Gerald menatap sebuah kertas yang ada di tangannya. Itu adalah sebuah surat peringatan dari pihak sekolah karena ia dianggap melanggar kode etik sebagai guru.
Beberapa anak Heksizt melaporkan tindakan Gerald yang sangat berlebihan dan dianggap tidak pantas di lakukan oleh seorang guru.
Tentu saja itu karena tindakan Gerald yang terkesan selalu berlebihan kepada Gisha. Sebenarnya boleh saja jika seorang guru memiliki hubungan khusus dengan siswa siswinya. Akan tetapi itu dilakukan di luar sekolah agar menjaga kenyamanan bersama.
Gerald mengembuskan napas berat. Tadi ia juga bertemu dengan Arlan. Beliau mengatakan untuk Gerald lebih hati-hati lagi. Apa lagi kasus Gerald ini sedikit-banyaknya menuai kontroversi dari sebagian wali murid yang mengendus berita ini.
Gerald kemudian menaruh kertasnya di dashboard. Ia kembali fokus menyetir mobilnya.
Hari ini Gerald memutuskan untuk pergi ke sebuah panti asuhan untuk memastikan sesuatu.
Seperti yang kita tahu, Gisha di sini jelas-jelas posisinya sebagai korban. Tapi peneror itu justru meneror korban.
Gerald tahu siapa pelaku teror itu. Yaitu anggota keluarga mendiang pelaku pelecehan Gisha. Ya pelaku itu ditemukan tewas dengan tragis dua hari setelah ia melakukan aksi bejatnya itu.
Pelaku itu sendiri tewas karena bunuh diri. Kasusnya sempat ramai diperbincangkan publik enam tahun silam.
Fyi, kasus pelecehan Gisha benar-benar ditutupi oleh publik. Itu dilakukan untuk menjaga citra keluarga Karel dan membuat Gisha tetap hidup nyaman.
Gisha sudah sangat menderita dan trauma berat. Itu sebabnya Karel menghapus kasus ini setelah tahu pelakunya telah meninggal dunia.
Pelakunya sendiri adalah salah satu karyawan muda di perusahaan Karel. Dia dipecat dan dituntut karena ketauan melakukan korupsi besar-besaran di perusahaannya.
Mungkin laki-laki itu melakukan aksi balas dendamnya dengan merusak putri semata wayang Karel, Gisha.
Dan point anehnya kini peneror itu malah menuntut balas dendam.
Gerald mendapat sedikit informasi bahwa dulu si dia adalah mantan anak panti asuhan. Dia yatim piatu sejak kecil. Kemungkinan besar Gerald menduga salah satu anggota keluarganya ada di panti itu juga.
Gerald pun memasuki sebuah panti asuhan yang pernah Karel ceritakan. Setelah itu ia langsung masuk dan menemui salah seorang pengasuh di sana. Gerald di ajak masuk ke sebuah ruangan oleh seorang wanita paruh baya berusia kepala 5, bu Ingga namanya.
Beruntung Gerald di sambut hangat oleh beliau. Terlebih Gerald berniat ingin menjadi donatur di panti asuhan ini juga.
Tak membuang kesempatan, Gerald pun secara terang-terangan bertanya perihal orang itu.
"Adnan? Apa nak Gerald datang ke sini untuk mencari tahu informasi seputar laki-laki itu?"
Gestur wanita paruh baya itu tampak berubah drastis. Seolah pertanyaan Gerald begitu sensitif untuk di bahas.
Gerald mengangguk. "Apa benar dulu Almarhum Adnan pernah tinggal di panti asuhan ini?"
Bu Ingga melepas kacamatanya. Terlihat raut sendu di mata wanita tua itu.
"Benar dia pernah tinggal di sini sejak kecil. Saat dia lulus kuliah ia pun keluar dari panti asuhan ini dan tinggal di sebuah apartemen. Saya ikut bangga melihat dia jadi orang sukses dan memiliki pekerjaan yang sangat baik. Bisa dikatakan kehidupan Adnan berubah drastis." Bu Ingga menjelaskan panjang lebar.
"Meskipun begitu, dia tetap sering berkunjung ke panti ini karena dulu adiknya, Lily, masih di sini."
"Saya sangat menyayangkan kasus bunuh diri Adnan. Padahal dia anak yang alim dan sangat baik. Setelah saya dengar kabar kalau Adnan melakukan korupsi besar-besaran, saya orang pertama yang tidak percaya dengan itu."
Bu Ingga tampak menyeka air matanya. Ia sampai detik ini masih tidak percaya orang sebaik Adnan mati mengenaskan. Bu Ingga juga menjamin Adnan itu telah difitnah.
Gerald mengepalkan tangannya diam-diam. Ia tidak bersimpati sama sekali dengan kematian Adnan. Bu Ingga tidak tahu saja kasus bejat laki-laki itu yang telah merusak kehidupan Gisha.
Masih beruntung keluarga Karel masih memiliki hati yang besar untuk menutup aib Adnan itu.
Tapi dari pemaparan Bu Ingga, Gerald terusik oleh suatu hal.
"Lily?" Gerald memutar otak. Apakah siswi di SMA Heksadistira ada yang namanya Lily?
"Iya benar. Adnan khawatir Lily tidak terawat dan kurang perhatian darinya karena dia sangat sibuk dan sering lembur. Makanya untuk sementara waktu Adnan menitipkan Lily di sini."
"Siapa nama lengkap Lily, Bu, kalau boleh saya tahu?" pancing Gerald.
"Saat kecil Adnan dan Lily datang ke panti asuhan ini tanpa tahu identitas lengkap mereka. Adnan hanya bilang namanya hanya 'Lily'."
"Apa Lily sekarang umurnya sekitar 17 atau 18 tahun?" Gerald memastikan.
"Iya kemungkinan dia sekarang jika melanjutkan sekolah sudah kelas 3 SMA."
Deg.
Berarti dugaan Gerald selama ini benar. Dia memang teman seangkatan Gisha.
"Lalu kalo boleh saya tahu, dimana Lily sekarang?"
Bu Ingga menghembuskan napas berat. "Lily sangat terpukul setelah kepergian Adnan. Di sekolahnya ia juga dibully habis-habisan dan dikucili. Lalu suatu hari saya tidak mendapati gadis itu di panti ini. Lily kabur karena tertekan."
Gerald berdecak kecewa dalam hati. Ia kehilangan jejak dia lagi.
"Saya dan orang-orang di sini sudah berusaha mencari Lily. Namun dia tidak berhasil ditemukan."
"Tapi kemungkinan besar dia dulu pindah ke panti asuhan lain atau bisa jadi dia diadopsi oleh seseorang. Mengingat dulu Lily sangat diincar oleh orang-orang yang ingin mengadopsinya."
"Dia gadis cantik, pendiam, dan tidak suka bergaul. Dia sangat tertutup sekali anaknya."
Gerald terpaku. Ia semakin berpikir keras. Mungkin nanti ia akan melacak seorang siswi yang nyaris mirip seperti yang Bu Ingga maksud.
Siapa Lily sebenarnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
RESHA [SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[TERBIT] Heksanetz, akun lambe turahnya SMA Heksadistira, yang awalnya diciptakan untuk keseruan para siswa-siswi namun secara mendadak menguak rahasia terbesar Gisha yang selama ini ia tutupi. Karena berita yang tersebar di Heksanetz itu lah semua...