Chapter 33: Dua Pilihan

2.5K 309 41
                                    

"Gue bosen banget njir di rumah," keluh Emma seraya bertopang dagu di mejanya.

"Mana obatnya banyak banget segede gaban juga. Lo tau gak sih gue nyaris mati karna gabut," imbuh Vinka.
Wajah Gisha tampak lebih cerah sejak pagi tadi, tidak seperti dua hari silam yang tampak suram. Dua sahabatnya itu sudah kembali bersekolah.

Memiliki teman sefrekuensi seperti Emma dan Vinka merupakan salah satu hal yang paling Gisha syukuri.
Gisha memang sulit untuk bergaul. Entah lah ia merasa klik saja dengan Emma dan Vinka. Selain tidak ribet, mereka juga tidak hebohan. Yang paling penting, tidak pernah memanfaatkan kekayaannya. Selalu saja Gisha yang memberi tanpa mereka minta.

Gisha mengambil beberapa buku tugasnya di kolong meja lalu ia berikan kepada dua sahabatnya itu.
"Nih salin. Nilai kalian masih kosong," cicit Gisha.

Mata Emma berbinar. "Ahhh emang lo yang terbaik deh, Gi!" Gadis itu dengan senang hati menerima contekan tugas-tugas yang belum ia kerjakan selama dua hari tidak masuk sekolah.

Begitu juga dengan Vinka. Gadis itu mengambil buku matematika wajib milik Gisha. Lalu ia membuka bukunya sendiri dan mipil menyalinnya.

"Pusing gue liat kiriman tugas-tugas di grup kelas. Banyak banget gila," ucap Vinka seraya menulis soal-soal trigonometri. Ia menulis dengan sangat teliti, karena salah menulis tanda + atau - saja hasilnya jelas berbeda.

"Ehh ngomong-ngomong kok lo rajin sih, Gi? Lo gak salah makan 'kan?" tanya Emma merasa ada yang janggal.
Gisha memutar bola matanya jengah. Ia malas, dinilai bodoh. Ia rajin, orang-orang curiga. Dasar human, selalu mencari kesalahan orang lain.

"Ya gue belajar lah," sungut Gisha.

"Tumben?" jawab Emma dan Vinka bebarengan.

"Lagi pengen aja."

"Pasti ada sesuatu nih." Emma menujuk Gisha dengan cengiran khasnya.

"Atau jangan-jangan semua ATM dan kartu kredit lo diblokir sama bokap lo?" tebak Vinka.

"Gak."

"Terus terus?"

"Les privat."

"Ihh nyokap gue juga lagi nyari guru nih buat gue. Sabi lah review guru les lo itu," pinta Emma.

"Gak review review-an. Orang kalian tau orangnya siapa."

"Pak Gerald? Ehhh mas Gerald maksudnya," ralat Emma.

"Lo bilang Mas Gerald gue geli anjir." Vinka bergidik.

"Terus siapa nih?"

"Reskal," jawab Gisha singkat.

"Cieee makin nempel aja nih." Vinka terkekeh. Tampaknya Gisha dan Reskal termakan omongan mereka sendiri haha.

"Gue gak nyangka dibalik sosok nyebelin cowok-cowok itu, ternyata ada sisi kyut yang bikin siapa pun meleleh!" ujar Emma berlebihan.

"Kumat," gumam Gisha merasa jengah dengan Emma yang mudah sekali meleleh dengan cowok.

"Reskal sama Milo aja nganterin Vinka balik. Kayaknya sih ada yang bakal PDKT-an nih," sindir Emma.

RESHA  [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang