=55=PUPUS

12.8K 757 122
                                    

Demi kalian aku up, kurang baik apa lagi coba?

📢Yo komen di setiaf paragrafnya!

***

Kenzo melangkahkan kakinya dengan terburu-buru ke dalam rumah. Ia melempar koper dan tasnya sembarangan, kemudian berlari menuju kamarnya dengan hati yang cemas. Seharusnya, istrinya, Anya, menjemputnya di bandara, tetapi kenyataannya, ia pulang sendiri menggunakan taksi bersama sahabatnya.

"ANYA!" teriak Kenzo dengan suara yang menggema di dalam rumah. Namun, saat ia membuka pintu kamar, Anya tidak ada di dalam. Penuh rasa bingung, Kenzo melangkahkan kakinya ke kamar mandi, berharap untuk menemukan istrinya di sana. Namun, saat ia memeriksa, ruangan itu kosong. Di mana Anya? pikirnya dengan cemas.

Meninggalkan kamar, Kenzo menuruni anak tangga dengan cepat, memanggil, "SAYANG!" Suaranya terdengar di seluruh rumah, tetapi tidak ada jawaban. Dengan langkah yang semakin cepat, ia hampir berlari menuruni tangga. Namun, ketika matanya mencapai anak tangga terakhir, ia terhenti sejenak.

Sebuah tetes darah tampak mencolok di ubin, dan jantungnya berdegup kencang. Kenzo berjongkok, mengusap tetesan darah itu dengan jari telunjuknya. Ia menggesek-gesekkan jari itu dengan ibu jarinya, lalu mencium bau darah yang kuat. Aroma itu membuatnya semakin khawatir akan keadaan Anya.

Kenzo kembali berdiri, merasakan kegelapan yang menyelimuti hatinya. Jika Anya ada di rumah, pasti ia akan menyahut. Namun, kali ini, keheningan yang menghantui. Ia yakin Anya tidak ada di rumah. Dengan cepat, Kenzo melangkahkan kaki keluar rumah, mengunci pintu dengan gerakan cepat, dan berlari menuju garasi tempat mobil dan motornya berada.

Di garasi, Kenzo meraih kunci mobil yang tergantung di dinding. Ia masuk ke dalam mobil dan menyalakan mesinnya. Namun, sebelum sempat menginjak pedal gas, suara dering ponselnya menginterupsi. Tangan Kenzo ragu sejenak, lalu ia mengurungkan niatnya untuk menjalankan mobil, mengalihkan perhatian kepada ponselnya yang bergetar di kursi samping. Suara dering itu menggema di dalam kesunyian garasi, menambah ketegangan yang sudah meliputi suasana.

Kenzo melihat siapa yang meneleponnya dalam keadaan genting seperti ini. Tertera di layar ponselnya nama Samuel. Tanpa ragu, ia menggeser tombol hijau untuk menjawab.

"Kenapa?" tanyanya dengan suara tegang.

"Lo ke rumah sakit sekarang, Zo. Nyawa istri sama anak lo hampir kenapa-napa. CEPAT!" suara Samuel terdengar panik dan mendesak.

Kenzo menjauhkan ponselnya dari telinga, kaget. Suara melengking dari Samuel membuat gendang telinganya terasa nyeri. Tunggu-tunggu! Apa katanya? Anak? Anak siapa? Dengan cepat, Kenzo kembali menempelkan ponselnya di telinga.

"Anak siapa, jing?" tanyanya, suaranya bergetar antara bingung dan khawatir.

Terdengar decakan dari seberang, mungkin Samuel kesal karena Kenzo masih menanyakan hal yang jelas.

"ANAK LO BEGO! CEPET KE RUMAH SAKIT OM LO!" suara Samuel meninggi, memaksa Kenzo untuk segera bertindak.

"Kok lo tahu itu rumah sakit punya om gue? Secara kan lo—"

"GAK USAH BANYAK BACOT, BANGSAT!" Samuel memotong, suaranya penuh amarah dan urgensi.

Tut! Kenzo melirik ponselnya yang sudah mati secara sepihak, membuatnya berdecak kesal. Dengan napas yang berat, ia kembali starter mobilnya, lalu menginjak gas untuk keluar dari garasi dan meluncur ke rumah sakit.

Di sisi lain, Samuel menatap Anya yang sedang memalingkan wajahnya dari Bima. Ia merasa heran mengapa mereka saling diam padahal mereka saling kenal. Pikirnya, ada sesuatu yang aneh di antara mereka.

KENZO:TIGERISHCREWS (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang