=29=PEMBUNUH YANG SEBENARNYA

14.2K 577 41
                                    

"WOI! STOP!" Lingga berteriak dengan suara lantang, suaranya menggema di seluruh ruangan.

"WOI! Aelah, kagak ada yang mau dengerin gue apa!" Lingga berteriak lagi, suaranya semakin keras.

"WOI! Astaghfirullah, kuatkanlah hamba-Mu yang lemah ini, ya Allah," ucap Lingga dengan nada frustasi, kedua tangannya terangkat ke atas.

Brak! Bangku yang ditendangnya terjatuh dan mengeluarkan suara nyaring, membuat semua orang di ruangan terkejut.

"GUE BILANG STOP YA STOP!" Lingga berteriak dengan penuh emosi, wajahnya merah padam dan napasnya tersengal-sengal.

Sontak, semua orang yang sedang baku hantam itu terdiam dan melirik Lingga dengan kaget.

Lingga, cowok berwajah tegas dengan rambut acak-acakan itu, menggaruk tengkuknya merasa malu diperhatikan seperti itu. "Hehe ... sorry, guys, emosi tadi," ujarnya dengan canggung, berusaha tersenyum meskipun jelas terlihat rasa malunya.

"GANGGU AJA!" celetuk Kenzo dengan nada kesal. Dia lalu bersiap memukul kembali Bima yang sudah babak belur. Sama halnya dengan Kenzo, tubuhnya juga penuh dengan luka dan memar.

Namun, saat tangan Kenzo sudah melayang di depan wajah Bima, seketika terhenti saat suara ngebas dari Lingga menggema di telinganya.

"STOP! Kita selesain ini secara baik-baik!" ucap Lingga dengan nada tegas, lalu turun dari atas meja dengan gerakan mantap. Denish, yang berada di belakangnya, ikut turun mengikuti Lingga.

"Sepintar-pintarnya bangkai ditutupi, baunya tetap tercium juga!" kata Lingga sembari melirik tajam ke arah salah satu anggota Heinous. Matanya menyorot tajam, seakan bisa menembus jantung lawan bicaranya.

"Ma-maksud lo a-apa?" tanya orang yang sedang ditatap Lingga tajam, gugup. Suaranya bergetar dan matanya melirik ke kanan dan kiri mencari dukungan.

Lingga mengalihkan tatapannya itu ke arah Bima yang terkulai lemah di sudut ruangan. "Fitnah lebih kejam dari pembunuhan," ucapnya dengan nada serius, seakan mengingatkan semua orang di ruangan tersebut.

"Langsung to the point aja, Ling! Gak usah bertele-tele segala!" kesal Denish, yang berdiri di samping Lingga, tangannya terlipat di dada.

"Ssst, diam!" tegur Lingga, menutup mulutnya memakai satu jari telunjuknya. Matanya melotot ke arah Denish, memberi isyarat untuk tetap tenang.

Lingga berdiri di tengah kerumunan, wajahnya penuh kemarahan. Suaranya lantang dan menuntut perhatian. "Lo fitnah anak Tigerishcrews kalau yang celakain Aidan itu salah satu dari kita?! Kalian gak sadar kalau pembunuh yang sebenarnya ada di dekat kalian?" Tangan Lingga menuding satu per satu anggota Hainous, menekankan setiap kata dengan gestur yang kuat.

Bima, yang berdiri tak jauh dari Lingga, tidak bisa menahan amarahnya. Ia melangkah maju dengan tatapan penuh kemarahan. "Maksudnya apa? Lo mau fitnah Hainous? Jelas-jelas kalian yang bunuh Aidan!" ucapnya, nada suaranya tajam dan tidak sabar.

Denish, dengan sikap sinis, segera membalas, "Mau buktinya jika salah satu anak Tigerishcrews yang bunuh Aidan?" Suaranya mengejek, dan ia memandang Bima dengan tatapan menantang. "Tidak ada, kan?" lanjutnya dengan nada merendahkan.

Aril, yang sejak tadi hanya diam menyaksikan, akhirnya angkat suara. "Ya jelaslah, kan bukan kita yang celakain. Mana ada buktinya kalau kita yang bunuh," ujarnya dengan nada defensif, mencoba menenangkan situasi.

Bima, merasa tidak puas, menuntut bukti lebih lanjut. "Kalau lo pada fitnah salah satu anak Hainous, gue minta buktinya."

Sementara itu, senyuman licik muncul di wajah Denish dan Lingga, menandakan bahwa mereka memang memiliki bukti. Lingga segera merogoh saku celana sekolahnya dan mengeluarkan ponsel. "Lo mau buktikan? Tenang, gue ada kok," katanya sambil menunjukan ponselnya.

KENZO:TIGERISHCREWS (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang