=25=MANJA

24K 1K 46
                                    

Kenzo mengerjapkan matanya perlahan hingga terbuka, mengusir rasa pusing yang mulai reda dari kepala. Dengan gerakan lambat, ia bangkit dari tempat tidurnya dan memijat lembut pangkal hidungnya. Melirik ke samping, tangannya meraih ponsel yang terletak di atas nakas, mengecek jam. Pukul 4:21. Kenzo menyadari dia telah tertidur cukup lama, artinya Anya sudah pasti pulang dari sekolah.

Dengan langkah lemas, Kenzo turun dari tempat tidur dan melangkah keluar dari kamarnya. Rasa haus mulai terasa, namun ia tahu air minum di kamarnya sudah habis. Ia terpaksa harus turun ke dapur.

Saat melangkah turun tangga terakhir, mata bulat hitam Kenzo tak sengaja menangkap sosok wanita cantik sedang sibuk memasak di dapur. Kenzo mendekati Anya yang tengah asyik menggoreng sesuatu di wajan. Tanpa permisi, Kenzo langsung memeluk Anya, membuatnya terlonjak kaget.

"Gila, gue kira siapa," terkejut Anya sembari menuangkan kangkung yang sudah digoreng ke dalam piring.

"Gimana, udah enakan belum badannya?" tanya Anya setelah kagetnya mereda.

Kenzo mengecup leher Anya dengan lembut, menyadari bahwa Anya sedang mencepol rambutnya sehingga lebih mudah baginya untuk meraih celah leher istrinya itu. "Udah mendingan, soalnya yang ngobatin istri," ujarnya dengan senyum.

Anya tertegun, wajahnya memerah saat mendengar kata-kata Kenzo. Untungnya, Kenzo berada di belakangnya sehingga tidak bisa melihat reaksi malu Anya yang hampir seperti memakai blush on berlebihan.

Anya membalikan badannya dan menggeser tubuh Kenzo agar menjauh darinya. "Minggir dulu," ucapnya sambil tersenyum malu-malu.

Tak

Anya menata makanannya di atas meja makan, sedangkan Kenzo sudah duduk dengan tenang, memegang gelas air putih yang sudah ia habiskan.

"Mau makan sekarang atau nanti aja?" tanya Anya.

"Sekarang aja," jawab Kenzo singkat.

Anya mengambil piring yang sudah tersedia di atas meja dan menuangkan nasi, sayur, dan lauk-pauk ke dalamnya. "Nih, makan. Gue mau mandi dulu, gerah," ucapnya sambil mengibaskan tangan untuk mengusir udara panas.

Namun sebelum Anya bisa pergi mandi, Kenzo menahan tangan Anya dan dudukkannya di pangkuannya dengan tiba-tiba. Mata Anya membulat kaget.

"Jangan dulu mandi, temenin makan," pinta Kenzo dengan lembut.

Anya menggeleng kesal. Niatnya untuk membersihkan badan yang terasa lengket karena keringat terpaksa ditunda karena desakan suaminya itu. "Yaudah, makan," pintanya dengan nada kesal, merasa frustrasi karena Kenzo belum juga menyentuh makanannya.

"Gue masih sakit, jadi suapin," pinta Kenzo lagi.

Anya menghela napas, "Lo bukan bayi, lo bukan anak TK, lo bukan anak SD yang minta disuapin ibunya. Lo udah dewasa! Gak perlu disuapin lagi!" serunya kesal.

Kenzo memanyunkan bibirnya kecil. "Yaudah, gausah makan sekalian," ucapnya sambil melepaskan Anya dari pangkuannya. Ia merajuk seperti anak kecil yang baru saja dimarahi ibunya, lalu pergi menuju televisi.

Anya menggeleng frustasi. "Dasar manja," gumamnya sambil membawa piring makanan menuju tempat Kenzo berada untuk ditinggalkan di sana.

Anya duduk di sebelah Kenzo yang sedang sibuk memutar-mutar channel televisi. "Yaudah, nih makan, gue suapin aaa..." ucapnya sambil membuka lebar mulutnya, seperti sedang mengajak anak kecil makan.

Kenzo meletakkan remote TV di atas meja dan menoleh ke arah Anya, menerima suapan makanannya dengan senang. Matanya tetap menatap manik mata hazel Anya dengan penuh penghargaan. "Pantes banget, Nya. Kalo lo udah jadi seorang ibu dari anak-anak kita nanti," ucapnya sambil tersenyum.

Anya mengalihkan pandangannya ke samping, menatap objek lain untuk menghindari merahnya pipinya. "Bisa gak sih gak usah mikirin anak-anak terus!" keluhnya.

"Lo gak mau punya anak dari gue?" tanya Kenzo, mencoba memahami perasaan Anya.

Anya kembali menatap Kenzo, mencoba menjelaskan. "Gak, eh, ng-nggak gitu maksudnya. Kita masih sekolah, belum saatnya mikirin punya anak. Dan guenya juga be-belum siap aja," ujarnya dengan cepat.

Kenzo hanya mengangguk paham. Ia juga tidak terlalu memaksakan dengan hal tersebut.

Setelah beberapa menit terdiam, Anya beranjak dari tempat duduknya dan pergi ke dapur untuk menaruh piring bekas makanan suaminya, lalu mencucinya.

Setelah mencuci piring, Anya kembali ke ruang keluarga di mana Kenzo masih asik menonton kartun Rumah Shinbi, yang tampaknya memiliki karakter setan yang agak menyeramkan.

"Bisa gak sih nonton kartun yang lain aja? Upin-ipin kek, Spongebob kek, Doraemon kek. Lah ini kartun setannya pada buriq semua," keluh Anya sambil menyenderkan punggung dan kepalanya ke sandaran sofa.

Kenzo mengernyitkan kening saat kartun favoritnya diremehkan. "Gak usah banyak cing-cong! Katanya mau mandi, sana mandi!" ujarnya sambil merebahkan tubuhnya di sofa, meletakkan kepalanya di pangkuan Anya.

"Gara-gara lo mandinya diundur terus," keluh Anya sambil berdiri, membuat kepala Kenzo yang terletak di pangkuannya sedikit terbentur sofa. Untunglah sofa itu empuk dan nyaman.

Anya melangkah menuju tangga untuk naik ke kamarnya dan mandi. Pikirannya terganggu karena mandi yang diundur untuk kedua kalinya, membuatnya malas untuk melakukannya lagi.

Sementara itu, Kenzo yang berbadan tinggi masih sibuk memutar-mutar saluran TV karena kartun Rumah Shinbi sudah selesai ditayangkan. "Ck, gak ada yang seru," desahnya.

Dia berguling-guling dan akhirnya berbaring tengkurap di sofa, merasa bosan setelah seharian di rumah.

Namun, suara langkah yang jelas terdengar dari tangga membuat Kenzo segera bangkit dari sofa. Saat dia duduk, dia menoleh ke samping dan melihat Anya sedang turun dari tangga.

Anya mendekati Kenzo dan duduk di sebelahnya, menyilangkan kakinya di atas sofa. Aroma harum dari sampo dan sabun yang digunakannya menggoda Kenzo, membuatnya ingin menciumnya. Siapa sangka, ternyata sampo dan sabun yang digunakan Anya berasal dari bahan alami buah-buahan, dan hal itu membuatnya semakin tertarik.

Kenzo kembali merebahkan tubuhnya dan meletakkan kepalanya di pangkuan Anya, sambil sesekali mendusel perut Anya dengan lembut.

"Nya,"

Anya, sambil sibuk mengotak-atik ponselnya, hanya menjawab dengan desahan ringan.

"Wangi."

"Namanya juga habis man__ Akh... Sakit!" Anya memukul kepala suaminya karena kesal perutnya digigit.

Pantas saja Anya merasa sakit meskipun sudah memakai lapisan baju, karena bajunya hanya berupa kaos tipis biasa.

"Zo,"

"Hmm."

"Mau kiss gak?" tanya Anya.

Sontak Kenzo langsung duduk kembali, menatap Anya penuh semangat dan kegembiraan. Ia mengangguk antusias.

"Bentar," ucap Anya sambil mengambil sesuatu dari dalam saku celananya. Kenzo mengerutkan keningnya. Bukannya Anya akan memberikannya 'kiss', tapi mengapa malah mengeluarkan permen berwarna merah.

Owalah, Kenzo baru paham. Yang dimaksud 'kiss' itu permen 'kiss', bukan sebuah ciuman. Pikiran Kenzo terlalu terbang tinggi, sampai-sampai ia terjatuh di tengah jalan, seperti sekarang ia terjatuh dalam pemikirannya itu.

"Yah, tapi permennya cuma satu. Yaudah, buat lo aja gak papa, daripada lo malah gigit-gigit perut gue terus. Udah kayak kanibal! Mending makan ini permen aja," ucap Anya sambil terus berusaha mengupas plastik permen.

"Nah, bisa." Anya memberikan permen itu pada Kenzo, tapi cowok itu tidak langsung menerimanya. Ia malah sibuk meneliti setiap inci permukaan wajah Anya yang terpahat begitu sempurna.

"Hellow!!" Tangan Anya terarah ke wajah Kenzo lalu melambai-lambaikanya.

"KENZO!"

Kenzo mengerjapkan matanya saat dirinya tersentak. "Iyah kenapa?"

"Nih, mau gak kalo gak mau yaud__Mmpphhh "

salam literasi•

Jangan lupa Vote+komen😚

KENZO:TIGERISHCREWS (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang