"Hai, Udik!" panggil Gisha kepada Yola yang tak sengaja berpapasan dengannya di parkiran. Yola sendiri sedang memarkirkan sepedanya.
"Gisha..." panggil Reskal panjang.
"Jangan udik udik. Kedengeran kasar, jangan gitu, oke?"
Reskal tahu, semua butuh proses untuk merubah sikap Gisha.
Pelan-pelan tapi pasti, Reskal jamin Gisha pasti akan berubah. Ia percaya itu.
"Udah kebiasaan. Susah di ubah, Reskal," celoteh Gisha.
"Makanya dibiasain panggil namanya. Gak pa-pa kalo sering kelupaan, daripada gak nyoba sama sekali. Malah keterusan."
"Oke baiklah," jawab Gisha menurut.
"Ada apa?" tanya Yola yang merasa sedikit terganggu. Ralat, bukan sedikit lagi. Mengingat Gisha sudah sering kali mengasarinya jelas itu mengganggu.
Gisha menyerahkan sebuah paper bag kepada cewek itu.
"Ini ada baju bekas punya gue. Nyokap suruh kasih sama anak panti atau orang yang membutuhkan. Gue keinget lo. Nih buat lo aja," ucap Gisha sedikit ramah tak seperti biasanya.
Yola hanya melirik paper bag itu dan Gisha secara bergantian.
Dengan begitu Gisha jadi merasa seperti tidak di hargai. Terlebih Yola bahkan tidak mengambilnya.
Alasan Gisha sendiri memilih memberikan ini di parkiran sekolah atas dasar saran Reskal. Menurutnya sebaiknya Gisha memberikan di tempat yang lumayan sepi, agar Yola tidak merasa tersinggung dan malu. Niat Gisha sudah bagus, tinggal eksekusinya saja.Gisha menurunkan tangannya, kesal. "Lo gak mau?!"
Reskal menggaruk lehernya yang tidak gatal. Gisha sudah bicara secara baik-baik. Akan tetapi Yola diam saja, apa gadis itu tersinggung karena diberi barang bekasan? Padahal baju-baju Gisha masih bagus dan masih layak pakai. Bermerk pula.
Yola menghela napas panjang. Ia kemudian mengambil paper bag Gisha.Gadis itu tersenyum tipis. "Makasih..."
"Nah gitu dong jangan sok jual mahal. Gue kan udah berniat baik berbagi sama kaum kurang mampu kayak lo. Kapan lagi gue sebaik ini sama perempuan naif ini?" kata Gisha skeptis.
Senyuman Yola yang tadi mengembang, kini tenggelam. Ia baru saja terkesan dengan Gisha. Tapi lihat kan? Gisha tidak berubah sama sekali. Selalu saja ada unsur penghinaan disetiap niat baiknya.
Alexi yang tiba-tiba datang lalu merebut paper bag yang ada di tangan Yola. Ia kemudian melemparnya kembali kepada Gisha. Membuat Gisha sampai terhuyung ke belakang.
Reskal sontan mendelik dan menangkap tubuh Gisha.
Gisha mengerjapkan matanya tak percaya. Apa maksud tindakan Alexi barusan?"Lo emang cantik, kaya. Tapi perilaku lo kayak setan, Gi," ucap Alexi membela Yola.
Yola sendiri hanya menatap Gisha datar.
Gisha sudah mengepalkan tangannya kuat. Kepalanya bak keluar asap mendengar ucapan Alexi barusan. Alexi dan Yola memang sepaket ya, cocok. Sukses menyentil amarahnya.
Reskal yang mengetahui Gisha yang akan tantrum, ia lalu maju menyembunyikan tubuh Gisha di belakangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RESHA [SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[TERBIT] Heksanetz, akun lambe turahnya SMA Heksadistira, yang awalnya diciptakan untuk keseruan para siswa-siswi namun secara mendadak menguak rahasia terbesar Gisha yang selama ini ia tutupi. Karena berita yang tersebar di Heksanetz itu lah semua...