=46=JANGAN MARAH

11.6K 679 97
                                    

Dua cewek dan satu cowok itu sedang menunggu pesanan mereka tiba. Food court di mal itu tidak terlalu ramai dengan pengunjung, mungkin karena sudah menjelang sore sehingga tempat itu mulai sepi.

"Kak Dimas, lagi ngapain di sini?" tanya Anya yang duduk di sebelah Dimas, sementara Diva duduk di seberang mereka, di antara Anya dan Dimas.

"Ah, cuma pengen hirup wangi mal aja sih," jawab Dimas dengan nada bercanda.

Anya terkekeh. "Bisa aja, Kak."

Tak lama kemudian, makanan yang mereka pesan pun tiba. Berbagai hidangan tersaji di meja, mulai dari roti bakar, ayam geprek, hingga sate. Untuk minuman, mereka hanya memesan jus jeruk dan jus alpukat.

"Selamat menikmati," ucap pelayan wanita yang mengantarkan makanan mereka.

"Makasih," balas Anya, Diva, dan Dimas hampir bersamaan.

Mereka pun fokus pada makanan masing-masing. Hening sejenak, tidak ada percakapan dari mereka bertiga, hingga akhirnya Dimas memecah keheningan.

"Gak nyangka, ya, kita ketemu lagi secara gak sengaja," ujar Dimas sambil menggeser makanannya ke tengah meja dan melipat tangannya di atas meja.

Anya dan Diva hanya berdehem, mulut mereka penuh dengan makanan, jelas terlihat bahwa mereka lapar.

Mata Dimas tak henti-hentinya memperhatikan Anya yang sedang makan. Hingga akhirnya, Anya menoleh ke arahnya. Mata mereka bertemu, satu detik, dua detik, tiga detik, hingga lima detik berlalu dalam keheningan saat mereka saling menatap. Anya akhirnya memutuskan kontak mata terlebih dahulu, merasa canggung.

Anya memalingkan wajahnya dan berkata dengan gugup, "Ka-Kak Dimas, ngapain liatin Anya terus?"

"Nggak, lucu aja," jawab Dimas dengan santai.

Anya kembali menatap Dimas, lalu tersenyum. "Hehe... makasih, dari kecil gue mah udah luc__"

"Jam tangannya lucu," potong Dimas tiba-tiba. Diva, yang mendengar itu, menahan tawanya diam-diam, sementara Anya menatap Dimas dengan pandangan dingin. Tentu saja Anya merasa kesal.

Anya memayunkan bibir bawahnya dan melipat tangan di depan dada. "Nyebelin, ih."

Dimas sudah tidak bisa menahan tawanya lagi. Ia tertawa lepas dengan suara khas seperti lumba-lumba, lalu mengulurkan tangannya untuk mencubit hidung Anya dengan gemas. "Gemesin banget sih... jadi pacar gue, mau?"

Anya terdiam. Sementara itu, Diva yang sedang menyuapkan daging ayam ke mulutnya langsung berhenti. Mata Diva dan Anya saling bertukar pandang, lalu keduanya menatap Dimas dengan terkejut.

Dimas mengacak-acak rambut Anya dengan gemas. "Bercanda kok, bercanda," ucapnya, masih sambil tertawa.

Anya dan Diva menghela napas lega. Siapa sangka cowok yang baru mereka temui beberapa minggu lalu bisa menembak secara tiba-tiba? Siapa juga cewek yang ditembak tidak akan merasakan deg-degan? Kecuali kalau ditembak secara virtual, mungkin rasanya tidak akan begitu mendebarkan—hanya sesaat saja, dan pasti perasaannya tidak sungguh-sungguh. Tertembak lalu di-ghosting, begitulah dunia virtual.

Untungnya, Dimas hanya bercanda. Tapi, bagaimana jika itu serius? Mau menolak, tapi tidak enak. Mau menerima, tapi bagaimana dengan suaminya? Selingkuh? Oh, tidak!

Anya melirik jam tangannya. Waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore. Pasti Kenzo sudah menunggunya di rumah. Anya pasti pulang-pulang kena ceramah. Janjinya hanya dua jam, tapi ini sudah tiga jam dan Anya belum pulang juga.

"Div, pulang yuk, udah sore," ujar Anya. Diva yang sedang meminum jusnya langsung mengangguk, lalu menaruh kembali gelasnya ke atas meja.

Anya dan Diva menggeser bangku mereka untuk bisa berdiri, lalu mengambil paper bag dan tas masing-masing dari atas meja.

KENZO:TIGERISHCREWS (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang