Chapter 39: Dandelion dan Huru-Hara

2.1K 285 55
                                    

Untuk pertama kalinya, tiga tahun Reskal bersekolah di SMA Heksadistira, baru kali ini ia berani skip pelajaran.

Alasannya karena ia sedang tidak nafsu menelan materi pelajaran pagi ini. Berbeda dengan Gisha yang masih kecewa dengan teman-temannya.

"Cuma lagi gak mood jadi lo skip pelajaran?" tanya Gisha masih ragu.

"Dua belas tahun lo sekolah baru kali ini lo skip cuma karena mood? Berarti ini pertama kalinya lo gak mood dong?"

"Lagi suntuk aja sama sedikit gak enak badan," jawab Reskal sekenanya.

"Terus kenapa lo gak berangkat sekolah aja awww---" Gisha memegang rambutnya yang sedikit tertarik Reskal.

Posisinya saat ini mereka berdua ada di sebuah 'Hidden Paradise' SMA Heksadistira. Yaitu sebuah padang ilalang yang luas dan penuh dandelion---yang letaknya di belakang sekolah mereka.

Tempat ini jarang dijamah oleh anak-anak Heksizt. Gerbangnya saja terkesan horor karena dipenuhi besi dan kawat yang berkarat. Banyak rumor yang menyebar bahwa tempat ini adalah tempat paling angker di Heksadistira. Hal itu sengaja, agar mereka tidak menginjakkan kaki ke sini dan merusak tempat ini.

Tempat ini sangat indah, apalagi jika menikmatinya ketika senja. Sangat kontras sekali.

Pagi ini lumayan teduh dan tidak panas. Gisha dan Reskal duduk di sebuah rerumputan yang di samping kanan kirinya penuh ilalang dan dandelion.

Gisha sesekali meniup dandelion itu persis di depan wajah Reskal. Sontak saja Reskal langsung mengucek matanya yang kelilipan oleh serbuk dandelion.

Sedangkan Gisha hanya tertawa tanpa dosa membuat Reskal berdecih. Oh ya, Gisha tidak menyesal dan malah bersyukur bisa datang ke tempat senyaman ini.

"Makanya jangan banyak gerak. Rambut lo ketarik 'kan." Reskal mengikat ujung rambut Gisha yang baru saja ia kepang menggunakan karet gelang yang selalu ia bawa sebagai cadangan.

Tadi Gisha mengeluh karena rambut panjangnya itu terbang-terbang diterpa angin lembut. Makanya Reskal berinisiatif mengepangnya.
Gisha yang duduk di depan Reskal membalik badan dan menyorot cowok itu sinis.

Reskal lalu menggerakkan kepala Gisha untuk menghadap ke depan lagi. "Jangan banyak gerak kenapa sih."

Gisha menekuk ke dua kakinya dan bertopang dagu di sana. Membiarkan Reskal mengepang rambutnya dengan teliti. Cowok tulen begitu Reskal juga termasuk orang yang perfeksionis. Makanya Reskal memarahi Gisha jika gadis itu banyak gerak dan membuat kepangannya jadi tidak rapi.

"Lo belum jawab pertanyaan gue tadi," ucap Gisha.

"Yang mana?"

"Kenapa lo gak masuk sekolah aja kalo sakit. Suara lo juga bindeng kayak kodok kejepit."

"Ck sembarangan mulut lo kalo ngomong. Masa gue disamain sama kodok."

"Ya..., lo mending berobat aja ya kan. Istirahat rebahan di rumah."

"Cuma flu biasa. Kenapa lo takut ketularan gue?"

Gisha mencubit kaki Reskal kecil. "Iya gue takut!"

"Bodo."

RESHA  [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang