Chapter 78: Kelulusan

4.4K 295 14
                                    

Beberapa hari setelah kepergian Gisha, di meja kelasnya penuh dengan bunga dan surat dari anak-anak Heksizt. Ketua kelas 12 IPS 3 saja sampai kewalahan karena kelasnya didatangi dari adik kelas hingga teman sengkatannya.

Emma yang kini duduk bersama Yola memasukkan barang-barang di meja Gisha yang penuh ke dalam sebuah keranjang. Nantinya barang-barang itu akan diberikan kepada Farensa.

Oh ya, sekarang Emma dan Yola telah berteman. Emma yang dulunya kerasan, mulai sadar. Ternyata Yola tidak pernah merugikannya, justru ia anak yang baik. Setidaknya Yola membuat Emma tidak kesepian di kelas ini.

"Andai Gisha bisa liat semua ini. Dia pasti bakal seneng karena semua orang sayang banget sama dia," ucap Emma seraya membaca surat manis dari fans Gisha yang tak sengaja terbuka.

Tiba-tiba seorang siswa masuk ke kelas mereka dan mendatangi Emma dan Vinka.

"Emma... Gisha mana?" tanyanya linglung. Tadi ia baru saja dari perpustakaan. Dan ia berniat mengajak Gisha ke kantin.

Untung saja keadaan kelas itu sepi, setidaknya Reskal tidak di cap gila oleh orang-orang.

Emma dan Yola trenyuh melihatnya.

"Reskal..." panggil Emma panjang.

Cowok itu meringis menampilkan giginya yang putih. "Gue mau ajak dia ke kantin beli ice cream kesukaan dia."

"Reskal lo mau sampai kapan kayak gini? Udah dua hari loh Gisha ninggalin kita semua. Gue tau emang berat. Tapi jangan gini, please..."

Emma lalu berdiri menghadap Reskal. "Bener kata Yola." Emma lalu menunjuk dada Reskal. "Dia emang pergi. Tapi agaknya dia selalu ada di sini ya, Res?"

Reskal mengacak rambutnya. Ia mundur satu langkah. Reskal memang akhir-akhir ini sensitif di sentuh oleh teman perempuannya.

"Oh iya hehe gue lupa. Kalo gitu gue balik ke kelas ya?" Kamudian cowok berpostur jangkung itu pamit pergi. Ia memang sudah keterlaluan. Menganggap Gisha masih ada di sini melakukan aktivitasnya seperti biasa.

Sarah dan Arlan sepertinya akan membawa Reskal ke psikiater. Takut Reskal kenapa-kenapa, karena trauma kehilangan orang yang berarti di hidupnya.

Yola menghela napas berat. "Reskal kasian. Dia keliatan banget masih belum nyangka Gisha pergi."

Diaz, Milo, Nolan dan Kenny juga sudah berusaha keras menghibur Reskal agar sedikit melupakan Gisha. Reskal terkadang bisa tertawa ceria lagi, tapi sedetik kemudian tiba-tiba diam seribu bahasa.

Mungkin karena memorinya dengan Gisha tiba-tiba saja mengingatkannya. Mereka semua akhirnya pasrah. Mereka juga tidak bisa memaksa Reskal harus bisa melupakan Gisha. Perlu proses panjang yang harus ia lalui juga.

Perihal Vinka, ia sadar tiga puluh menit sebelum Gisha meninggal.  Sesaat gadis itu sadar, ia dirawat beberapa hari di rumah sakit karena tulangnya masih patah. Barulah setelah sudah sembuh ia harus membayar semuanya nanti di penjara.

Selama itu juga, Emma sesekali menjenguk Vinka di rumah sakit. Bukan. Bukan untuk mencoba mengulang pertemanan mereka, karena Emma sendiri masih sangat kecewa. Melainkan, Emma meminta Vinka untuk segera bertaubat.

Vinka tak berkata banyak saat itu. Tapi yang bisa Emma tangkap, Vinka menyesali atas kesalaham pahamannya selama ini. Bertaun-taun iya diselimuti kabut kebencian yang membutakan kebenaran itu. Bahkan ketika ia mendengar Gisha meninggal, Vinka menangis sejadi-jadinya dan mengamuk. Kemungkinan ia juga kena penyakit mental.

⚡⚡⚡

Hari berganti hari. Minggu berganti minggu. Bulan berganti bulan. Hari ini tepat hari kelulusan kelas 12 angkatan 23. Semua orang tampak berbahagia sekaligus sedih hari ini. Masa SMA mereka yang indah telah usai. Mereka juga mau tidak mau harus berpisah dengan sahabat mereka.

RESHA  [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang