=45=KETEMU KEMBALI

10.2K 547 79
                                    

Dua sahabat, Anya dan Diva, tengah sibuk memilih aksesori di sebuah toko dalam mal. Anya berdiri di depan cermin, memperhatikan dirinya sendiri dengan teliti sambil mencoba sebuah bando berwarna pink di kepalanya. Sementara itu, Diva sibuk memilih berbagai kaca kecil di rak aksesori, mencari sesuatu yang spesifik.

"Div," panggil Anya, masih menatap pantulan dirinya di cermin. Bando pink itu tampak indah di rambutnya yang hitam. Diva menoleh sejenak.

"Bagus nggak menurut lo?" tanya Anya, matanya tak lepas dari pantulan dirinya sendiri.

Diva mengangguk singkat. "Bagus," jawabnya tanpa banyak bicara, lalu kembali sibuk memilih kaca.

Anya tersenyum puas, memasang berbagai ekspresi di depan cermin untuk memastikan bando itu memang cocok dengannya. "Bagus banget. Gue beli deh," katanya dengan mantap, kemudian melepas bando itu dari kepalanya dan menghampiri Diva.

"Gue mau beli ini aja, Div. Lo udah nemu belum?" tanya Anya sambil memperhatikan sahabatnya yang masih sibuk. Diva menggeleng pelan.

"Belum," jawab Diva lesu. "Bantuin gue cari kaca yang mirip sama yang diambil Pak Jery, dong, Nya." Wajahnya tampak sedikit bingung, jelas frustrasi karena kaca yang mirip dengan miliknya dulu tidak juga ditemukan. Sial, pikirnya, gara-gara ketahuan bercermin saat jam pelajaran, kaca itu disita oleh Pak Jery dan belum dikembalikan hingga sekarang. Bahkan, upayanya menyelinap ke ruang BK pun gagal karena kacanya tidak ditemukan di sana.

"Sebentar, gue cari di sebelah sini," balas Anya, kemudian melangkah menuju rak kaca di dekat Diva. Keduanya terus mencari, memeriksa satu per satu kaca yang ada di rak, memastikan apakah ada yang mirip dengan kaca milik Diva.

Saat Anya berjalan ke ujung rak, matanya menangkap sebuah kaca yang tampak persis seperti milik Diva. Dengan cepat, ia mengambilnya dan memanggil sahabatnya. "Div, ketemu nih!" serunya dengan antusias.

Diva, yang mendengar panggilan itu, langsung berlari ke arah Anya dan merebut kaca tersebut dari tangannya. Wajahnya seketika cerah, dan ia memeluk kaca itu erat-erat. "Aaa... akhirnya ada yang mirip juga!" teriaknya girang.

Anya ikut tersenyum senang. Ia tahu betapa pentingnya kaca bagi Diva; sahabatnya itu hampir tidak pernah pergi ke mana pun tanpa membawa kaca.

"Ya udah, yuk ke kasir," ajak Anya, menarik tangan Diva menuju tempat pembayaran.

Mereka menaruh barang yang akan dibeli di meja kasir, lalu membayarnya. Diva memeluk paper bag berisi kaca baru dengan senyum lebar. "Aaa... gue seneng banget," katanya dengan girang.

Setelah keluar dari toko aksesori, Anya bertanya, "Mau ke mana lagi?"

"Eumm, terserah," jawab Diva sambil tersenyum.

"Pulang aja yuk, gue capek," kata Anya. Diva mengangguk setuju.

"Nya," panggil Diva ketika mereka mulai menaiki eskalator mal bersama.

"Hmm?" balas Anya, sedikit melamun.

"Lo mau lanjut kuliah?" tanya Diva, suaranya sedikit ragu. Pertanyaan itu membuat Anya terdiam, berpikir sejenak. Ia ragu harus menjawab apa. Anya sudah menikah; bisakah ia mengurus rumah tangga sambil kuliah? Ia menggeleng pelan. "Gue nggak tahu," jawabnya akhirnya.

"Kenapa?" tanya Diva, terkejut dengan jawaban itu. Di mata Diva, Anya adalah gadis yang selalu bertekad dengan apa yang diinginkannya, termasuk melanjutkan kuliah. Dulu, Anya sempat bercerita ingin kuliah di luar negeri. Tapi kenapa sekarang Anya malah bilang tidak tahu? Apakah mimpinya itu sudah hilang?

"Lo tahu sendiri kan, gue udah berumah tangga," ucap Anya, mencoba menjelaskan.

Diva berhenti melangkah saat mereka turun dari eskalator. Anya ikut berhenti di sampingnya. Diva menatap Anya serius. "Rumah tangga bukan berarti lo nggak bisa kuliah, Nya. Lo kan bisa kuliah di sini. Indonesia itu luas, di setiap kota hampir ada universitas. Lo bisa kuliah di Indonesia tanpa harus ke luar negeri," kata Diva, suaranya tegas.

KENZO:TIGERISHCREWS (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang