, Zo," Anya mencoba meyakinkannya.

Kenzo akhirnya melepaskan pelukannya. Anya yang bebas dari genggaman Kenzo segera mengambil jepit rambut dari meja nakas untuk mengikat rambutnya. Kenzo menundukkan kepalanya, matanya terfokus pada leher Anya yang memiliki bekas merah.

"Maaf," ucap Kenzo, dengan suara yang penuh penyesalan.

Anya mengerutkan keningnya. "Buat?"

"Kemarin, gu—" ucapannya terpotong saat Anya meninggalkannya sendirian di kamar. Kenzo menyenderkan kepalanya di dashboard ranjang, memejamkan mata. Anya benar-benar marah padanya.

"Gue pilih Bima. Gue pilih Bima." Mimpi itu masih terus menghantui pikirannya.

Tak lama kemudian, Anya kembali. "Gak papa," ujarnya. Kenzo membuka mata. Anya menghampiri Kenzo dengan membawa satu botol obat kecil, gelas air putih, dan mangkuk bubur yang disatukan dalam satu nampan. Anya juga membawa wadah kecil berisi air hangat dan handuk kecil yang dipegangnya dengan tangan satunya, sambil duduk di tepi ranjang.

"Maaf, gue juga udah bohongin lo waktu kita beli minum waktu itu, Gue bilang gue gak kenal Bima," ucap Anya, sambil menyodorkan sendok berisi bubur ke mulut Kenzo. Untungnya, Anya bangun sangat pagi sehingga tidak perlu khawatir terlambat pergi ke sekolah.

"Udah, gue gak nafsu," tolak Kenzo saat Anya akan menyodorkan sendoknya lagi.

"Baru tiga suap," coba Anya lagi, menyodorkan sendok berisi bubur ke mulut Kenzo, tapi cowok itu menolaknya dengan menggelengkan kepala.

Anya menghembuskan napasnya pasrah. "Yaudah, sekarang minum obat ya?"

Anya menyodorkan satu pil obat pada Kenzo dan memberikannya minum. "Sebenarnya, gue sama Bima cuma sebatas mantan. Kita udah lama putus sejak dia ninggalin gue," lanjutnya dengan suara lembut.

KENZO:TIGERISHCREWS (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang