=27=KEPERGIAN SI KEMBAR

18.1K 869 25
                                    

Hayoo, gimana nih kabar manteman masih hidup kah?

Oh ya seperti biasa, yuk budayakan jejak komentar di setiap bait! Jangan lupa juga vote sebelum baca takutnya keasikan baca tapi malah gak di vote!

Note:part ini tidak ada Kenzo atau Tigerish lainya, part ini khusus Anya, Diva, Salma dan Alma saja

••••

Jalanan penuh sesak oleh kendaraan yang saling berhimpitan. Bunyi klakson saling bersahutan, menciptakan simfoni kebisingan yang nyaring di telinga. Beberapa pengemudi mobil mengeluarkan kepala mereka dari jendela, berseru dengan nada tidak sabar. Beberapa pengendara motor terlihat melepas helm mereka karena panas yang terik, menggaruk kepala yang gatal sambil mengeluh panas.

Di tengah hiruk-pikuk kemacetan, sekelompok pengamen jalanan mulai menghampiri kendaraan satu per satu. Dengan gitar di tangan, mereka bernyanyi riang, membawakan lagu-lagu yang ceria. Meski hanya beberapa bait saja, mereka sudah diberikan uang oleh para pengemudi, walau tidak seberapa, hanya seribu atau dua ribu rupiah saja. Namun, bagi para pengamen itu, setiap recehan yang mereka terima adalah berkah yang patut disyukuri.

Kemacetan yang mendera kota ini, ternyata memberikan keuntungan bagi para pengamen dan penjual cangcimen yang berjualan di pinggir jalan.

Di dalam mobil yang terjebak macet, Anya menyandarkan tubuhnya ke jok dengan lelah. Sementara itu, Diva duduk di sampingnya, sibuk melirik layar ponselnya. Hari ini adalah hari yang istimewa dan penuh haru. Salma dan Alma, dua sahabat mereka, akan berangkat ke Malaysia. Sebagai sahabat dekat, Anya dan Diva merasa berkewajiban mengantarkan mereka ke Bandara Soekarno-Hatta.

"Sal, Al," panggil Anya dengan suara yang sedikit bergetar. Alma, yang duduk di tengah antara Anya dan Diva, menoleh dengan cepat. Di depan, Salma yang duduk di kursi penumpang depan, juga menolehkan kepalanya.

"Gak bisa diundur aja gitu keberangkatannya?" tanya Anya, nada suaranya penuh harap. Ia masih tidak bisa menerima kenyataan bahwa mereka harus berpisah dengan sahabat seperjuangan sejak masa SMA di Garuda.

"Pengennya sih gitu, tapi mau gimana lagi, gue nurut orang tua aja," jawab Salma, mencoba menahan rasa sedih yang turut menghampirinya. Ia pun sebenarnya tidak ingin kehilangan sahabat-sahabat terbaiknya.

Salma dan Alma sebenarnya tidak ingin meninggalkan tanah kelahiran mereka. Mereka juga tidak rela berpisah dengan sahabat-sahabat mereka. Namun, orang tua mereka harus mengikuti alur pekerjaan di Malaysia, sehingga mereka pun terpaksa ikut. Meskipun tetap tinggal di Indonesia, Salma dan Alma tidak akan ada yang mengurus. Bukan karena mereka manja, tapi masalah keuangan membuat mereka boros, sehingga harus berada di bawah pengawasan orang tua.

Lama-kelamaan, jalanan mulai longgar. Mobil dan motor satu per satu mulai melaju dengan lancar. Anya menatap keluar jendela, memandangi deretan pohon yang berjejer rapi di pinggir jalan. Pohon-pohon tersebut tampak seolah-olah bergerak mengikuti mobil yang mereka tumpangi, memberikan pemandangan yang menenangkan di tengah hati yang gelisah.

Tidak butuh waktu lama, mobil mereka akhirnya berhenti di depan terminal keberangkatan Bandara Soekarno-Hatta. Anya, Diva, Salma, dan Alma turun dari mobil, lalu membantu mengeluarkan koper-koper besar dari bagasi. Mereka memanggul barang-barang tersebut dengan hati-hati, berjalan menuju pintu masuk terminal.

Satu jam lagi pesawat yang akan membawa Salma, Alma, dan kedua orang tua mereka akan terbang. Waktu yang cukup lama untuk bermain-main di bandara, melepas rindu untuk terakhir kalinya sebelum perpisahan.

Salma dan Alma menarik kopernya memasuki area koridor bandara, diikuti Anya dan Diva yang berjalan di belakang mereka.

"Masih ada waktu untuk kita berangkat, gimana kalau kita main-main sebentar," usul Alma dengan nada berpikir.

KENZO:TIGERISHCREWS (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang