Chapter 4: Chiken Kampus

7.3K 738 221
                                    

Seminggu sudah berlalu sejak hari pertama MOS. Saat ini KBM sudah berjalan normal kembali. Para murid harus bangun dari tidur siang mereka dan kembali bertemu pelajaran yang tidak mereka sukai.

Sialnya Gisha harus menelan pil pahit bahwa ia hari ini kesiangan. Pukul tujuh seperempat ia bahkan masih di jalan menuju sekolahnya. Jelas sekali gerbang sekolahnya sudah ditutup dan ia berani jamin tidak akan mudah masuk begitu saja ke kelasnya. Menyebalkan.

Tak ingin ambil pusing memikirkan hukuman apa yang akan ia terima, Gisha justru menyalip beberapa mobil di depannya. Ia memacu mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Jalanan yang sudah mulai sepi dan tidak macet membuatnya mudah untuk lebih cepat sampai ke sekolah.

Beberapa kali juga ia mengklakson mobil yang menghalanginya.

"Udah di tengah jalan seenggaknya cepet dikit kek, lambat banget! Lo pikir jalan punya lo sendiri apa!" umpat Gisha. Ingin sekali rasanya ia tabrak saja.

Karena ulah Gisha yang barbar itu, justru ia yang menuai sumpah serapah. Tapi, siapa peduli?

Kali ini Gisha sedikit nyaman dengan posisi duduknya karena sudah tidak ada kendaraan di depannya. Namun hal itu tak berselang lama karena sebuah mobil sport tiba-tiba menyalipnya. Gisha bahkan nyaris kehilangan keseimbangan karena ulah pengendara itu.

"Hei, Lo sinting?!" geram Gisha, meskipun orang yang diumpatinya itu tidak bisa mendengarnya.

Hal yang membuat Gisha makin kalang kabut adalah tingkah arogan pengendara itu. Sesaat Gisha ingin menyalip, mobil di depannya langsung menghalangi. Saat Gisha banting stir ke kiri pun juga dihadang.

Gisha mengklakson panjang sebagai bentuk amarahnya. "Brengsek banget sih tuh orang, nyari ribut aja pagi-pagi gini."

Gisha mengulangi tindakannya untuk menyalip, tetap saja mobil di depannya itu tidak mau mengalah.
Gisha tak masalah jika laju mobil di depannya itu melaju dengan kencang. Tapi hal yang membuatnya emosi adalah pengendara itu seperti sengaja mempermainkannya. Alhasil Gisha mau tidak mau harus mengalah.

Jika saja ia tidak sayang nyawa, jelas ia sudah membabi buta menabraknya.

Gisha berdecih setelah mengetahui bahwa pengendara itu sama-sama berhenti di depan gerbang utama sekolahnya. Ternyata teman satu sekolahnya.

Terdengar pengendara itu membunyikan klakson beberapa kali karena gerbang tak kunjung segera dibuka oleh satpam.

Tak menyia-nyiakan kesempatan, Gisha pun turun dari mobilnya dan melabrak sang pelaku.

Gisha mengetuk pintu mobil itu dengan keras. "Turun lo," titahnya terdengar memaksa.

Orang yang ada di dalam pun menurunkan kaca jendela mobilnya. Gisha mendelik tajam ke arah cowok di hadapannya yang ternyata adalah Reskal. Lagi-lagi cowok itu merecokinya.

"Sebenarnya ada masalah hidup apa sih lo? Maksud lo apaan ngehalangin jalan gue?" tuding Gisha tanpa basa-basi. Entah terbuat dari apa kepala cowok itu sebenarnya.

Cowok dengan postur jangkung itu mengedikkan bahunya. "Kapan?" tanyanya seraya menggaruk telinga kanannya, berlagak amnesia.

"Lo sengaja 'kan!"

Reskal mendesis. Cewek di depannya ini memang seperti badai tornado, sangat berisik. "Apaan sih lo pagi-pagi ngedumel nggak jelas."

RESHA  [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang