Chapter 45: Memulai

1.8K 282 38
                                    

     Sebenarnya Reskal berniat sedikit lama di rumah Fransisca. Akan tetapi melihat keadaan Gisha yang drop, membuatnya memutuskan untuk segera pulang.


Mereka pun berpamitan pulang. Gisha masih menunduk malu, pipinya masih merah merona seperti kepiting rebus. Bagaimana pun juga tindakan Reskal tadi sangat memalukannya. Apa lagi ditonton oleh Omanya.

Fransisca sendiri memberikan sebuah kotak yang ternyata berisi jam tangan mahal untuk Gisha sebagai hadiah.

Gisha sendiri menerimanya, sebagai penghormatan. Fransisca ternyata tidak seseram yang dibayangkan. Awalnya saja dingin dan mengintimidasi, padahal aslinya sangat-sangat baik.

Jika Gisha cerita kepada Emma dan Vinka, pasti mereka akan berkata bahwa dia adalah wanita paling beruntung sedunia. Karena mendapat calon mertua dan nenek Reskal yang sangat baik dan royal.

Mobil Reskal kini keluar dari halaman mansion Fransisca yang luasnya bisa dibuat sekolah, kira-kira. Fransisca memperhatikan mereka dari lantai atas.

Para ajudannya pun menunduk memberi penghormatan tatkala mobil Reskal melewati gerbang utama.

Fransisca senang, Gisha mulai berubah pikiran. Ia berhasil mempengaruhi gadis itu.

Alasan Fransisca melakukan itu sendiri karena ia sangat menyayangi Reskal. Ia ingin anak laki-laki itu bahagia dengan pilihannya sendiri. Toh Fransisca tahu bahwa dua insan itu saling mencintai.

Fransisca juga tahu posisi Gisha, karena dulu ia pernah di posisi yang sama seperti Gisha. Mencoba merelakan laki-laki yang dicintainya, agar bahagia bersama dengan orang lain. Rasanya sangat menyakitkan. Bukan hanya pihak wanita saja yang merasa sakit, pihak laki-laki juga sangat terluka jika perasaannya harus bertepuk sebelah tangan.

Wanita itu berharap Gisha dan Reskal akan berlayar sepertinya dan Alfred. Tanpa bisa dikendalikan, Fransisca meneteskan air mata. Level rindu paling tinggi adalah merindukan seseorang yang tidak bisa ia temui lagi. Sangat menyiksa untuk Fransisca, harus menua seorang diri.

Di sisi lain saat ini Gisha dan Reskal saling membisu. Perasaan canggung menyelimuti mereka berdua. Gisha juga masih sangat lemas, energinya telah terserap habis. Penyakitnya itu semakin lama semakin menjadi-jadi. Sulit dikendalikan. Pasti Reskal tadi sangat kewalahan menyadarkannya.

Laki-laki itu sendiri kini sibuk dengan pikirannya. Gisha tadi setelah sadar tiba-tiba menangis dan memintanya untuk selalu bersama gadis itu. Reskal masih bingung dengan pesan tersirat ucapan Gisha itu.

Apa Gisha mulai mencintanya? Apa hati Gisha mulai luluh dan jatuh kepadanya? Apa perasaan Reskal akan segera terbalaskan?

Reskal antara senang dan kalang kabut. Masih abu-abu dan menggantung, belum jelas maksud ucapan Gisha itu.

Dua anak manusia itu kini saling berpikir keras untuk mencari topik pembicaraan. Saling diam-diaman seperti ini, membuat mereka seperti orang musuhan. Ehh, tapi dulu mereka musuhan saja tidak diam-diaman.

"Besok senin," ucap Reskal dan Gisha bebarengan.

Kebetulan yang sangat langka.

"Ehh iya maksud gue besok senin. Males banget gak sih sekolah?" keluh Gisha, mencoba mencairkan suasana. Saling diam membuatnya kurang nyaman.

RESHA  [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang