Chapter 8: Benalu

5.2K 545 48
                                    

Pagi ini Reskal berangkat lebih awal dari biasanya. Bukan. Itu bukan kemauannya, tapi karena perintah Arlan.

Ada yang lebih menyebalkan dari itu? Reskal diminta papahnya untuk menjemput Gisha dan berangkat ke sekolah bersama.

"Kamu masih punya banyak waktu untuk mengenal lebih dekat dengan Gisha. Silahkan gunakan waktu itu sebaik mungkin," ucap Arlan sebelum Reskal pergi.

Dan di sini lah Reskal berada sekarang, di rumah kediaman keluarga Gisha. Karel yang mengerti maksud Reskal pun menyambut anak itu dengan baik. Ada Farensa juga di sana mengajak ngobrol Reskal.

Perlu diketahui juga, bukan hanya Reskal yang diperintah untuk melakukan PDKT. Gisha pun diminta seperti itu. Bahkan Gisha tidak diperbolehkan berangkat ke sekolah menggunakan mobilnya sendiri.

"Mau berniat ambil jurusan apa nanti di kuliah, Res?" tanya Farensa.

"Mau ambil bisnis, Tante. Seperti papah dulu."

"Mau berkuliah di luar negeri atau di sini saja?"

"Kalau ada kesempatan, mau di luar Om."

Karel tersenyum lebar. Syukur lah Reskal bisa lebih santai dengannya setelah percakapan kemarin. Karel yakin Reskal masih bimbang dengan keputusannya, tapi ia jamin juga anak itu tidak akan menolak perintah Arlan.

Berbeda dengan Gisha yang kolot dan menentangnya mati-matian. Karel khawatir putrinya itu tidak memiliki rasa tertarik dengan lawan jenis. Sudah banyak laki-laki yang menginginkan Gisha, tapi gadis itu seperti mati rasa.

Jika Gisha tidak ingin memilih, maka ia yang akan memilihkan laki-laki untuk Gisha. Dan Reskal sepadan untuk anaknya, menurut Karel.

"Untuk ukuran seperti kamu itu pasti mudah. Apa lagi kamu ranking paralel terus kan dari kelas 10?"

"Oh ya? Bisa dong sesekali kamu mengajari Gisha? Gisha itu lemah di matematika," keluh Farensa merasa miris.

Reskal tersenyum dan mengangguk menanggapinya. Lalu ia melirik jam di tangannya. Sudah hampir setengah jam ia duduk di sini, tetapi orang yang ditunggunya tidak menampakan diri juga.

Bertepatan dengan itu Gisha menuruni anak tangga sambil memainkan kunci mobilnya. Sesampainya di bawah ia terkejut dengan kehadiran Reskal yang sedang berbincang dengan ke dua orangtuanya.

Gisha melangkah ke arah orang-orang itu. Lalu ia melirik sini ke arah Reskal.
"Mau apa lo ke sini?" tanya Gisha tak ramah.

Karena Reskal menjaga nama baik papahnya, ia mencoba untuk tidak terpancing. Sebetulnya mulutnya gatal sekali ingin mengumpati gadis itu.

"Hari ini kamu berangkat bersama Reskal, Gi," jelas mamahnya.

Gisha membulatkan matanya. Ia melirik papahnya tajam. Pasti ini rencana papahnya juga. "Pah?"

"Serahkan kunci mobil kamu." Karel mengangkat telapak tangannya menodong.

Air muka Gisha berubah muram. Mood-nya pagi ini yang tadinya 90, bergeser ke angka 0. "Papah gak bisa gitu dong!"

"Gi." Karel menekankan, seolah tak ingin dibantah.

Gisha melirik Reskal jijik. Cowok itu yang sadar, lalu menaikkan dagunya dan bertanya "apa" tanpa suara.

RESHA  [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang