Chapter 75: Sepi

2.9K 260 6
                                    

    Malam panjang dan mengerikan Heksizt Hysteria telah berlalu. Mario telah ditangkap oleh pihak kepolisian karena diduga selama ini telah meretas banyak perusahaan besar dan membantu Vinka melakukan kejahatannya juga.

Mario juga ditangkap bersama ayahnya, yang selama ini turut andil dalam dalam setiap rencananya. Mario dan ayahnya sendiri merupakan orang yang menolong Vinka dulu. Mereka turut membantu Vinka mengganti identitasnya. Sebagai ucapan terimakasih Vinka, dia juga ikut bekerja dengan mereka.

Mario kini sudah memakai baju tahanan beserta ayahnya. Hakim akan segera memutuskan hukumannya. Tampak Mario tidak merasa bersalah sedikit pun. Cowok albino itu justru hanya menyengir lebar dan melayangkan jari tengah ke arah kamera-kamera yang sedang menyorotnya.

Pagi ini Mario mendengar kabar kalau Vinka sekarang sedang di rumah sakit karena gadis itu koma setelah terpental dari gedung lantai tiga. Mario ikut berduka karena sahabatnya itu terluka parah.

Mario tidak kaget sih. Vinka sendiri dari awal memang tidak takut mati dan sudah siap dengan segala risikonya.

Sedangkan pagi ini anak-anak Heksizt diliburkan. Arlan selalu pemilik sekolah sudah diserbu banyak wartawan. Begitu juga Karel, namun laki-laki itu sedang kalut dan sedang berduka karena putrinya kini sedang terbaring koma di rumah sakit. Karel menolak untuk melakukan konferensi pers.

Karel tentu tak tinggal diam. Dia jelas menuntut pelaku-pelaku itu dan berharap dihukum dengan sangat berat. Tapi apa kalian tahu apa kebaikan besar keluarga Karel lagi? Dia bahkan membiayai perawatan Vinka, orang yang telah melukai Gisha.

Vinka sama-sama koma seperti Gisha dan masih memiliki peluang hidup. Karel ingin Vinka tetap hidup lalu membayar kejahatannya selama ini.

Karel tahu Vinka selama ini hidupnya sangat berat, gadis itu juga salah paham selama ini kepada keluarganya. Sejahat apa pun Vinka, Karel lebih memilih Vinka dihukum berat di dunia daripada diadili di akhirat. Gadis itu sudah sangat menderita di dunia, kasihan jika dia mati konyol seperti ini dan belum bertaubat.

Di rumah sakit Reskal baru saja siuman setelah melakukan operasi kecil untuk mengambil peluru di lengannya.

Dalam keadaan masih lemas dan pucat, Reskal berdiri di depan ruangan Gisha. Ia belum sanggup masuk ke dalam, mungkin nanti.

Ke tiga sahabatnya pun dengan setia menemani Reskal di sana.

"Lo yang kuat ya, Res. Gisha pasti bakal lewatin masa komanya." Diaz menepuk-nepuk pundak Reskal, menyalurkan kekuatan untuk Reskal.

Nolan menganggukan kepalanya, setuju dengan Diaz. "Lo tahu sendiri kan Gisha orangnya kuat? Dia pasti segera bangun Res dan nemuin lo lagi."

Milo turut sedih. Ia sangat kasihan dengan kondisi Gisha. Selain itu ia juga yang mengangkat tubuh Vinka yang terkapar lemah dan berdarah-darah. Milo masih gemetaran sampai detik ini.

"Lo lagi kenapa sih cengeng banget!" desis Diaz seraya menyikut Milo yang mewek. Diaz jadi ikutan mewek kalau begitu.

Diaz belum sempat meminta maaf secara langsung kepada Gisha karena saat itu menyebutnya jalang. Ia sangat sedih melihat Gisha kini tubuhnya terlilit dengan banyak alat entah apa namanya.

Reskal menatap lekat gadis kesayangannya itu dari kaca jendela.

"Tidurnya nyenyak banget ya sayang? Tapi tidurnya jangan kelamaan ya? Bangun secepatnya, karena aku masih sangat butuh kamu di sini," batin Reskal.

RESHA  [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang