=30= MELEPAS MAHKOTA

17.8K 927 66
                                    

Kedua sepasang suami istri itu sedang menatap atap kamar dengan pikiran yang kemana-mana. Anya, yang merasa tidak nyaman, membalikkan tubuhnya menyamping, membelakangi Kenzo yang masih menatap kosong ke arah atap. Ruangan itu sepi, hanya terdengar suara hembusan napas keduanya yang teratur.


Tiba-tiba, Anya membuka matanya lebar-lebar saat teringat sesuatu yang ia lupa. Dengan cepat, ia membalikkan tubuhnya hingga berhadapan dengan Kenzo.

"Zo?" panggilnya dengan suara pelan.

"Hmm?" gumam Kenzo, masih dengan pandangan lurus ke atas.

"Pintu depan udah dikunci belum ya?" tanya Anya, suaranya penuh kekhawatiran. Kenzo menengokkan kepalanya ke samping, menatap Anya yang terlihat cemas.

"Udah," jawabnya singkat, membuat Anya menghela napas lega. Ia merasa sedikit tenang karena tidak perlu turun lagi untuk mengunci pintu. Bukannya apa-apa, Anya hanya takut hartanya yang berharga diambil maling. Kalau si Kenzo sih gak apa-apa, ambil aja, Anya ikhlas lahir batin. Suami baginya hanya menjadi beban.

Pantas saja orang tua Kenzo ingin cepat-cepat menikahkannya. Nyatanya, mereka hanya ingin mengurangi beban keluarga. Dan sekarang, Anya yang harus menanggung beban itu.

"Kayaknya," lanjut Kenzo dengan nada ragu.

"Gimana sih! Tadi bilangnya udah dikunci, cepet turun, kunci!" kesal Anya, suaranya naik satu oktaf.

Kenzo berdecak, merasa kesal tapi tak punya pilihan lain. Dengan malas, ia turun kembali ke bawah untuk memastikan pintu rumah terkunci.

Anya kembali menutup matanya, mencoba mencari ketenangan. Namun, sia-sia. Matanya tetap terbuka lebar, pikiran berlarian ke mana-mana. Tidak biasanya jam sembilan malam ia masih belum mengantuk.

Tak lama kemudian, suara pintu yang terbuka menarik perhatiannya. Kenzo berjalan gontai, kembali ke kasur dengan langkah berat. Ia melemparkan tubuhnya yang lelah ke atas kasur, membuatnya berdecit pelan.

Kenzo meraih ponselnya yang tergeletak di atas nakas. Dengan lesu, ia menyandarkan kepalanya ke dasbor ranjang. Jari-jarinya bergerak lambat membuka aplikasi Line. Tidak ada yang menarik, hanya ada chat dari grup Tigerishcrews dan beberapa pesan dari cewek-cewek asing yang entah dari mana mendapatkan nomornya. Merasa bosan, Kenzo menaruh ponselnya kembali ke atas nakas, lalu menatap kosong ke depan.

Ruangan itu kembali sunyi. Keduanya terjebak dalam pikiran masing-masing, mencari cara untuk melepas lelah dan mengakhiri hari yang panjang.

"Nya," panggil Kenzo dari tempat tidur, suaranya lembut namun jelas terdengar dalam keheningan malam. Lampu kamar redup, hanya menyisakan cahaya temaram yang memantul dari jendela, memantulkan bayangan mereka di dinding.

"Apa?" jawab Anya dengan nada ketus. Selimut tebal menutupi tubuhnya yang kecil.

"Gapapa, cuma tes aja udah tidur apa belum." Kenzo tertawa kecil, melihat Anya hanya memutar bola matanya dengan malas.

Anya menghela napas panjang. "Nya," panggil Kenzo lagi, kali ini suaranya lebih manis dan mengundang.

Anya mengubah posisinya menjadi tengkurap, lalu memutar tubuhnya agar wajahnya menghadap Kenzo. Dia menatap suaminya dengan mata yang setengah terbuka. "Apalagi?"

KENZO:TIGERISHCREWS (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang