Chapter 73: Ambisi

5.7K 360 72
                                    

Vinka sedang mengotak-ngatik sandinya. Ia tak sengaja melihat jejak sepatu Reskal dan berhenti tepat di laboratorium ini. Jelas itu memancingnya.

Gisha merangkak ke depan hendak mengambil sesuatu. Akan tetapi Reskal menahannya.

"Kamu mau apa sih? Jangan ke depan, di sini aja!" bisik Reskal sangat lirih.

Gisha menggeleng. "Aku mau ambil alat."

Gisha terus merangkak ke arah depan. Di meja guru terlihat sebuah cutter. Setidaknya itu bisa menjadi alat pegangannya.

Reskal gregetan sendiri ketika Gisha sudah sampai di meja guru itu. Tangan Gisha meraba-raba ke meja. Namun Gisha langsung bersembunyi di bawah meja tatkala Vinka berhasil membuka pintunya. Sontak Reskal juga langsung bersembunyi di bawah meja.

Vinka langsung menyalakan saklarnya sehingga ruangan ini tampak begitu terang dan jelas. Mata Vinka menyapu ke seluruh sudut ruangan luas ini.

Gadis itu lalu berkeliling ke seluruh penjuru. Lagi-lagi Vinka menyenandungkan lagu itu. Lagu yang selalu Vinka dengar sepanjang malamnya yang tampak menyedihkan. Vinka beberapa kali memang ingin bunuh diri, tapi ia masih harus menyelesaikan misinya.

"Gue padahal mau 'say hi' sama Gisha. Gue juga yakin dia pasti sangat menantikan momen ini."

"Gisha Gisha... Dia selalu aja menyia-nyiakan kesempatan." Vinka terus bermonolog.

Gadis itu membuka sebuah buku yang ada di atas meja. Reskal tepat ada di bawah meja itu.

"Reskal cowok bodoh. Bisa-bisanya dia mau sama monster sialan itu hahaha."

Reskal di bawah sudah mengepalkan tangannya.

"Gimana ya respon dia nanti ketika gue berhasil kirim Gisha ke akhirat ckck."

Reskal yang kesabarannya sudah habis akhirnya keluar dari sana. Ya, Vinka berhasil memancing salah satunya keluar.

Tawa Vinka berderai. "Orang yang gue omongin muncul juga akhirnya."

"Lo sentuh Gisha sedikit aja, gue bakal bunuh lo juga malam ini!" ancam Reskal.

Vinka cemberut. Jika kalian pikir perasaannya dengan Reskal settingan, itu salah. Vinka memang menyukai Reskal betulan. Dan ia murka ketika Reskal malah memilih Gisha.

"Lo cuma milik gue, Reskal!"

"Najis. Gue gak sudi suka sama cewek iblis kayak lo!" Reskal semakin menyentil emosi Vinka.

"Gisha gak layak bahagia! Gue juga gak rela liat lo sama dia!"

"Lo jangan gila. Cinta gak bisa dipaksa anjing!"

Vinka tersenyum smirk. Ia mengarahlan pistolnya ke arah Reskal.

"VINKA!"

Gisha sudah keluar sejak Reskal ke gap oleh Vinka. Ia murka melihat mantan sahabatnya itu kini menodongkan pistol ke arah orang yang dicintainya.

Vinka menoleh ke arah Gisha.

"Hai Gisha... Gimana sama permaianan gue selama ini? Asik kan?" ucapnya seperti psikopat.

"Gue gak tahu apa maksud lo neror gue selama ini," ucap Gisha lirih dan dalam.

"Gue gak habis pikir, gue yang hancur dan gue korban di sini tapi kenapa lo yang malah nyerang gue!" teriak Gisha.

Tangan Vinka masih mengacungkan pistol ke arah Reskal. Ia bahkan sudah siap menarik pelatuknya.

"Korban?" ulang Vinka. "Pihak lo udah bunuh anggota keluarga gue satu-satunya. Lo bikin gue jadi sebatang kara dan sekarang lo bilang lo korban, Bitch?!"

RESHA  [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang