Chapter 1: Si Badai

14.2K 1.1K 630
                                    

      Hiruk pikuk di SMA Heksadistira senin ini benar-benar pecah. Terlebih hari ini adalah hari pertama memasuki semester baru setelah libur panjang kenaikan kelas. Tentu saja ada jam kosong dan banyak acara menarik. Yang pasti tidak ada matematika dan teman-temannya. Tidak ada tugas yang menumpuk. Pulang lebih awal. Sempurna!

Alpha Hall yang luas dan megah kini dipenuhi oleh seluruh siswa-siswi serta guru-guru. Adalah demo ekskul, alasan mereka memenuhi ruangan ini.

Setidaknya ada beberapa organisasi dan juga kurang lebih sepuluh yang tampil unjuk gigi untuk memperkenalkan kepada anak kelas 10 di hari pertama MOS.

Semuanya nampak tampil maksimal dan penuh effort. Di antaranya dari seni bela diri, basket, sepak bola, renang, teater, rhythmic gymnastics, jurnalistik, marching band, . Diharapkan para siswa memilih satu ekskul yang mereka minati. Sehingga akan melahirkan banyak siwa-siswi yang berprestasi di bidangnya.

Selain anak baru, ada kelas 11 dan 12 juga yang menyaksikan pertunjukan demo ekskul. Sisanya ada yang tetap tinggal di kelas, mengisi perut di kafetaria, membaca buku di perpustakaan dan lainnya.

Seorang gadis duduk di pojok kanan paling atas Alpha Hall. Ia terlihat tenang dan tidak peduli dengan sekitarnya. Terbukti dengan earphone yang menyumpal di ke dua telinganya, menandakan betul ia tidak excited sama sekali dengan apa yang ada di depannya itu.

Gisha namanya. Gadis itu benar-benar mendefinisikan dirinya yang cuek dan sangat bodo amat dengan sekitar. Seandainya saja dua sahabatnya tidak menariknya ke sini, ia akan lebih memilih tinggal di kelas.

"Gila cakep banget Zacky, ketua basket angkatan tahun ini," heboh seorang gadis bernama Emma Radinda, salah satu sahabat Gisha. Tangan gadis itu bahkan sampai menepuk-nepuk pundak Gisha saking terpesonanya.

"Yeee langsung kesurupan reog lo kalo liat cowok cakep dikit." Yang ini Vinka Agatha Daymikli. Melihat tingkah Emma memang membuatnya sedikit muak.

"Muji dikit gak pa-pa kali, ye?"

"Semerdeka lo aja, sih. Tapi lo udah punya cowok, Ma. Ketemu yang ganteng dikit langsung berlagak pura-pura jomblo. Kasian noh pacar lo yang lagi kerja, nggak di anggap," sarkas Vinka.

Gadis berambut peek a boo warna gradasi abu-abu itu menyengir lebar. "Sumber daya cogannya Heksizt bikin gue oleng ke sana ke mari hahaha."

"Bisa gitu ye?"

"Perbanyak cabang, Vin. Jaga-jaga kalo gue disakitin kan udah ada cadangan," kata Emma yakin dengan usahanya.

"Jawaban lo bikin sawan aja." Vinka mengelus dada.

Vinka kemudian menoel lengan Gisha, sekalian ia memastikan bahwa sahabatnya sejak MOS itu tidak tidur. Tapi Vinka tak yakin, Gisha bukan cewek sembarangan dan juga bukan tipe cewek pelor. Mungkin ia hanya menutup matanya karena menikmati playlist yang sedang terputar di ponselnya itu.

"Gi, lo udah tau?"

Gisha melepas satu earphonenya. Lalu menaikkan ke dua alisnya seolah bertanya ada apa.

"Reskal keliatannya beneran jadian sama si Kamasya," bisik Vinka seraya menunjuk seseorang yang duduk di jarak dua kursi yang ada di depannya. "Wallpapernya foto Reskal."

Emma yang mendengar perkataan Vinka langsung berdiri dan sedikit memajukan tubuhnya untuk memastikan.

Vinka dan Gisha sontak melotot atas tindakan Emma barusan.

"Emma lo ngapain!" Vinka menarik tangan sahabatnya agar duduk kembali.

Raut wajah Emma mewakili semuanya. "Bener woy kata lo, Vin. Shock gue selera Reskal down grade banget hahaha."

RESHA  [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang