Tak jauh berbeda seperti di koridor, siswa-siswi yang di kafetaria pun memperhatikan sepatu Gisha yang selen sebelah. Sama seperti hal-nya Reskal.
Jangan heran mengapa Gisha dan Reskal sangat berintegritas dengan hukuman mereka itu. Karena jika mereka tidak menjalankan hukumannya dengan baik, mereka akan mendapat hukuman yang jauh lebih parah lagi.
Tentu saja mereka berdua tidak mau ambil risiko. Dihukum seperti ini saja sudah sangat merepotkan.
"Ternyata bener ya Gisha sama Reskal dihukum pak Marko."
"Pak Marko bisa-bisanya punya ide gila bikin hukuman kayak gini."
"Reskal sama Gisha mana mungkin jatuh harga dirinya hanya karena perihal sepatu."
"Tapi keterlaluan gak sih pak Marko? Kasian Gisha."
"Lebih kasian lagi Reskal lah. Dia pake sepatu hak Gisha."
"Alah mereka berdua mah gak usah dikasihani. Pak Marko kayaknya salah deh kasih hukuman ini. Nguatin mental kok tuker sepatu, bukan porsinya Gisha sama Reskal itu."
"Iya jelas. Didikan orangtua mereka udah pasti keras. Gak ngaruh mah hukuman yang dikasih pak Marko."
Setidaknya itu suara yang sampai di kuping Gisha. Ia tetap memasang wajah datarnya dan hanya fokus mencari seorang gadis. Matanya menelisik ke seluruh penjuru kafetaria.
"Dimana sih tuh udik," geramnya.
Vinka turut pasang mata, mencari keberadaan gadis yang dimaksud ke seluruh sudut. "Awas aja dia kalo ketemu. Gak tau orang kelaperan apa."
Seketika mata Gisha jatuh ke meja paling pojok. Sosok yang dicarinya ada di sana dan ternyata malah asik berduaan dengan seorang cowok.
Gisha menghampiri meja itu bersama sahabatnya.
"Wah parah lo, udik. Lo sengaja bikin kita kelaperan?!" gertak Emma sesampainya di sana.
"Oh jadi ini pacar lo?" Gisha menunjuk sosok laki-laki yang penampilannya tak jauh berbeda dengan gadis yang ia cecar. Sama-sama udik dan kampungan.
Jangan tanyakan kenapa spesies seperti itu bisa bersekolah di sekolah bergengsi seperti ini. Jelas mereka berdua adalah siswa-siswi beasiswa full yang diberikan oleh Karel.
Seorang gadis berkulit pucat itu berdiri melihat Gisha dan sahabatnya. Namanya Yola, teman sekelas Gisha.
Asal muasal Gisha tidak menyukai Yola karena gadis itu pernah cepu kepadanya. Bahkan Yola yang notabene anak baru saat itu, berani mengomentari hidup Gisha seenaknya.
"Gue heran lo bisa seterkenal itu, padahal lo gak punya etika." Itu adalah kalimat paling fatal yang pernah Yola ucapkan sehingga kehidupannya saat ini dipersulit oleh Gisha.
Sejak saat itulah Gisha dan sahabatnya membully cewek itu habis-habisan. Bahkan Gisha selalu menyuruhnya. Tidak ada yang berani membela Yola atau membantu gadis itu. Jika pun ada, ia akan menjadi target Gisha juga.
Yola memang saat itu belum tahu bahwa Gisha adalah hal yang paling harus ia hindari agar bisa hidup tenang setidaknya sampai lulus. Jika ia tidak menuruti mau Gisha, bisa ia pastikan Gisha akan bertindak lebih jauh. Kemungkinan besar beasiswa untuknya akan dicabut.
KAMU SEDANG MEMBACA
RESHA [SUDAH TERBIT]
Fiksi Remaja[TERBIT] Heksanetz, akun lambe turahnya SMA Heksadistira, yang awalnya diciptakan untuk keseruan para siswa-siswi namun secara mendadak menguak rahasia terbesar Gisha yang selama ini ia tutupi. Karena berita yang tersebar di Heksanetz itu lah semua...